Newsletter

Hari Ini OJK-BI-Sri Mulyani Buka Suara Soal Ekonomi RI, Ada Soal IHSG?

Revo M, CNBC Indonesia
03 May 2024 06:00
Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2024 di Kementerian Keuangan, Selasa (30/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG hancur lebur tetapi rupiah malah menguat tajam
  • Wall Street terbang sehari setelah pengumuman The Fed
  • Keputusan suku bunga The Fed, rapat KSSK, kenaikan harga batu bara hingga ambruknya saham perbankan diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam kemarin Kamis (2/5/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk sementara nilai tukar rupiah mengalami apresiasi begitu pula Surat Berharga Negara (SBN) kembali diborong investor.

Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Jumat (3/5/2024) dengan terdapat beberapa agenda dan data yang akan keluar. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

IHSG pada perdagangan kemarin (2/5/2024) IHSG ditutup ambruk 1,61% ke posisi 7.117,42. IHSG bahkan sempat ambles hingga 2% lebih dan menyentuh level psikologis 7.000.

Nilai transaksi IHSG pada akhir perdagangan kemarin mencapai Rp16,78 triliun dengan volume transaksi mencapai 19,28 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,29 juta kali.

Beberapa sektor menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan kemarin, yakni sektor finansial yang ambles sebesar 3,75% serta sektor industri yang anjlok 2,12%.

Beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan. Berikut daftarnya.

Big 4 saham perbankan menjadi pengerek IHSG lebih dari 1%. Bank Mandiri (BMRI) turun 52,35 indeks poin, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 21,01 indeks poin, Bank Central Asia (BBCA) turun 17,15 indeks poin, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 15,24 indeks poin.

IHSG kembali merana hingga ambruk lebih dari 1% disinyalir karena merespon keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kembali menahan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Suku bunga The Fed bertahan di level tinggi, 5,25-5,50% untuk keenam kalinya secara beruntun.

The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, mereka juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.

Untuk diketahui, The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.

Akibat hal ini, pasar melihat prospek penurunan suku bunga ini semakin jauh dari perkiraan awal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap aset berisiko, sehingga investor cenderung beralih ke aset yang lebih konservatif atau aset safe haven.

Sedangkan dari sisi domestik, pergerakan pasar keuangan domestik dipengaruhi oleh angka inflasi Indonesia yang masih berada di bawah ekspektasi. Namun, angka inflasi masih cenderung stabil dan terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2024 mencapai 0,25% secara bulanan (month to month). Sementara itu, inflasi tahunannya mencapai 3,0% (yoy) dan secara tahun kalender sebesar 1,19% (ytd). Tingkat inflasi bulanan pada April ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan dari posisi April 2023.

Adapun, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi April 2024 akan mencapai 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 3,08% pada April. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

Sebagai catatan, inflasi pada Maret 2024 tercatat 3,05% (yoy) dan 0,52% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,77% (yoy).

Sementara dari pasar mata uang, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan kemarin 0,46% ke angka Rp16.180/US$. Posisi ini mematahkan tren pelemahan rupiah yang terjadi empat hari beruntun.

Salah satu pendorong penguatan rupiah yakni indeks dolar AS (DXY) yang mengalami penurunan. Pada pukul 15:05 WIB kemarin, DXY melemah 0,12% menjadi 105,633. Angka ini semakin menjauhi level 106.

Jika ini semakin berlanjut turun, ada kemungkinan bisa menjadi pendongkrak untuk rupiah menguat dan memicu asing kembali masuk ke pasar keuangan RI.


Selanjutnya, beralih pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami penurunan 1,57% menjadi 7,154% pada penutupan perdagangan kemarin.

Penurunan imbal hasil ini mematahkan tren kenaikan yang terjadi dalam lima hari beruntun sejak 24 April 2024.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.

Saham-saham AS naik pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (3/5/2024) untuk memangkas sebagian besar kerugiannya selama seminggu.

S&P 500 naik 45,81 poin, atau 0,9%, menjadi 5.064,20 sehari setelah berayun tajam ketika Federal Reserve mengatakan kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga tetapi tidak berencana menaikkannya. Penurunannya berkurang lebih dari setengahnya dalam seminggu.

Dow Jones Industrial Average naik 322,37, atau 0,9%, menjadi 38,225.66, dan komposit Nasdaq melonjak 235,48, atau 1,5%, menjadi 15,840.96.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury turun menjelang laporan pada hari Jumat dari pemerintah AS mengenai berapa banyak lapangan kerja yang ditambahkan bulan lalu. Ini adalah salah satu laporan ekonomi yang paling ditunggu-tunggu setiap bulannya, dan para ekonom memperkirakan laporan ini akan menunjukkan perlambatan dalam perekrutan pekerja.

"Pasar akan haus akan data apa pun yang menunjukkan bahwa perekonomian tidak memanas lebih dari yang terjadi pada" tiga bulan pertama tahun 2024, menurut Chris Larkin, direktur pelaksana, perdagangan dan investasi, di E-Trade dari Morgan Stanley dikutip dari AP news. Hal ini akan memberikan kelonggaran bagi The Fed untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Indeks saham AS ditutup di zona hijau karena laporan pendapatan dari beberapa perusahaan besar yang terpantau baik. 

Qualcomm naik 9,7% setelah melampaui perkiraan laba dan pendapatan pada kuartal terakhir. Perusahaan teknologi ini juga memberikan perkiraan kisaran pendapatan dan laba mendatang yang titik tengahnya melampaui ekspektasi analis.

Carvana melonjak 33,8% lebih tinggi setelah penjual mobil bekas tersebut melaporkan hasil yang jauh lebih baik untuk kuartal terakhir dari perkiraan analis, didorong oleh penjualan yang lebih baik dari perkiraan.

MGM Resorts International naik 2,8% setelah melampaui perkiraan laba dan pendapatan. Hal ini disebabkan oleh lalu lintas yang lebih padat di MGM China, yang meningkat seiring dengan hilangnya pembatasan COVID-19 di Makau.

Apple naik 2,2% menjelang laporan labanya, yang dirilis setelah perdagangan berakhir Kamis. Ini adalah laporan terbaru di antara kelompok saham yang dikenal sebagai "Magnificent Seven," yang mendorong sebagian besar kenaikan pasar tahun lalu.

Sentimen dari dalam dan luar negeri akan kembali menjadi pendorong utama pergerakan pasar keuangan domestik hari ini. Lebih lanjut, aktivitas perdagangan masih tampak akan cukup volatil dengan range pergerakan yang cukup lebar karena data-data yang berkembang hingga saat ini baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Data yang telah dirilis kemarin maupun yang akan dirilis hari ini akan dicermati pelaku pasar karena setiap perkembangan data yang ada akan menjadi panduan bagi pelaku pasar dalam mengalokasikan dananya.

The Fed Kembali Tahan Suku Bunga

Untuk keenam kalinya, The Fed kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,5%. Hal ini disampaikan ketua The Fed, Jerome Powell kemarin dini hari waktu Indonesia (2/5/2024).

Keputusan itu bukan tak berdasar, mengingat inflasi AS yang masih galak di angka 3,5% (yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% (yoy) pada Februari 2024. Inflasi AS juga diprediksi akan sulit turun drastis karena ekonomi mereka yang masih kencang dan ada pemilihan umum pada November mendatang.

"Komite tidak akan memangkas target (suku bunga) sampai kami lebih percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan," tambah The Fed.

Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat FOMC mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
Data yang ada saat ini belum membuat mereka yakin untuk memangkas suku bunga.

Kendati belum mengisyaratkan pemangkasan, The Fed memberi kode keras soal kemungkinan kenaikan suku bunga.

Powell menegaskan jika The Fed tidak berencana untuk mengerek suku bunga tahun ini. Pernyataan tersebut menghapus ekspektasi sebagian pelaku pasar yang semula melihat ada peluang kenaikan kembali suku bunga The Fed.

"Saya rasa tidak mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tidak mungkin," ujarnya.

Saham Perbankan Tersungkur

Keempat saham perbankan andalan Indonesia yakni BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI mengalami penurunan. Bahkan di tengah perdagangan kemarin (intraday) tepatnya pukul 10:17 WIB, empat saham bank raksasa, tiga diantaranya sudah ambruk lebih dari 2% yakni BMRI, BBNI, dan BBRI. Sedangkan satu saham terkoreksi kurang dari 1% yakni BBCA.

Disinyalir, amblesnya kembali saham perbankan raksasa kemarin, Kamis (2/5/2024), terjadi karena investor cenderung merespons negatif dari keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

 

Tidak hanya itu, saham perbankan juga cenderung masih terbebani oleh sentimen kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) pekan lalu menjadi 6,25%.

Ketika suku bunga naik, maka bunga pinjaman akan terseret naik. Hal ini dapat berdampak pada daya pinjam masyarakat yang turun atau resiko turunnya pertumbuhan kredit perbankan ketika suku bunga naik.

Selain itu, ketika suku bunga naik biasanya harga barang-barang kebutuhan dan lainnya akan meningkat. Jika banyak debitur yang mengalami kesulitan bayar karena tingginya harga barang-barang kebutuhan, hal ini dapat berdampak pada kredit macet.

Jika jumlah kredit macet meningkat maka berarti Non Performing Loan (NPL) perbankan juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak buruk terhadap cadangan modal bank dan mengganggu operasional perbankan.

Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

Pada hari ini, Jumat 93/5/2024),  Komite Stabilitas Sistem Keuangan akan menggelar Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024 pada pukul 15:00 WIB.

Konferensi pers akan dihadiri pemangku kepentingan di sektor keuangan mulai dari Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan, Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia, Mahendra Siregar selaku Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan Purbaya Yudhi Sadewa selaku Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sebelumnya pada KSSK I tepatnya pada Januari 2024, disampaikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih tetap resilien di tengah ketidakpastian dan perlambatan global. Hal ini bisa terjadi karena ditopang oleh kuatnya permintaan domestik.

 

Menarik ditunggu bagaimana tanggapan dan respon kebijakan KSSK mengenai perkembangan pasar keuangan Indonesia yang cenderung melemah khususnya perihal rupiah serta ambruknya IHSG akhir akhir ini.

Perlu ditunggu pula apakah KSSK kan mengeluarkan kebijakan baru di sektor keuangan serta apakah bagaimana tanggapan perihal The Fed yang belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat akan berdampak bagi perekonomian Indonesia.

Purchasing Manager's Index (PMI)

Setidaknya terdapat tiga negara yang akan merilis data PMI, yakni Inggris, Kanada, dan AS.

Pada sore hari ini, Inggris akan merilis data PMI Final S&P Global services dan composite yang menurut konsensus mengalami kenaikan masing-masing menjadi 54,9 dan 54.

Sedangkan pada malam harinya, Kanada dan AS akan merilis data PMI. Perkiraan pelaku pasar perihal PMI Kanada cenderung mengalami kenaikan meskipun masih dalam kategori kontraksi yakni disekitar angka 47. Sementara PMI AS diproyeksi mengalami penurunan menjadi di bawah 51.

Terkhusus bagi negara-negara yang erat kaitannya dengan Indonesia (mitra dagang), maka ketika PMI mengalami kemunduran, hal ini dinilai berdampak negatif juga bagi Indonesia.

Harga Batu Bara Tembus US$147 per Ton

Harga kontrak batu bara Juni acuan ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (1/5/2024) naik 3,08% di level US$147,4 per ton. Harga batu bara masih memanas dan menembus US$ 148 pada perdagangan Kamis (2/5/2024).

Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 11 Desember 2023 yang saat itu sempat menyentuh angka US$153 per ton. Bila dilihat sejak awal 2024 maka harga saat ini adalah yang tertinggi.

Kenaikan harga batu bara juga ditengarai terjadi akibat proyeksi tingginya permintaan impor da penggunaan batu bara di tengah gelombang panas yang melanda Asia.
Gelombang panas akan meningkatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan akibat suhu panas yang melanda sejumlah negara di Asia.

Setidaknya hal itu terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mulai dari India, Bangladesh lalu Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.

Negara-negara tersebut masih menggantungkan batu bara sebagai sumber energi utama.

Harga batu bara yang mampu bertahan di level yang cukup tinggi pada dasarnya akan memberikan angin segar bagi emiten yang berhubungan dengan batu bara karena nilai jualnya yang lebih tinggi dibandingkan ketika harga acuan batu bara dunia di bawah US$130 per ton.
Beberapa emiten yang akan diuntungkan adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) hingga PT Bukit Asam (PTBA)

Melandainya Indeks Dolar
Indeks dolar semakin turun tajam dan menyentuh 105,229 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 11 April 2024 atau 15 hari perdagangan terakhir.

Melemahnya indeks mengindikasikan adanya penjualan dolar AS untuk instrument lain. Melemahnya indeks juga bisa menjadi kabar baik bagi rupiah karena bisa menjadi awal sinyal penguatan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024 (15:00 WIB)
  • PMI Final S&P Global Services & Composite Inggris (15:30 WIB)
  • Non Farm Payrolls AS (19:30 WIB)
  • Unemployment Rate AS (19:30 WIB)
  • PMI Final S&P Global Services & Composite Kanada (20:30 WIB)
  • PMI Final S&P Global Services & Composite AS (20:30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Dividen Tunai CBUT
  • Dividen Tunai HRTA
  • Dividen Tunai KEJU
  • Dividen Tunai MKTR
  • Dividen Tunai UNTR
  • RUPST SMGR
  • RUPST TLKM
  • RUPST EXCL

Berikut untuk indikator ekonomi RI:


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev) Next Article Ekonomi Tumbuh 5,03% - Dolar Mulai Melemah: Semoga Bisa Jadi Obat IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular