Harga Batu Bara Naik Lagi, Terima Kasih China

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
17 May 2024 08:10
Batu bara, Kalimantan
Foto: Istimewa

jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melanjutkan penguatan selama dua hari perdagangan beruntun. Harga batu bara menguat seiring dengan cuaca yang lebih hangat dari perkiraan serta sentimen meredanya inflasi Amerika Serikat (AS) sebagai sinyal untuk bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memulai pemangkasan.

Menurut data yang diperoleh dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (16/5/2024), harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak Juni ditutup pada level US$ 141 per ton atau mengalami penguatan sebesar 0,71%.

Penguatan harga batu bara terjadi di tengah peningkatan konsumsi musiman secara global dan masalah pasokan. Hal ini diungkapkan oleh Zhi Xin Chong, Direktur Senior di S&P Global dan kepala pasar gas dan LNG Asia yang sedang berkembang.

Permintaan global diprediksi akan meningkat berkat gelombang panas yang sedang berlangsung di Asia serta pengisian kembali penyimpanan gas di Eropa. "Injeksi gas di Eropa dan permintaan tinggi musiman di Asia mendukung harga," kata Chong dikutip dari Montel News.

Analis dari ANZ Bank Australia juga menyatakan bahwa utilitas sedang meningkatkan stok sebagai antisipasi terhadap permintaan pendinginan yang kuat. "Suhu diperkirakan akan naik di atas rata-rata 10 tahun di Jepang, Korea Selatan, dan China dalam dua minggu ke depan," tambah mereka. 

Apresiasi harga kali ini juga didukung proyeksi kenaikan permintaan dari China menjelang puncak musim panas. Rusia diperkirakan akan menjadi pemasok utama China.

"Keberangkatan batu bara termal dari Rusia mencapai 2,02 juta ton minggu lalu, level tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa bersama dengan pengurangan biaya pelabuhan di beberapa terminal, penghapusan bea ekspor dari Mei hingga Agustus telah membuat batu bara termal Rusia kembali kompetitif di Asia," kata Zhiyuan Li, analis komoditas Kpler yang dikutip dari Montel News.

Selain Rusia, Indonesia juga memperbaiki tingkat produksi, dengan ekspor Indonesia mencapai level tertinggi dalam 11 pekan. Sementara itu, pelonggaran blokade kereta api di Kolombia juga membuka jalan bagi lebih banyak pengiriman ke Asia.

Dari pasar LNG sebagai substitusi batu bara, komoditas ini sedang menghadapi tantangan gangguan pasokan di kompleks LNG Bintulu Malaysia dan salah satu dari tiga train Gorgon LNG Australia. 

Sanksi yang dijatuhkan oleh AS juga menghambat ekspor dari LNG Arktik 2 Rusia. "Ini menyebabkan pasokan sedikit lebih ketat," kata Chong, mencatat bahwa kapasitas baru tidak diharapkan masuk pasar sampai akhir tahun ini dan setiap penundaan lebih lanjut akan memperketat pasar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation