Iran Israel Terancam Perang

Perang Iran-Israel Mendidih, Bagaimana IHSG Esok Hari?

Revo M, CNBC Indonesia
15 April 2024 11:45
Warga Iran merayakannya di jalan, setelah serangan IRGC terhadap Israel, di Teheran, Iran, 14 April 2024. (Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS)
Foto: Warga Iran setelah serangan IRGC terhadap Israel, di Teheran, Iran, 14 April 2024. (via REUTERS/Majid Asgaripour)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali mengalami volatilitas pada Selasa (16/4/2024). Namun pergerakan IHSG esok hari cukup mengkhawatirkan mengingat libur lebaran 2024 yang cukup panjang dan berbagai sentimen khususnya dari eksternal.

Sebagai informasi dilansir dari Refinitiv, IHSG pada penutupan perdagangan terakhir sebelum periode liburan yang cukup panjang, tercatat mengalami apresiasi 0,45% di angka 7.286.

Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 28 Maret 2024.

Secara historis sejak 2014 hingga 2023, satu hari pasca libur lebaran, IHSG cenderung mengalami apresiasi.

Hanya pada tahun 2018, 2021, dan 2022, IHSG ditutup berada di zona merah di perdagangan perdana pasca libur lebaran yang umumnya berkisar satu minggu.

Umumnya, IHSG ditutup berada di zona merah ketika terdapat sentimen negatif baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.

Terkhusus anjloknya IHSG pasca lebaran 2022 sebesar 4,42% terjadi di tengah kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps) dari 0,25-0,5% menjadi 0,75-1%.

Kenaikan suku bunga The Fed tersebut dilakukan untuk mengantisipasi masalah inflasi yang sedang berkembang pada saat itu akibat perang Rusia dan Ukraina di awal 2022.

Lebih lanjut, pejabat The Fed juga berekspektasi bahwa perlu ada kenaikan serupa mungkin diperlukan pada beberapa pertemuan berikutnya.

Ketua The Fed Jerome Powell pada saat itu mengambil langkah menaikkan suku bunga dengan fokus untuk menekan inflasi yang terbang sangat cepat.

Untuk diketahui, target inflasi The Fed sendiri yakni di angka 2%.

Jika dibandingkan dengan situasi saat ini, suku bunga The Fed berada di angka 5,25-5,5% atau sekitar 450 bps lebih tinggi dibandingkan Mei 2022.

Kekhawatiran pasar perihal perang yang semakin melebar di Timur Tengah pun muncul mengingat Iran melakukan penyerangan terhadap Israel pada Sabtu pekan lalu.

Iran meluncurkan drone lebih dari 300 dan rudal terhadap sasaran militer di Israel pada hari Sabtu dalam serangan yang digambarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya."

Amerika melakukan intervensi untuk membantu Israel secara langsung menembak jatuh hampir semua amunisi yang masuk, kata Biden dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu pekan lalu.

Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menyebut tindakan Iran sangat serius dan mendorong kawasan itu menuju eskalasi. Iran meluncurkan puluhan rudal darat ke Israel, termasuk lebih dari 10 rudal jelajah, dan sebagian besar dicegat di luar perbatasan Israel, kata Hagari.

Situasi saat ini yang mirip dengan 2022 ini menunjukkan bahwa IHSG pada penutupan esok hari berpotensi berada di teritori negatif dengan berbagai sentimen negatif yang bertebaran.

Lebih lanjut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau cenderung mengalami depresiasi belakangan ini diikuti dengan indeks dolar AS (DXY) yang melonjak hingga titik tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Korelasi positif antara pergerakan rupiah terhadap dolar AS dan IHSG ini menjadi salah satu pendorong IHSG akan semakin sulit berada di zona hijau esok hari.

Artinya jika rupiah kembali mengalami pelemahan, maka IHSG besar kemungkinan juga berada di zona merah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation