
Pasar Khawatir Gegara Inflasi AS Bakal Naik Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Amerika Serikat (AS) akan dirilis malam ini (10/4/2024) dan menjadi salah satu data ekonomi penting yang ditunggu pelaku pasar.
Untuk diketahui, sebelumnya pada Februari 2024, inflasi AS mengalami kenaikan sebesar 3,2% year on year/yoy.
Sementara konsensus memprediksi inflasi AS akan mengalami kenaikan atau lebih tinggi dibandingkan periode Februari yakni menjadi 3,4% yoy periode Maret 2024.
Jika inflasi AS kembali menyentuh level 3,4%, maka hal ini serupa dengan kenaikan inflasi AS pada periode Desember 2023.
Indeks harga konsumen, yang mengukur biaya berbagai barang dan jasa di perekonomian AS senilai US$27,4 triliun, diperkirakan akan mencatat kenaikan sebesar 0,3% baik untuk ukuran semua item maupun tolok ukur inti yang tidak termasuk bahan makanan yang bergejolak (volatile food). dan energi.
Jika inflasi kembali mengalami kenaikan, maka suku bunga bank sentral AS (The Fed) akan semakin sulit untuk diturunkan.
Mengutip dari CNBC International, senior ekonom di Allianz Trade North America, Dan North mengatakan bahwa The Fed memerlukan lebih banyak bukti bahwa inflasi secara meyakinkan sedang menuju kembali ke 2% sebelum penurunan suku bunga dapat dilakukan.
"Bergerak secara meyakinkan menuju 2% tidak hanya berarti mencapai 2% dalam satu bulan. Itu berarti mencapai 2% atau kurang selama berbulan-bulan berturut-turut," kata North.
Kendati demikian, inflasi AS pada dasarnya telah turun signifikan dari puncaknya di atas 9% pada bulan Juni 2022. The Fed memberlakukan 11 kenaikan suku bunga dari bulan Maret 2022 hingga Juli 2023 dengan total 5,25% untuk suku bunga acuan pinjaman semalam yang dikenal sebagai suku bunga dana federal.
Namun kemajuannya lambat dalam beberapa bulan terakhir. Faktanya, IHK utama hampir tidak mengalami perubahan sejak bank sentral menghentikan kenaikan suku bunga.
Lebih lanjut, selain data inflasi yang ditunggu pelaku pasar, angka-angka lainnya pun menjadi hal yang perlu dicermati pelaku pasar, seperti tren pada tempat tinggal, tiket pesawat, dan harga kendaraan.
Hal-hal tersebut menjadi penentu arah dalam siklus ekonomi saat ini, dan pergerakan ke arah mana pun dapat menunjukkan tren jangka panjang.
Ekonom di Goldman Sachs memperkirakan penurunan langsung pada barang-barang yang berhubungan dengan perjalanan udara serta harga kendaraan dan memperkirakan kenaikan biaya shelter yang lebih kecil, yaitu sekitar sepertiga dari bobot IHK.
Namun, survei The Fed di New York yang dirilis pada awal pekan ini menunjukkan peningkatan tajam dalam ekspektasi biaya sewa pada tahun depan, yang merupakan berita buruk bagi para pembuat kebijakan yang sering menyebut penurunan biaya perumahan sebagai landasan tesis pelonggaran inflasi mereka.
Demikian pula, survei Federasi Bisnis Independen Nasional untuk bulan Maret, yang telah dirilis pekan ini, menunjukkan kepercayaan di kalangan usaha kecil berada pada tingkat terendah dalam lebih dari 11 tahun, dengan pemilik menyebutkan inflasi sebagai kekhawatiran utama mereka.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)