Newsletter

Hari Ini OJK-BI-Sri Mulyani Buka Suara Soal Ekonomi RI, Ada Soal IHSG?

Revo M, CNBC Indonesia
03 May 2024 06:00
Ketua Dewan Federal Reserve AS Jerome Powell berpartisipasi dalam diskusi  Economic Club di Washington, AS, 10 Januari 2019. REUTERS / Jim Young
Foto: Ketua Dewan Federal Reserve AS Jerome Powell berpartisipasi dalam diskusi Economic Club di Washington, AS, 10 Januari 2019. REUTERS / Jim Young

Sentimen dari dalam dan luar negeri akan kembali menjadi pendorong utama pergerakan pasar keuangan domestik hari ini. Lebih lanjut, aktivitas perdagangan masih tampak akan cukup volatil dengan range pergerakan yang cukup lebar karena data-data yang berkembang hingga saat ini baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Data yang telah dirilis kemarin maupun yang akan dirilis hari ini akan dicermati pelaku pasar karena setiap perkembangan data yang ada akan menjadi panduan bagi pelaku pasar dalam mengalokasikan dananya.

The Fed Kembali Tahan Suku Bunga

Untuk keenam kalinya, The Fed kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,5%. Hal ini disampaikan ketua The Fed, Jerome Powell kemarin dini hari waktu Indonesia (2/5/2024).

Keputusan itu bukan tak berdasar, mengingat inflasi AS yang masih galak di angka 3,5% (yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% (yoy) pada Februari 2024. Inflasi AS juga diprediksi akan sulit turun drastis karena ekonomi mereka yang masih kencang dan ada pemilihan umum pada November mendatang.

"Komite tidak akan memangkas target (suku bunga) sampai kami lebih percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan," tambah The Fed.

Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat FOMC mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
Data yang ada saat ini belum membuat mereka yakin untuk memangkas suku bunga.

Kendati belum mengisyaratkan pemangkasan, The Fed memberi kode keras soal kemungkinan kenaikan suku bunga.

Powell menegaskan jika The Fed tidak berencana untuk mengerek suku bunga tahun ini. Pernyataan tersebut menghapus ekspektasi sebagian pelaku pasar yang semula melihat ada peluang kenaikan kembali suku bunga The Fed.

"Saya rasa tidak mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tidak mungkin," ujarnya.

Saham Perbankan Tersungkur

Keempat saham perbankan andalan Indonesia yakni BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI mengalami penurunan. Bahkan di tengah perdagangan kemarin (intraday) tepatnya pukul 10:17 WIB, empat saham bank raksasa, tiga diantaranya sudah ambruk lebih dari 2% yakni BMRI, BBNI, dan BBRI. Sedangkan satu saham terkoreksi kurang dari 1% yakni BBCA.

Disinyalir, amblesnya kembali saham perbankan raksasa kemarin, Kamis (2/5/2024), terjadi karena investor cenderung merespons negatif dari keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

 

Tidak hanya itu, saham perbankan juga cenderung masih terbebani oleh sentimen kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) pekan lalu menjadi 6,25%.

Ketika suku bunga naik, maka bunga pinjaman akan terseret naik. Hal ini dapat berdampak pada daya pinjam masyarakat yang turun atau resiko turunnya pertumbuhan kredit perbankan ketika suku bunga naik.

Selain itu, ketika suku bunga naik biasanya harga barang-barang kebutuhan dan lainnya akan meningkat. Jika banyak debitur yang mengalami kesulitan bayar karena tingginya harga barang-barang kebutuhan, hal ini dapat berdampak pada kredit macet.

Jika jumlah kredit macet meningkat maka berarti Non Performing Loan (NPL) perbankan juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak buruk terhadap cadangan modal bank dan mengganggu operasional perbankan.

Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)

Pada hari ini, Jumat 93/5/2024),  Komite Stabilitas Sistem Keuangan akan menggelar Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024 pada pukul 15:00 WIB.

Konferensi pers akan dihadiri pemangku kepentingan di sektor keuangan mulai dari Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan, Perry Warjiyo selaku Gubernur Bank Indonesia, Mahendra Siregar selaku Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan Purbaya Yudhi Sadewa selaku Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Sebelumnya pada KSSK I tepatnya pada Januari 2024, disampaikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih tetap resilien di tengah ketidakpastian dan perlambatan global. Hal ini bisa terjadi karena ditopang oleh kuatnya permintaan domestik.

 

Menarik ditunggu bagaimana tanggapan dan respon kebijakan KSSK mengenai perkembangan pasar keuangan Indonesia yang cenderung melemah khususnya perihal rupiah serta ambruknya IHSG akhir akhir ini.

Perlu ditunggu pula apakah KSSK kan mengeluarkan kebijakan baru di sektor keuangan serta apakah bagaimana tanggapan perihal The Fed yang belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat akan berdampak bagi perekonomian Indonesia.

Purchasing Manager's Index (PMI)

Setidaknya terdapat tiga negara yang akan merilis data PMI, yakni Inggris, Kanada, dan AS.

Pada sore hari ini, Inggris akan merilis data PMI Final S&P Global services dan composite yang menurut konsensus mengalami kenaikan masing-masing menjadi 54,9 dan 54.

Sedangkan pada malam harinya, Kanada dan AS akan merilis data PMI. Perkiraan pelaku pasar perihal PMI Kanada cenderung mengalami kenaikan meskipun masih dalam kategori kontraksi yakni disekitar angka 47. Sementara PMI AS diproyeksi mengalami penurunan menjadi di bawah 51.

Terkhusus bagi negara-negara yang erat kaitannya dengan Indonesia (mitra dagang), maka ketika PMI mengalami kemunduran, hal ini dinilai berdampak negatif juga bagi Indonesia.

Harga Batu Bara Tembus US$147 per Ton

Harga kontrak batu bara Juni acuan ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (1/5/2024) naik 3,08% di level US$147,4 per ton. Harga batu bara masih memanas dan menembus US$ 148 pada perdagangan Kamis (2/5/2024).

Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 11 Desember 2023 yang saat itu sempat menyentuh angka US$153 per ton. Bila dilihat sejak awal 2024 maka harga saat ini adalah yang tertinggi.

Kenaikan harga batu bara juga ditengarai terjadi akibat proyeksi tingginya permintaan impor da penggunaan batu bara di tengah gelombang panas yang melanda Asia.
Gelombang panas akan meningkatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan akibat suhu panas yang melanda sejumlah negara di Asia.

Setidaknya hal itu terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mulai dari India, Bangladesh lalu Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.

Negara-negara tersebut masih menggantungkan batu bara sebagai sumber energi utama.

Harga batu bara yang mampu bertahan di level yang cukup tinggi pada dasarnya akan memberikan angin segar bagi emiten yang berhubungan dengan batu bara karena nilai jualnya yang lebih tinggi dibandingkan ketika harga acuan batu bara dunia di bawah US$130 per ton.
Beberapa emiten yang akan diuntungkan adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) hingga PT Bukit Asam (PTBA)

Melandainya Indeks Dolar
Indeks dolar semakin turun tajam dan menyentuh 105,229 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 11 April 2024 atau 15 hari perdagangan terakhir.

Melemahnya indeks mengindikasikan adanya penjualan dolar AS untuk instrument lain. Melemahnya indeks juga bisa menjadi kabar baik bagi rupiah karena bisa menjadi awal sinyal penguatan.

(rev/rev)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular