
Dolar Tembus Rp16.200: Mie Instan, Susu Sampai Tempe Makin Mahal

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam tiga hari terakhir. Hal ini dapat berdampak kepada naiknya barang-barang impor kebutuhan sehari-hari.
Dilansir dari Refinitiv, pada 17 April 2024, rupiah mengalami depresiasi sebesar 0,28% ke angka Rp16.215/US$. Posisi ini merupakan yang terendah sejak April 2020 atau empat tahun terakhir.
Dalam sebulan rupiah sudah ambruk 2,3%.
Pelemahan rupiah ini akan berimbas pada barang impor yang akan menjadi semakin mahal. Barang impor tidak hanya berupa barang modal untuk industri seperti mesin tetapi juga yang langsung berhubungan dengan masyarakat Indonesia, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), kedelai, hingga gula.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari hingga Desember 2023, barang impor dengan nilai terbesar didominasi oleh minyak dan hasil minyak. Namun, barang kebutuhan seperti kedelai, gula, dan telepon seluler juga membukukan nilai impor yang sangat signifikan.
Nilai impor terbesar dicatat oleh HS27101224 sebesar US$12,53 miliar kemudian disusul oleh HS27090010 yakni crude petroleum oils sebesar US$10,58 miliar dan HS27101971 merupakan automotive diesel fuel dengan total impor sebesar US$4,01 miliar.
Jika dilihat lebih rinci, impor komoditi gandum dan meslin dengan total impor senilai US$3,66 miliar dengan berat 10,58 juta ton sepanjang 2023.
Impor gandum dan meslin terutama datang dari Australia sejumlah 40% dari total impor gandum dan meslin dan posisi kedua ditempati oleh Kanada sebesar US$0,94 miliar atau sebesar 25%.
Indonesia tidak menghasilkan gandum dan harus menggantungkan 100% gandum dari negara lain. Padahal, masyarakat Indonesia sangat menggemari mie instan yang berbahan dasar gandum. Jika rupiah terus melemah maka harga mie instan bisa semakin mahal.
Selain itu, Indonesia juga impor gula dalam jumlah yang cukup besar yakni US$2,88 miliar yang didominasi dari Thailand hampir 50%. Dengan pelemahan rupiah yang terus berlanjut, maka harga gula dapat mengalami kenaikan mengingat konsumsi gula di Indonesia cukup tinggi di tengah gemarnya masyarakat Indonesia menggunakan gula dalam bahan masakan maupun membuat minuman manis.
Indonesia juga mengimpor beberapa komoditas pangan dalam jumlah besar yang banyak dikonsumsi langsung atau diolah kembali. Di antaranya adalah kedelai, susu, gula, beras, hingga bawang putih.
Harga tempe juga bisa terus menanjak jika rupiah terus melemah. Volume impor kedelai Indonesia sepanjang 2023 mencapai 2,27 juta ton atau senilai US$1,47 miliar. Negara pemasoknya adalah Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Brazil, dan Malaysia.
Sebagai catatan, tempe adalah salah satu makanan favorit di Indonesia sehingga impor dibutuhkan untuk memenuhi besarnya permintaan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)