
Warren Buffett Beli Saham Minyak: Jangan Kaget Kalau Ada Oil Boom!

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor Terkaya Dunia, Warren Buffett, melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, baru-baru ini meningkatkan kepemilikannya di Occidental Petroleum (Oxy) menjadi hampir sepertiga dari perusahaan tersebut, dengan nilai lebih dari US$15 miliar atau setara dengan Rp 246,6 triliun (kurs: Rp16.440/US$).
Menurut pengajuan regulasi Securities and Exchange Commission (SEC), Berkshire Hathaway membeli sekitar 2,8 juta saham antara 13 hingga 17 Juni 2024, sehingga total kepemilikan menjadi lebih dari 255 juta saham atau sekitar 29% dari perusahaan, dengan nilai pasar sekitar US$15,4 miliar.
Pembelian saham ini dilakukan pada harga antara US$59,59 hingga US$59,77 per saham, sementara harga saham Oxy pada Kamis lalu diperdagangkan sekitar US$62,44, naik hampir 2% dalam sehari. Sebagai tambahan informasi, saham Oxy merupakan portfolio terbesar Berkshire Hathaway ke-6 dengan berkontribusi sebesar 4,1% dari total portfolio menurut catatan CNBC.
Portfolio Berkshire Hathaway
Source: CNBC
Kepemilikan saham Oxy yang bergerak di industri minyak dan gas yang dikenal akan bahan bakar fosil lebih besar dibandingkan dengan kepemilikan kendaraan listrik asal China yaitu BYD yang berada di posisi ke-20 dengan kontribusi terhadap total porfolio hanya 0,6%.
Peningkatan posisi Berkshire Hathaway ini terjadi saat Oxy meluncurkan rencana ambisius untuk menangkap karbon dari atmosfer dan menggunakannya untuk memproduksi minyak net-zero atau bebas karbon.
Mengutip Houston Chronicle, CEO Oxy, Vicki Hollub, menyatakan bahwa menggunakan karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran minyak untuk tujuan ekstraksi lebih lanjut adalah satu-satunya cara ke depan untuk transisi iklim.
Meskipun ada spekulasi bahwa Buffett mungkin berencana untuk membeli Oxy secara keseluruhan, hal ini diperkirakan akan memerlukan sekitar US$50 miliar. Namun, Buffett terus menegaskan bahwa Berkshire tidak akan membeli seluruh saham Oxy sepenuhnya.
Hubungan Berkshire dengan Oxy telah berkembang sejak akuisisi Anadarko Petroleum senilai US$38 miliar oleh Oxy pada tahun 2019, yang didukung oleh tambahan modal US$10 miliar dari Berkshire Hathaway. Hubungan ini telah membuka jalan bagi lebih banyak investasi di sektor minyak dan gas.
Menurut analis, investasi Buffett di Oxy mungkin dipengaruhi oleh fokus perusahaan pada pengeluaran di bidang rendah karbon, sekitar 10% dari total pengeluarannya. Hal ini mungkin menjadi daya tarik bagi Buffett di tengah meningkatnya permintaan global akan energi yang lebih bersih.
Meskipun salah satu faktor pembelian saham Oxy oleh Buffett didasari oleh proyek minyak bebas karbon, perusahaan ini masih sangat bergantung dengan penjualan minyak dan gas. Berdasarkan data Refinitiv, segmen minyak dan gas berkontribusi 75% dari total pendapatan.
Occidental Petroleum Segment Revenue
Source: Refinitiv
Berdasarkan hal tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa Warren Buffett juga melihat adanya potensi dari industri minyak yang akan berpotensi menguat dalam beberapa waktu mendatang.
Prospek Harga Minyak
Menurut data terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), pasar minyak global mengalami defisit pada kuartal pertama 2024, di mana permintaan melebihi produksi. Dinamika ini, ditambah dengan tekanan geopolitik yang meningkat, mendorong proyeksi harga minyak untuk tetap di atas US$80 per barel hingga akhir 2025.
Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Hamas yang berpotensi meluas, juga mendukung harga minyak yang lebih tinggi. Meskipun produksi minyak AS diperkirakan akan meningkat secara moderat pada 2024 sebelum stabil pada 2025, jumlah rig minyak AS justru turun 14% dari tahun lalu.
Melansir Economist Intelligence Unit (EIU), Permintaan global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2024 dan 2025, dengan India menjadi pendorong utama permintaan non-OECD. Sementara itu, ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan juga meningkatkan risiko terhadap proyeksi permintaan global meskipun harga naik.
Dengan kondisi ini, harga minyak diperkirakan akan rata-rata $87,5 per barel pada 2024 dan $80,8 per barel pada 2025. Penguatan dolar AS akan memperburuk dampak harga minyak yang lebih tinggi terhadap inflasi di banyak negara dan meningkatkan tekanan neraca pembayaran, terutama di pasar berkembang.
Investasi besar Warren Buffett di Occidental Petroleum menunjukkan keyakinan yang kuat terhadap masa depan perusahaan dan prospek industri minyak secara umum. Dengan pasar minyak global yang mengalami defisit dan harga yang diperkirakan tetap tinggi, langkah Buffett ini dapat dilihat sebagai strategi untuk memanfaatkan potensi "oil boom" yang mungkin terjadi dalam beberapa tahun mendatang
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
