Harga Saham Melonjak 14 Kali Lipat, BREN Salip BCA Jadi Penguasa IHSG

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
22 May 2024 14:20
Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)
Foto: Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum genap setahun, harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meroket menembus level Rp10.000 per lembar, dan menduduki tahta kapitalisasi pasar terbesar di Bursa, menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Saham EBT yang baru saja listing Oktober 2023 lalu, sudah berhasil melonjak drastis, lebih dari 14 kali lipat menjadi Rp11.225/lembar pada Rabu (22/5/2024) dibandingkan harga IPO-nya di Rp780/lembar.

Harga saham yang meroket membuat kapitalisasi pasar-nya kini mencapai yang tertinggi di bursa, mencapai Rp1.501,75 triliun. Melengserkan posisi BBCA di urutan teratas selama bertahun-tahun.

Tahta tertinggi tersebut, sebenarnya pernah dicapai BREN sejak dua bulan listing di bursa. Tepatnya pada 8 Desember 2023, sekitar pukul 10.40 WIB harga saham BREN melesat ke posisi Rp8.100 per lembar membuat market cap melonjak jadi Rp1.083,67 triliun.

Untuk pertama kalinya, pada saat itu market cap BBCA yang berada di Rp1.078,66 triliun terlampaui. Siapa yang akan menyangka 20 tahun kinerja BBCA disalip oleh BREN yang baru melantai dua bulan.

Jika melihat pergerakan harga saham BREN sejak listing bisa dibilang sangat volatile, harga meroket drastis dalam dua bulan menembus Rp8000 per lembar, tetapi dua pekan setelahnya malah anjlok hingga ke level Rp4000 per lembar, turun lebih dari 50%.

Meski begitu, harga saham kemudian bangkit lagi dalam tiga bulan terakhir ini, meroket 126% dan memecahkan rekor level tertinggi-nya sejak IPO.

Investor Asing Dibalik Meroketnya Saham BREN, Ada Blackrock!

Pergerakan saham dalam tiga bulan terakhir yang meroket drastis ini memang diluar kebiasaan. Kemungkinan terjadi lonjakan signifikan dalam jangka pendek ini terbilang momen langka dan pastinya didukung oleh big fund.

Perusahaan investasi besar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu big fund yang paling getol koleksi BREN.

Hal terlihat dari kepemilikannya yang melonjak drastis, dari kuartal I-2024 yang masih memegang 738.400 lembar, kemudian meroket lebih dari 200 kali lipat menjadi 155,74 juta lembar.

Adapun investor asing lain yang memburu saham BREN sejak kuartal akhir tahun lalu, diantaranya ada Van Eck Associates Corp, Empirical Finance LLC, dan Premia Partners Co Ltd.

Valuasi Tak Masuk Akal, Masuk BREN Hanya Berbekal Analisis Teknikal

Melihat harga saham BREN yang melonjak ini sejatinya berimplikasi pada valuasi yang semakin mahal. Menggunakan valuasi relatif Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) nilainya sudah di angka ratusan yang tidak memungkinkan lagi untuk menjadi acuan.

Sebagai catatan, dengan harga saham BREN di Rp11.225 per saham, ini setara dengan PER 821,93 kali, sementara PBV 200,24 kali.

Valuasi yang terlampau mahal, sudah tidak masuk akal untuk mengandalkan indikator PER atau PBV sebagai pertimbangan beli saham ini. Oleh karena itu, lebih disarankan kita melihat secara teknikal.

Perlu diakui, secara teknikal BREN masih bergerak dalam tren naik dan masih cukup menarik untuk dilirik trading buy.

Saat ini posisi masih di area dekat resistance, dan sudah mulai terlihat adanya pembalikan arah dengan posisi candle yang mengekor ke bawah sejak menembus ke atas Rp12.000 per lembar.

Akan menarik untuk dibeli, jika BREN mulai retracement menguji support terdekat di Rp10.225 per lembar yang bertepatan dengan MA20 yang kini menjadi tren line kuat lantaran pernah diuji sekitar 3 kali.

Pergerakan harga saham BREN menggunakan timeframe 4 jamFoto: Tradingview
Pergerakan harga saham BREN menggunakan timeframe 4 jam

Kesimpulan

Saham BREN memang tidak dipungkiri secara teknikal tren masih menarik untuk dilirik trading buy dengan strategi follow the tren. Namun, kita patut mengakui lonjakan harga saham dalam waktu singkat telah membuat valuasi menjadi tak masuk akal.

Harga saham tidak akan selalu bergerak naik, akan ada masanya patah tren terjadi yang menandai siklus berbalik arah turun. Aturlah money management dengan bijak, jangan sampai kita FOMO dan terlena dengan kenaikan harga saham yang hanya bertahan sementara.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation