Review Sepekan

Harga Batu Bara Ambruk 5% Sepekan, China & Timur Tengah Biang Keroknya

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
28 April 2024 10:30
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara lagi-lagi ambruk setelah para pelaku pasar cukup optimis dengan konflik geopolitik di wilayah Timur Tengah yang dapat menopang harga batu bara sebagai substitusi minyak.

Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Mei acuan ICE Newcastle pada perdagangan Jumat (26/4/2024) ambruk 0,92% di level US$134,5 per ton. Dalam sepekan harga batu bara telah mencatatkan penurunan sebesar 5,11%.

Harga batu bara ambruk seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah Iran meremehkan serangan Israel di wilayahnya minggu lalu dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk menanggapinya.

Dengan ketegangan yang mereda maka pasokan komoditas energi, terutama minyak, diharapkan tidak terganggu. Kondisi ini berimbas pada harga batu bara yang merupakan substitusi minyak.

Selain itu, penyusutan harga batu bara pekan ini, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya permintaan batu bara termal melalui perdagangan laut China, ini karena harga dalam negeri yang rendah, ada kenaikan tarif angkutan laut, dan pengiriman untuk kontrak pembelian April sudah hampir selesai.

Sejumlah pedagang kini menghadapi potensi kerugian akibat kenaikan tarif pengiriman. Saat ini, tarif pengiriman untuk Kapal Panamax dari Kalimantan Selatan ke China Selatan telah meningkat menjadi US$9/ton, sekitar US$0,5/ton lebih tinggi dari akhir minggu lalu.

Pedagang China sebagian besar juga telah melakukan short-covering pembelian untuk pengiriman ke pembangkit listrik dalam negeri pada akhir-akhir ini, sedangkan pengadaan untuk pengiriman Mei belum dimulai, ungkap sumber pasar, mengutip laporan Sxcoal pada Selasa (23/4/2024).

Meski demikian, permintaan India masih meningkat karena penawaran yang lebih tinggi pada harga untuk menjamin pasokan energi pada saat suhu panas.

Menurut Sxcoal, seorang penambang Indonesia mengkonfirmasi peningkatan permintaan dari India, dengan fokus utama pada 4.200-5.000 Kkal/kg.

Awal bulan ini, pemerintah India juga mengumumkan perpanjangan impor batu bara untuk pembangkit listrik berbahan bakar batu bara beroperasi dengan kapasitas penuh hingga Oktober mulai Juni. Ini dilakukan untuk antisipasi gelombang panas musim panas yang terus-menerus.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation