
RI Banyak Impor BBM dari Singapura dan Malaysia, Angkanya Besar Lho...

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak bisa dipungkiri, Indonesia masih bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam upaya tersebut, Singapura, Malaysia, dan India menjadi langganan utama sebagai negara asal impor BBM bagi Indonesia.
Disebutkan, Indonesia juga mengimpor minyak mentah dari berbagai negara dengan mayoritas impor berasal dari Arab Saudi dan Nigeria. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam pernyataannya di Kantor Ditjen Migas pada Jumat (19/4/2024).
Produksi minyak nasional saat ini hanya mencapai sekitar 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan mencapai 840 ribu barel per hari. Kekurangan tersebut harus ditutupi melalui impor, dengan 240 ribu barel per hari berasal dari minyak mentah dan 600 ribu barel per hari dari BBM.
Lantas, berapa nilai impor BBM RI sebenarnya dari negara-negara tersebut?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat impor minyak bumi Indonesia pada 2022 secara nilai terbesarnya berasal dari Singapura mencapai US$ 10,3 miliar dengan berat bersih 10,9 juta ton. Posisi ke-2 yaitu Malaysia mencapai US$ 6,2 miliar dengan berat bersih 6,7 ton. Posisi selanjutnya yaitu Arab Saudi dan disusul dengan Nigeria.
Secara jumlah keseluruhan, Indonesia mengimpor minyak bumi pada 2022 mencapai 47,74 juta ton atau US$ 40,41 miliar setara dengan Rp 656,76 triliun. (Kurs: Rp 16.250/US$)
Situasi ini menjadi semakin rumit dengan adanya ketegangan di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel. Arifin mengungkapkan harapannya agar konflik tersebut dapat segera mereda, karena dampaknya tidak hanya terbatas pada geopolitik, tetapi juga berpotensi mempengaruhi pasokan minyak mentah dan BBM di Indonesia.
Peristiwa terbaru yang mencuat adalah serangan Israel terhadap Iran, yang langsung mempengaruhi pasar minyak dunia. Harga minyak mentah, seperti yang dilaporkan oleh Refinitiv pada Jumat (19/4/2024), melonjak signifikan. Harga minyak mentah acuan Brent naik sebesar 3,5% menjadi US$90,14 per barel, sedangkan harga West Texas Intermediate (WTI) meningkat 3,61% menjadi US$85,80 per barel.
Kepala penelitian komoditas dari ING, Warren Patterson, menyatakan bahwa serangan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah. Laporan-laporan mengenai ledakan di wilayah tersebut membuat spekulasi bahwa Israel telah memberikan respons atas serangan Iran pada akhir pekan sebelumnya.
Dengan situasi ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak semakin terpapar risiko geopolitik global. Langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan ini menjadi semakin mendesak, baik melalui peningkatan produksi minyak nasional maupun diversifikasi sumber energi. Meskipun demikian, langkah-langkah tersebut tidaklah mudah dilakukan dan memerlukan strategi yang matang serta dukungan yang kuat baik dari pemerintah maupun sektor swasta.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
