
Saham Bank RI Ambruk Karena Konflik Iran-Israel, Kinerjanya Masih OK?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (16/4/2024) ambruk seiring dengan memanasnya konflik antara Iran dengan Israel. Pada awal perdagangan, Indeks sempat anjlok lebih dari 2%.
Pada penutupan perdagangan, IHSG memangkas koreksi menjadi 1,68% ke level 7.164,81. Sebanyak 165 saham naik, 457 turun, dan 175 tidak berubah.
Satu sektor yang mengalami koreksi adalah perbankan. Pasar terbilang panik seiring dengan rontohnya saham bank-bank jumbo.
Saham BBCA tercatat turun 3,56% menjadi 9.475. Kemudian emiten bank dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua, BBRI turun 5,31% menjadi 5.350.
Hal serupa juga terjadi pada BMRI dan BBNI yang masing-masing turun 2,93% dan 1,89%. Pun BBTN dan BNGA turun 6,67% dan 3,81%.
Di luar reaksi pasar hari ini, kinerja fundamental sektor perbankan RI terbilang cukup tangguh setiap diterpa ketidakpastian geopolitik.
Belajar dari kejadian saat pertama kali Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, bank umum Tanah Air malah menunjukkan kinerja yang membaik secara fundamental.
Akan tetapi memang perlu diingat pada periode itu ekonomi Indonesia tengah berangsur pulih setelah melewati puncak krisis akibat pandemi Covid-19.
Adapun kinerja fundamental perbankan tercermin dari penyaluran kredit yang semakin ekspansif. Pada Januari 2022 pertumbuhan kredit bank hanya tumbuh 5,79% secara tahunan (yoy). Kemudian semakin bertumbuh bulan demi bulan hingga penghujung 2022 bahkan berhasil tumbuh hingga 11,35% yoy.
Namun perlu diakui, ketika perang Rusia dan Ukraina berlanjut, harga minyak melambung yang berimbas ke inflasi yang meningkat. Alhasil, untuk pertama kalinya, pada Maret 2022 bank sentral AS atau The Fed harus melakukan pengetatan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps).
Hal tersebut juga memicu Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga pada Agustus 2022. Namun, kenaikan suku bunga acuan tak berefek langsung pada suku bunga kredit dan simpanan bank. Pasalnya BI menyiapkan bauran kebijakan yang menjaga pertumbuhan bunga kredit dan deposito.
Selain itu, masih banyak insentif akibat pandemi Covid-19 turut membantu bank mengakselerasi kredit untuk mendorong upaya pemulihan ekonomi di berbagai sektor.
Jika melihat secara historis lagi, pertumbuhan penyaluran kredit masih tetap positif hingga tahun ini. Sepanjang Januari–Juni 2023 sempat terjadi gejolak seiring dengan mengetatnya likuiditas, akan tetapi setelah itu terus bertumbuh meski melewati ketidakpastian geopolitik pada Oktober 2023 hingga saat ini.
Sebagaimana kita tahu, invasi Hamas ke Israel terjadi pada 7 Oktober 2023 yang kemudian masih berlanjut, dan memicu eskalasi dari kelompok Houthi di Yaman.
Ketangguhan perbankan RI juga tercermin dari kredit macet yang semakin membaik, terlihat dari nonperforming loan (NPL) secara gross melandai sejak awal 2022 lalu.
Kendati demikian,NPL pada awal tahun ini sedikit merangkak naik. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan terbarunya per Februari 2024 mencatat NPL net di level 0,82%, naik dari bulan sebelumnya di 0,79%. Pada periode yang sama NPL gross tercatat tak ada perubahan dari bulan sebelumnya yakni stabil di angka 2,35%, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Desember 2023, yaitu 2,19%.
Posisi kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) pada bulan kedua tahun ini juga lebih baik dibandingkan Januari 2024. LAR tercatat 11,56%, turun 4 bps.
Akan tetapi LAR per Februari 2024 masih lebih tinggi dibandingkan dengan Desember 2023, yakni 10,94%.
Oleh karena itu risiko dari meningkatnya tensi di Timur Tengah tetap perlu diwaspadai. Lantaran tahun ini memanasnya kondisi geopolitik terjadi di era suku bunga tinggi, berbeda kondisinya dengan 2022 lalu yang dimulai dari suku bunga rendah.
Tren suku bunga tinggi yang potensi bertahan lama karena memanasnya perang, akan membuat bank juga kesulitan. Pasalnya, beban untuk membayar suku bunga simpanan juga besar, terutama untuk bank KBMI II dan III yang memiliki porsi deposito lebih besar dibanding dana murah atau current account savings account (CASA).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)