
Beban Utang Banyak Negara Terancam Bengkak, RI Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan imbal hasil atau yield surat utang sejumlah negara bisa berdampak besar terhadap beban utang ke depan. Indonesia tidak lepas dari ancaman beban tersebut.
Lonjakan bunga dan utang negara di berbagai negara pun kemudian menjadi momok yang menakutkan khususnya terhadap kondisi fiskal atau keuangan negara.
Sebagai contoh, secara year to date/ytd (hingga 14 Mei 2024), imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun Amerika Serikat (AS) terpantau naik 58,5 basis poin (bps) menjadi 4,45%. Selain itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun Indonesia juga melonjak sebesar 47,9 bps menjadi 6,97%.
Sementara imbal hasil obligasi China cenderung menurun bahkan tercatat mengalami depresiasi 28,5 bps secara ytd karena suku bunga acuannya relatif rendah bahkan sempat melakukan cut rate mengingat target pemerintah China yakni agar terjadi pertumbuhan di tengah perlambatan ekonomi akibat krisis properti.
Tingginya imbal hasil obligasi pemerintah di berbagai negara akan berdampak kepada beban pemerintah untuk membayar bunga kepada investor.
Jika imbal hasil obligasi berada di level yang tinggi, maka akan semakin banyak pendapatan pemerintah yang akan digunakan untuk membayar reward kepada investor.
India menjadi salah satu negara dengan imbal hasil yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lainnya yakni stabil di atas 7%. Lebih lanjut, Indonesia juga beberapa waktu terakhir menembus level 7% bahkan sempat menyentuh 7,27% pada 30 April 2024.
Sedangkan negara maju dengan investment grade yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang, cenderung memiliki imbal hasil yang lebih rendah. Pasalnya, risikonya dinilai lebih kecil.
Sebaliknya, negara dengan investment grade yang rendah biasanya akan menawarkan imbal hasil tinggi untuk menarik investor di tengah ketidakpastian global. Jika mereka memiliki imbal hasil yang rendah maka investor akan cenderung meninggalkan negara tersebut dan masuk ke negara yang memiliki investment grade yang lebih tinggi. Oleh karena itu negara berkembang akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi agar menarik investor.
Negara maju tersebut yakni Jepang dan AS yang memiliki imbal hasil masing-masing sekitar di bawah 1%, sementara AS di sekitar 4,5%.
Imbal hasil SBN tenor 10 tahun di Indonesia sendiri terpantau berdampak kepada jumlah pembayaran bunga pemerintah.
Pemerintah menghabiskan anggaran Rp437,4 triliun untuk membayar bunga utang pada 2023. Angka ini setara dengan 14% dari belanja pemerintah.
Beban bunga utang juga melesat 58,8% dalam lima tahun dari Rp275,5 triliun pada 2019 menjadi Rp437,4 triliun pada 2023. Pembengkakan terjadi karena besarnya utang yang diambil pemerintah selama pandemi Covid-19. Untuk tahun ini, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp497,3 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)