
Batu Bara Naik Tipis Setelah IMF "Turun Tangan" ke China

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan dunia ditutup kembali menguat pada perdagangan Rabu (29/5/2024) kemarin sejalan dengan proyeksi kenaikan permintaan dari China dan India.
Berdasarkan data dari Refinitiv pada Rabu kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Juni 2024 ditutup di posisi US$ 139,9 per ton, menguat 0,29% dari posisi harga Selasa lalu.
Harga batu bara menggeliat di tengah membaiknya proyeksi ekonomi China. Tiongkok adalah konsumen terbesar batu bara sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan harga pasir hitam. Pertumbuhan yang lebih tinggi di Tiongkok akan ikut mendongkrak aktivitas bisnis dan permintaan listrik yang pada akhirnya mengerek permintaan batu bara.
Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 5% pada 2024 pada Rabu (29/5/2024). Hal ini didukung dengan data ekonomi yang tampak membaik belakangan ini.
IMF merevisi pertumbuhan ekonomi China dan menaikkannya dari 4,6% menjadi 5% pada 2024 dan 4,5% pada 2025, didorong oleh data Produk Domestik Bruto kuartal I yang kuat dan langkah-langkah kebijakan terkini. Inflasi inti diperkirakan akan meningkat namun tetap rendah karena output masih berada di bawah potensinya.
Sebelumnya, tim IMF yang dipimpin oleh Sonali Jain-Chandra, Kepala Misi untuk China, mengunjungi China dari tanggal 16 hingga 28 Mei untuk Konsultasi Pasal IV tahun 2024.
Tim tersebut mengadakan diskusi konstruktif dengan pejabat senior pemerintah, bank sentral China (PBoC), perwakilan sektor swasta, dan akademisi untuk bertukar pandangan mengenai prospek ekonomi, risiko, kemajuan reformasi, dan tanggapan kebijakan.
Proyeksi baru ini muncul setelah China meningkatkan upayanya untuk menopang pemulihan yang tidak merata di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, yang mengalami kesulitan dalam menghadapi krisis properti yang berkepanjangan dan dampak buruknya terhadap investor, konsumen, dan dunia usaha.
Bertahannya harga batu bara dari sentimen pasar yang memburuk terjadi karena permintaan di Asia masih cukup tinggi, terutama dari India. Apalagi, kebutuhan batu bara untuk meningkatkan daya kapasitas kerja pembangkit listrik akibat gelombang panas membuat harga batu bara bertahan di zona hijau.
Penggunaan pendingin ruangan yang meningkat dan berimbas ke daya kerja pembangkit listrik tenaga batu bara atau uap yang juga meningkat membuat permintaan akan batu bara masih cukup tinggi.
India masih menjadi negara dengan permintaan batu bara tertinggi. Hal ini karena hingga saat ini, India masih dilanda gelombang panas. Suhu di beberapa wilayah India menembus 50 derajat Celcius.
Dikutip dariĀ thehindu.com, permintaan listrik tertinggi di India mendekati tingkat yang diproyeksikan sebesar 235 GW pada Mei, menyusul penggunaan peralatan pendingin yang berlebihan seperti AC di tengah gelombang panas yang parah di negara tersebut.
Menurut data Kementerian Tenaga Listrik India, permintaan listrik puncak yang terpenuhi atau pasokan tertinggi pada hari itu telah mencapai 233 GW pada 6 Mei dibandingkan dengan 221,42 GW yang tercatat pada tahun lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)