
RI Tambah Utang dari AS & China, Siapa Paling Besar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh 1,4% menjadi US$407,3 miliar atau sekitar Rp6.598,26 triliun (kurs US$1= Rp16.200) pada Februari 2024.
Kreditor utang dengan porsi terbesar yakni Singapura dan posisi kedua ditempati oleh Amerika Serikat (AS).
Posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tercatat sebesar US$194,8 miliar (Rp3.155 triliun), naik 1,3% year on year/yoy.
Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah.
Sementara itu, posisi ULN swasta pada Februari 2024 sebesar US$197,4 miliar (Rp3.197 triliun) atau mengalami kontraksi sebesar 1,3% yoy. Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3% (yoy).
Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 29,5% pada Februari 2024, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9% dari total ULN.
Posisi ULN Indonesia mayoritas peminjamnya yakni pemerintah dan bank sentral sebesar US$209,83 miliar atau sebesar 51,46%. Sedangkan sisanya yakni 48,42% atau US$197,44 miliar merupakan peminjam dari pihak swasta yang terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.
Dominasi ULN dengan peminjam pemerintah dan bank sentral dimulai sejak November 2023 atau dengan kata lain telah berlangsung selama empat bulan berturut-turut.
Jika melihat porsi kreditor ULN Indonesia hingga Februari 2024, didominasi oleh Singapura yakni sebesar 13,63% dengan jumlah US$55,6 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode Januari 2024 yakni sebesar US$56,1 miliar dan periode Desember 2023 yang sebesar US$56,4 miliar.
Hal ini berbeda dengan kreditor AS yang justru terus mengalami kenaikan menjadi US$29,4 miliar dari periode sebelumnya yakni sebesar US$29,1 miliar.
Begitu pula dengan kreditor China yang juga semakin memperbesar pemberian utang dari US$21,07 miliar menjadi US$21.3 miliar pada Februari 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)