Beda Nasib: Rupiah Terburuk di Asia, Ringgit Ngacir

Revo M, CNBC Indonesia
28 May 2024 16:03
Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menhitung uang asing di penukaran uang DolarAsia, Blok M, Jakarta, Senin, (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia dan beberapa mata uang global terpantau bergerak variatif terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan mayoritas melemah.

Dilansir dari Refinitiv pada Selasa (28/5/2024) pukul 15:12 WIB, beberapa mata uang Asia melemah yang dipimpin oleh rupiah yang tercatat turun 0,16% disusul dengan Euro yang melemah 0,15%, hingga Poundsterling Inggris yang mengalami depresiasi 0,02%.

Sementara peso Filipina terpantau naik tajam sebesar 0,37%, ringgit Malaysia menguat tipis 0,06%, dan won Korea Selatan mengalami apresiasi tipis 0,04%.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau masih bergerak di angka 104,59 pada penutupan perdagangan kemarin (27/5/2024).

Untuk diketahui, posisi indeks dolar saat ini masih lebih tinggi dibandingkan pada awal 2024 yang pada saat itu berada di angka 102,2 atau telah naik sekitar 2,33%.

Hal ini tak lepas dari sikap bank sentral AS (The Fed) yang belakangan ini masih bersikukuh higher for longer perihal suku bunga acuan yang saat ini berada di level 5,25-5,50%.

Kondisi ini terjadi akibat inflasi AS yang masih cukup sticky dan sulit diturunkan khususnya dalam hal shelter.

Ketika inflasi AS terus memanas, maka indeks dolar diperkirakan masih berada di level yang cukup tinggi hingga akhirnya mampu menekan mata uang lainnya.

Namun hal ini cukup berbeda dengan peso Filipina yang terpantau justru menguat cukup signifikan ditengarai akibat inflasi Filipina yang diperkirakan akan target pada Mei 2024.

Inflasi umum diperkirakan akan tetap berada dalam target pemerintah sebesar 2 hingga 4% pada bulan Mei.

"Kami masih menargetkan 2 hingga 4%, yang merupakan target tahun ini. Saya pikir kami harus mencapainya," kata Sekretaris Otoritas Ekonomi dan Pembangunan Nasional (NEDA) Arsenio Balisacan di sela-sela Pengarahan Ekonomi Filipina di Philippine International Convention Center di Kota Pasay pada hari Senin, dikutip dari Philippine News Agency.

Lebih lanjut, perekonomian Filipina juga diperkirakan akan terus mencatat pertumbuhan yang kuat dan dipandang sebagai salah satu raksasa ekonomi pada tahun 2033, kata Sekretaris Departemen Keuangan (DOF) Ralph Recto pada hari Senin kemarin.

Dalam pidatonya pada Pengarahan Ekonomi Filipina di Pusat Konvensi Internasional Filipina di Kota Pasay, Recto mengatakan bahwa firma riset dan analis global memperkirakan Filipina akan tumbuh sebesar 5,8 hingga 6,3 persen tahun ini, melampaui kinerja perekonomian ASEAN.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation