Newsletter

Suku Bunga BI Kembali Naik: Berkah Atau Ancaman Buat Ekonomi RI?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
25 April 2024 05:59
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar saham RI sumringah setelah BI menaikkan suku bunga, IHSG mencatat net buy asing hingga rupiah menguat.
  • Wall Street bergerak mixed dengan DJI merosot, tetapi S&P 500 dan Nasdaq tetap menghijau terdongkrak lonjakan harga saham Tesla.
  • .Pasar hari ini tampaknya masih akan merespon kebijakan BI menaikkan suku bunga, hingga penantian sejumlah data dari AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI ditutup sumringah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi dalam dua hari beruntun hingga rupiah menjauhi level psikologis Rp16.200/US$.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali menguat pada hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Kamis (25/4/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (24/4/2024) bertengger di 7174,53, menguat 0,90% dalam sehari. Ini menjadi penguatan yang terjadi dua hari beruntun dan tertinggi secara persentase harian sejak terkoreksi dalam usai lebaran.

Nilai transaksi indeks kemarin lebih ramai, dibandingkan sehari sebelumnya naik dari Rp12,20 triliun menjadi Rp14,40 triliun, dengan 21,93 miliar lembar saham berpindah tangan sebanyak 972,92 ribu kali.

Perdagangan kemarin tercatat untuk pertama kalinya di sepanjang April berjalan ini, asing mencatatkan net buy kembali di keseluruhan pasar mencapai Rp7,84 miliar. Rinciannya, net buy terjadi di pasar nego dan tunai sebesar Rp252,85 miliar, sementara pasar reguler masih net sell sebanyak Rp245 miliar.

Dalam sehari dua bank besar jadi saham yang paling banyak diburu asing yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp328,6 miliar. Kemudian PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp172,9 miliar.

Beralih ke nilai tukar rupiah, pada perdagangan kemarin setelah Bank Indonesia (BI) menyatakan menaikkan suku bunga terpantau langsung menguat hingga semakin menjauhi level Rp16.200/US$.

Melansir data Refinitiv, hingga akhir perdagangan kemarin, rupiah berada di posisi Rp16.150/US$, menguat 0,40% dalam sehari, melanjutkan penguatan yang sudah terjadi sejak dua hari sebelumnya. Artinya, rupiah sudah tiga hari beruntun terapresiasi.

Penguatan rupiah sejalan juga dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang mulai mereda, semakin menjauhi posisi 106. Dalam sehari kemarin, DXY bahkan sempat menyentuh level terendah di 105,59. Walaupun akhirnya terangkat lagi dan berakhir di 105,81.

Rupiah kembali terdongkrak juga ditengarai kebijakan Bank Indonesia (BI) yang diluar dugaan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Sementara untuk pergerakan obligasi terpantau mixed, pada awal perdagangan yield sempat turun menembus 7%. Namun, pasca BI menaikkan suku bunga, yield kembali terangkat lebih tinggi dari posisi sehari sebelumnya.

Berdasarkan data Refinitiv, imbal hasil obligasi acuan RI selama 10 tahun pada penutupan kemarin bertengger di 7,07%, lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya di 7,05%.

Perlu diketahui, dalam obligasi pergerakan imbal hasil dan harga itu berlawanan arah. Jika harga mulai naik, maka imbal hasil akan turun. Sebaliknya, jika yield naik, maka harga turun.

Artinya, di pasar obligasi masih terjadi sell off kendati IHSG dan Rupiah sudah mulai bergerak sumringah.

Halaman 2 >>>

Bursa saham Wall Street berakhir mixed pada perdagangan Rabu malam sampai Kamis dini hari waktu Indonesia.

S&P 500 (SPX) terpantau naik 1,08 poin, atau 0,02%, dan berakhir pada 5.071,63 dan Nasdaq Composite (IXIC) naik 16,11 poin, atau 0,1%, menjadi 15.712,75. Sedangkan, Dow Jones Industrial Average (DJI) terkoreksi 42,77 poin atau 0,11% ke posisi 38.460,92.

S&P 500 ditutup lebih tinggi dalam perdagangan semalam dipengaruhi investor yang mempertimbangkan kenaikan imbal hasil Treasury di tengah hasil positif kinerja perusahaan, terutama dari raksasa teknologi.

Lelang obligasi pemerintah AS bertenor lima tahun senilai $70 miliar pada hari Rabu membantu mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi dan membebani ekuitas. Obligasi Treasury 10-tahun (US10Y) naik 5 bps menjadi 4,64 %.

Investor juga fokus pada pendapatan kuartalan dari sejumlah perusahaan, terutama dari saham-saham dengan pertumbuhan megacap. Meta Platforms menjadi saham kedua yang melaporkan pendapatan kuartalan tepat setelah bel penutupan.

Microsoft dan Alphabet dijadwalkan akan mengikuti melaporkan hasilnya akhir pekan ini.

Tesla juga terpantau melonjak setelah rencana pembuat kendaraan listrik dengan model yang lebih terjangkau. Sentimen ini kemudian menghapus kekhawatiran dari hasil kinerja kuartalan yang lemah.

Halaman 3 >>>

Ada sejumlah sentimen yang bakal berpengaruh terhadap pasar keuangan RI hari ini, baik dari internasional maupun dalam negeri.

Selain itu, pasar diharapkan bisa tertular S&P 500 dan Nasdaq Composite yang semalam hijau, terdongkrak kinerja keuangan beberapa emiten yang lebih baik dari perkiraan.

Simak, sentimen selengkapnya berikut ini :

1. Di luar Dugaan BI Menaikan Suku Bunga

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25% dengan Deposit Facility naik ke posisi 5,50% dan Lending Facility sebesar 7%.

Kenaikan BI rate kali ini menjadi yang pertama kali sejak BI menahan suku bunga selama lima bulan beruntun.

Kenaikan ini juga berbeda dengan hasil polling yang dihimpun oleh CNBC Indonesia Research dari 14 institusi yang menunjukkan sembilan di antaranya memproyeksi bahwa BI masih akan menahan suku bunga. Dari 14 institusi, hanya lima yang memperkirakan BI menaikkan suku bunga.

Kenaikan suku bunga ini tentunya diharapkan menjadi katalis positif bagi rupiah lantaran pelemahan akan berhenti dan foreign outflow akan berkurang.

Kenaikan suku bunga ini tentunya akan menjadi katalis positif bagi rupiah lantaran pelemahan akan berhenti dan foreign outflow akan berkurang.

Rully Wisnubroto, Senior Ekonom Mirae Asset Sekuritas menyatakan sebenarnya kenaikan ini memang sudah langkah tepat BI untuk memitigasi pelemahan nilai tukar rupiah.

"Hal ini sudah sesuai dengan ekspektasi kami, namun memang di luar perkiraan konsensus. Saya merasa kenaikan ini lebih untuk memitigasi pelemahan nilai tukar rupiah dan mencegah pelemahan lebih dalam lagi" Ungkap Rully.

Namun, kenaikan suku bunga juga bisa jadi dampak negatif bagi beberapa sektor yang sensitif, terutama yang punya hutang tinggi seperti di sektor infrastruktur hingga teknologi.

Meski begitu, Rully menerangkan dampaknya tidak akan terlalu besar bagi perekonomian, justru jika tidak dinaikkan akan lebih mengganggu stabilitas ekonomi.

"Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi saya rasa tidak terlalu besar, justru apabila tidak dilakukan kenaikan, dan Rupiah terus melemah maka akan mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan" Pungkas Rully. .

Senada dengan pernyataan tersebut, Satria Sambijantoro, Head of Equity Research Bahana Sekuritas juga berpendapat untuk memperkuat rupiah harus diikuti kenaikan suku bunga.

"Bank Indonesia tampaknya menyadari bahwa strategi mengangkat yield di pasar sekunder lewat SRBI dan SBN untuk memperkuat rupiah harus diikuti oleh kenaikan suku bunga" Terang Satria.

Satria juga membeberkan dampak dari kenaikan BI rate ini ke ekonomi "Dampak dari kenaikan BI rate ke ekonomi riil sebenarnya tidak sebesar yang dibayangkan. Ekonomi Indonesia lebih didorong oleh fiskal, bukan moneter, dan kenaikan BI rate sebesar 25-50bps mungkin belum tentu diikuti oleh penurunan pertumbuhan kredit" ungkapnya.

Kenaikan suku bunga di satu sisi akan menguntungkan sjeumlah sketor di IHSG seperti perbanakn tetapi di sisi lain akanmenekan sektor lainnya seperti iinfrastruktur, teknologi, properti, hingga consumer goods.

2. Prabowo - Gibran Resmi Jadi Presiden - Wakil Presiden Terpilih 2024

Sentimen berikutnya datang dari kepastian politik dalam negeri yang semakin meningkat setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi menetapkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pemilihan Presiden 2024 di gedung KPU RI, Jakarta, Rabu (24/4/2024).

Dengan ini, maka pelaku pasar sudah tidak lagi ragu terhadap pemilu, dan akan beralih pada kebijakan selanjutnya yang akan dilakukan pasangan tersebut, terutama terkait program-program yang jadi andalan ketika kampanye, seperti makan siang gratis, swasembada pangan, hingga hilirisasi minerba.

3. PDB Kuartal I/2024 dan Klaim Pengangguran AS

Berikutnya pada hari ini, Kamis (25/4/2024) investor masih akan menanti sejumlah data dari AS diantaranya, ada data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) QoQ Advance untuk kuartal I-2024. Konsensus memperkirakan bahwa PDB AS akan lebih rendah menjadi 2,1% dari yang sebelumnya 3,4% pada kuartal IV-2023.

Berdasarkan data saat ini, pertumbuhan ekonomi AS cukup sulit untuk diturunkan karena data-data fundamental AS masih cukup solid bahkan International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terakhirnya April 2024 memprediksi AS akan mengalami pertumbuhan PDB sebesar 2,7% pada tahun ini atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni 2,5%.

Selain itu, akan rilis sejumlah data pasar tenaga kerja seperti klaim pengangguran hingga rata-rata klaim pengangguran selama empat pekan berjalan.

4.Laporan Kinerja Keuangan

Dua bank besar akan mengumumkan kinerja keuangan kuartal I-2024 yakni PT Bank Tabungan Negara dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Sebagai catatan, BRI mencetak laba bersihRp15,56 triliunpada kuartal I 2023. Angka tersebut naik 27,37% secara tahunan (yoy).

Sementara itu, BTN membukukan laba bersih pada kuartal I-2023 sebesar Rp801 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar 3,42% (yoy).

Kamis, 25 April 2024

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) QoQ Advance AS untuk kuartal I-2024

  • Klaim pengangguran mingguan AS

    Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Paparan kinerja keuangan BRI kuartal I-2024 (08.30 WIB)
  • Paparan kinerja keuangan BTN kuartal I-2024 (16.30 WIB)
  • Paparan publik PT Itama Ranoraya (15.45 WIB)

  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan AMAG 
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BBSI 
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BRMS 
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BSML
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan CMRY
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan DRMA
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan IRRA
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan MLPT 
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan NIKL
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PYFA
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan SSMS 
  • Periode Cum Date Dividen BSML
  • Periode Ex Date Dividen EAST 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn) Next Article IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular