
5 Kabar Genting Ini Jadi Kunci Pergerakan IHSG & Rupiah Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia akan dibuka kembali pada hari ini, Selasa (16/4/2024) setelah libur panjang lebaran. Selama libur banyak sentimen dari luar negeri yang bisa berdampak pada pergerakan pasar bursa, mata uang hingga Surat Berharga Negara (SBN).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih sering mengakhiri perdagangan di zona hijau setelah libur panjang lebaran. Dalam 11 tahun terakhir, IHSG hanya kebakaran sekali setelah libur panjang Lebaran.
Termasuk di dalamnya adalah anjloknya IHSG sebesar 4% lebih pasca libur Lebaran 2022 di mana pada saat itu bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 50 bps untuk pertama kalinya.
Sementara itu, rupiah lebih kera tersungkur usai libur Lebaran. Selama 10 tahun terakhir, rupiah hanya mampu menguat tiga kali pasca libur Lebaran.
Pergerakan IHSG dan rupiah serta SBN pada awal perdagangan pekan ini diperkirakan volatile mengingat banyak sentimen negatif yang menghantam pasar keuangan global selama libur Lebaran yakni 8-15 April 2024.
Berikut beberapa sentimen eksternal yang bisa berdampak pada pergerakan IHSG, SBN dan rupiah hari ini:
1. Ekonomi AS Masih Panas, Inflasi Terbang
Inflasi AS di luar dugaan menanjak hingga 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024 dari 3,2% pada Februari. Sejumlah data AS juga menunjukkan ekonomi AS masih panas.
Data tenaga kerja AS juga menunjukkan adanya penambahan 303.000 pada non-farm payrolls, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di angka 200.000.
Terbaru, data penjualan ritel AS untuk bulan Maret melampaui ekspektasi para analis, yang merupakan bukti terbaru mengenai ketahanan konsumen Amerika.
Departemen Perdagangan melaporkan pada hari Senin (15/4/2024), penjualan ritel meningkat 0,7% pada periode Maret 2024, jauh lebih cepat dari perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 0,3%.
Masih panasnya ekonomi AS dan inflasi mereka membuat pasar pesimis jika The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Perangkat CME Fedwatch Tool menunjukkan pelaku pasar kini hanya bertaruh 21,7% jika The Fed akan memangkas suku bunga di Juni. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pada dua pekan lalu yang mencapai 60-70%.
2. Serangan Drone Iran ke Israel
Iran meluncurkan serangan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024).Seperti diketahui, serangan drone pada Sabtuyang merupakan serangan langsung pertamanya terhadap wilayah Tel Aviv. Ini berisiko meningkatkan eskalasi regional karena Amerika Serikat (AS) berjanji memberikan dukungan "kuat" kepada Israel.
Serangan Iran ini adalah balasan setelah Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus Suriah, awal April. Sebanyak 11 orang tewas termasuk tiga jenderal Garda Revolusi Iran (IRGC) di antaranya Mohammed Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haji Rahimi.
Serangan drone ini menjadi kekhawatiran besar pasar keuangan global. Pasar keuangan Indonesia yang baru buka pada hari ini pun dipastikan akan memperhitungkan dampak dari serangan drone Iran ke Israel.
Pasalnya, konflik bisa meluas jika Israel dan sekutunya menyerang balik. Serangan tersebut juga membuat kawasan Timur Tengah semakin panas setelah perang Israel vs Hamas meletus pada awal Oktober 2023.
Dampak serangan ini akan berimbas pada sejumlah hal seperti penerbangan, harga komoditas, hingga inflasi global.
3. Dolar AS dan Imbal Hasil US Treasury Terbang
Dolar AS kembali diburu setelah pasar semakin pesimis dengan pemangkasan suku bunga The Fed. Mata uang Greenback juga semakin melesat setelah serangan drone Iran ke Israel. Dolar AS adalah aset aman yang diburu saat terjadi ketidakpastian politik dan ekonomi.
Pada penutupan perdagangan Senin (15/4/2024). indeks dolar terbang ke 106,208. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 2 November atau lima bulan terakhir.
Begitu pula dengan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang juga naik ke kisaran 4,5%, Posisi tersebut adalah yang tertinggi 15 November 2024 atau lima bulan terakhir.
Melesatnya indeks dolar dan imbal hasil US Treasury mengindikasikan adanya pengalihan dana investor kepada dua instrument tersebut. Dengan kata lain, ada instrument berdenominasi non-dolar yang dijual. Dalam hal ini Indonesia mesti bersiap menghadapi kemungkinan terburuk ditinggal investor.
4. Harga Emas Terbang
Harga emas terus mengangkasa sejak serangan drone Iran ke Israel pada Sabtu pekan lalu. Emas adalah aset aman yang diincar di tengah ketidakpastian geopolitik.
Harga emas pada penutupan perdagangan Senin kemarin menembus US$ 2.382,51 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Harga emas bisa terbang terus jika situasi di Timur Tengah memanas.
Lonjakan harga emas ini tentu saja akan menguntungkan emiten yang berbasis komoditas emas seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA), PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).
5. Harga Minyak Kembali dalam Sorotan
Harga energi terutama minyak mentah menjadi sorotan setelah drone Iran menyerang Israel. Harga minyak brent dan WTI memang menurun pada perdagangan Senin kemarin yakni masing masing melemah 0,39% dan 0,29%.
Namun, harga minyak masih bergerak di level tertingginya sejak akhir Oktober 2023 atau hampir enam bulan terakhir.
Sepanjang bulan ini saja harga minyak sudah terbang hampir 3%.
Konflik Iran vs Israel bisa melambungkan harga minyak ke depan mengingat Iran adalah salah satu eksportir terbesar minyak.
Data Administrasi Informasi Energi (EIA),ekspor minyak mentah Iran mencapai 1,29 juta barel per hari (bpd) pada 2023, rekor tertinggi dalam lima tahun.
Produksi minyak mentah Iran menembus 3,163 juta bpd pada Januari 2024. Sementara itu data EIA hanya menyebut 2,93 juta bpd.
Harga batu bara juga bisa ikut terseret naik mengingat pasir hitam adalah substitusi minyak.
Harga batu bara ditutup di posisi US$ 136,5 yang merupakan posisi tertingginya sejak 8 Maret 2024.
Tingginya harga minyak dan batu bara akan menguntungkan emiten berbasis komoditas minyak dan batu bara. Di antaranya adalah PT PTMedco Energi InternasionalTbk (MEDC), PTElnuas (Elsa), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), hingga PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Di sisi lain, tingginya harga minyak akan membebani neraca perdagangan Indonesia dan harga minyak domestik. Indonesia adalah net importir minyak sehingga kenaikan harga minyak bisa berdampak luas tak hanya ke neraca dagang tetapi juga stabilitas nilai tukar.
CNBC INdONESIA RESEARCH
[email protected]
