Mereka yang Tertawa dan Menangis Karena Konflik Iran vs Israel

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
18 April 2024 07:10
Awas RI! Dihantam Konflik Iran VS Israel
Foto: Infografis/Awas RI! Dihantam Konflik Iran VS Israel/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan yang berkecamuk antara Israel dan Iran telah berdampak pada berbagai aspek, baik pihak yang diuntungkan maupun dirugikan. Konflik yang terjadi di Timur Tengah ini menandakan bahwa efek dari panasnya tensi geopolitik kedua negara ini mempengaruhi berbagai pihak.

Lantas, siapakah pihak yang diuntungkan dan dirugikan dari konflik antara Israel dan Iran kali ini? Berikut beberapa pihak yang diuntungkan akibat konflik.

Produsen Minyak

Ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran berpotensi akan berdampak signifikan terhadap kenaikan harga minyak, sebab Selat Hormuz merupakan jalur perdagangan vital untuk ekspor minyak. Semakin tinggi harga minyak, produsen berpotensi mendapat keuntungan lebih besar dengan harga penjualan yang lebih tinggi. 

"Keprihatinan utamanya adalah gangguan pasokan minyak, yang bisa menyebabkan lonjakan harga minyak karena Selat Hormuz merupakan jalur perdagangan vital untuk ekspor minyak," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/4/2024).

Dalam sebulan pergerakan minyak brent maupun WTI telah menunjukkan penguatan. Sepanjang 2024, harga minyak brent telah mencatatkan kenaikan sebesar 18% dan minyak WTI melesat 16%.

Emas

Tak kalah dengan minyak, harga emas juga makin melesat dan terus mencetak rekor-rekor baru selama perang Timur Tengah berlangsung. Kenaikan harga emas dipengaruhi oleh karakteristiknya yang merupakan safe haven, sehingga menguat di tengah ketidakpastian global.

Akibatnya, semakin banyak investor yang beralih ke emas sebagai perlindungan terhadap potensi dampak perang danmemburuknya perekonomian. Deutsche Bank memperkirakan harga emas pada $2.400 per troy ons pada akhir tahun dan $2.600 pada bulan Desember 2025.

Leboh optimis lagi, Goldman Sachs yang telah menaikkan perkiraan harga emas menjadi $2,700 per troy ons pada akhir tahun dibandingkan target sebelumnya sebesar $2,300 karena mereka yakin logam kuning berada dalam pasar bullish yang tidak tergoyahkan.

Berdasarkan Refinitiv pada perdagangan Selasa (16/4/2024) harga emas dunia di pasar spot sedikit berubah pada $2,382.72 per troy ons.

Selama sebulan emas mencatatkan kenaikan yang signifikan dengan kenaikan 9% dan melesat 14% sepanjang 2024.

Dolar Amerika Serikat

Salah satu faktor penguatan dolar Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh ekspektasi pasar akan menurunkan suku bunga lebih awal, namun tidak terjadi. Kenaikan harga minyak akibat konflik ini mempengaruhi pada tingkat inflasi yang dapat kembali melonjak ke depan.

Inflasi yang masih kuat menyebabkan AS tidak dapat menurunkan suku bunga lebih awal, sesuai dengan ekspektasi pasar. Alhasil, mata uang dolar AS menjadi lebih berharga di tengah kebijakan pengetatan keuangan.

Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan sikap The Fed yang tak kunjung melunak diperburuk dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Dia mengatakan kondisi itu membuat investor menjadi lebih berhati-hati dan memilih berinvestasi ke aset safe haven, yakni emas dan dolar AS. Hal itulah yang membuat posisi dolar semakin menguat.

Melansir Refinitiv, indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (17/4) pada pukul 15.14 WIB berada di level 106,26. Level ini terus melesat sejak serangan Iran pada 11 April lalu yang saat itu masih berada di level 102,87. Artinya, indeks dolar AS meningkat 3,39 indeks poin sejak serangan dilancarkan.

Di sisi lain, terdapat pula pihak yang dirugikan akibat konflik antara Israel dan Iran. Berikut adalah pihak yang dirugikan.

Rupiah & Pengusaha Importir

Konflik antara Iran dan Israel memicu kekhawatiran bagi pengusaha di dalam negeri. Situasi ini menyebabkan mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS, sehingga pengusaha importir harus membeli lebih bahan baku dengan harga lebih mahal yang membuat beban pokok penjualannya meningkat.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman, mengungkapkan ketegangan tersebut berpengaruh luar biasa kepada logistik industri, khususnya industri makanan dan minuman (mamin).

"Kita banyak sekali bahan baku yang harus kita impor dan tentu akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi kita. Meskipun kita ada ekspor juga. Kalau industri mamin total ekspor kita sekitar US$ 11 miliar. Impor kita cukup banyak untuk bahan baku. Ini yang sangat berat. Belum biaya logistik meningkat. Tadi kita bicara dengan asosiasi terigu juga mereka katakan akan mengganggu logistik sehingga dikhawatirkan akan ada peningkatan biaya. Ini yang harus kita antisipasi," katanya di kantor Kemenperin, Selasa kemarin (16/4/2024).

Importir Minyak

Pihak yang harus mengimpor minyak dirugikan akibat perang Israel Iran, sebab konflik ini berdampak pada kenaikan harga minyak sekaligus depresiasi mata uang terhadap dolar AS.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai kondisi ini dapat merambat pada ekonomi global, termasuk Indonesia, yang sangat bergantung pada impor minyak.

"Karena kita tahu Iran merupakan salah satu produsen minyak global. Hal ini tentu menjadi perhatian negara-negara dan importir minyak seperti Indonesia di mana dalam kondisi tertentu penyesuaian kebijakan terutama kebijakan fiskal tentu perlu dilakukan untuk merespon kenaikan harga minyak tersebut," ujarnya.

Ekonom senior yang juga merupakan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengungkapkan risiko terberat dari memanasnya tensi konflik di Timur Tengah itu ialah naiknya harga minyak mentah dunia hingga ke level US$ 100/barel, menyebabkan beban subsidi energi di dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) naik.

Kenaikan subsidi dan kompensasi BBM itu, menurut dia, juga akan memengaruhi biaya belanja lain untuk subsidi LPG dan listrik, sehingga akan menekan defisit semakin melebar di atas target pada tahun ini sebesar 2,29% dari PDB atau secara nominal sebesar Rp 522,8 triliun.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation