
Duh! Pejabat The Fed Masih Hawkish, IHSG & Rupiah Rawan Terguncang

IHSG menyentuh resisten di 7.378 sebelum akhirnya melemah pada perdagangan kemarin. Saat ini IHGS berada di supprot garis moing average 20 dan 50. Jika berhasil rebound maka IHSG akan mengkonfirmasi telah keluar atau perubahan tren dari tren pelemahan jangka pendek yang terjadi sejak awal April.
Moving average adalah indikator saham yang biasa digunakan dalam analisis teknikal dengan menghitung rata-rata pergerakan suatu saham. Indikator ini dihitung untuk mengidentifikasi arah tren suatu harga saham atau untuk menentukan level support dan resistance.
![]() IHSG |
IHSG hari ini dibayangi oleh beberapa sentimen dari dalam maupun luar negeri.
Bank Indonesia (BI) telah merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan termasuk transaksi berjalan dan terpantau kedua data tersebut berada di teritori negatif.
BI melaporkan NPI pada kuartal I-2024 defisit US$ 6 miliar. Begitu juga dengan transaksi berjalan defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2024 mencatat defisit US$ 2,3 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus US$ 11,1 miliar.
Hal ini dipengaruhi oleh defisit investasi portofolio, terutama didorong aliran keluar modal asing pada surat utang domestik seiring peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Defisit yang terus terjadi khususnya transaksi berjalan selama empat kuartal beruntun ini cukup dikhawatirkan pelaku pasar karena rupiah akan terus mengalami tekanan sehingga BI akan terus mengerek suku bunga, yang pada akhirnya juga membebani pergerakan IHSG, terutama diakibatkan oleh saham-saham yang rentan terhadap kenaikan suku bunga.
Bila suku bunga meningkat, maka aktivitas ekonomi bisa diperlambat. Harapannya impor barang bisa turun dan mengurangi beban pada transaksi berjalan.
Kemudian, pada hari ini (21/5/2024) dan besok (22/5/2024), BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG). Hal ini akan menjadi perhatian pelaku pasar salah satunya yang ditunggu yakni suku bunga acuan.
Sebelumnya pada April 2024, BI cukup mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%.
"Rapat dewan Gubernur memutuskan menaikkan BI rate," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024).
BI mengungkapkan alasan kenaikan suku bunga tersebut karena untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk pastikan inflasi sesuai sasaran 2,5 plus minus 1% 2024 2025 sejalan dengan stance kebijakan prostabilitas.
Diketahui rupiah melemah tajam dalam beberapa waktu terakhir. Dolar AS sempat menyentuh Rp16.200.
Sementara dari luar negeri Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan inflasi sedang menuju target bank sentral sebesar 2% setelah data pekan lalu menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumen pada bulan April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kehati-hatian kebijakan yang berkelanjutan.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama," Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York, bahkan ketika ia menyebut data bulan April "menggembirakan."
Jefferson menggambarkan kebijakan moneter saat ini sebagai kebijakan yang membatasi dan menolak mengatakan apakah ia memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai tahun ini, hanya menyatakan bahwa ia akan dengan hati-hati menilai data ekonomi yang masuk, prospek, dan keseimbangan risiko.
Berbicara secara terpisah pada konferensi yang diadakan oleh Fed Atlanta, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr, mengatakan pembacaan inflasi kuartal pertama yang "mengecewakan" "tidak memberi saya peningkatan kepercayaan diri yang saya harapkan dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter. "
Seperti Jefferson, Barr memperkuat pesan umum The Fed bahwa penurunan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh pasar, akan ditunda sampai jelas bahwa inflasi akan kembali ke target The Fed sebesar 2%.
"Kami perlu memberikan kebijakan pembatasan kami beberapa waktu lagi agar dapat melanjutkan fungsinya," kata Barr.
(ras/ras)