
Buntut Aksi Boikot! McDonald's Akan Beli 225 Gerai Franchise di Israel

Jakarta. CNBC Indonesia - Restoran cepat saji asal Amerika Serikat (AS), McDonald's bakal membeli seluruh gerai waralaba di Israel akibat aksi boikot yang telah merugikan kinerja selama berbulan-bulan.
Beli Seluruh Gerai di Israel, McDonalds Bantah Pro Israel!
McDonald's diketahui telah menandatangani kesepakatan untuk memborong 225 gerai dari Alonyal Ltd, pemegang lisensi di Israel selama lebih dari 30 tahun.
Setelah selesai transaksi dalam beberapa bulan mendatang, McDonald's akan memiliki restoran dan operasional Alonyal, sambil tetap mempertahankan karyawannya.
Keputusan tersebut menunjukkan sikap manajemen McDonald's yang serius membantah anggapan pro-Israel dari konsumen di seluruh dunia, terutama konsumen dari Arab dan negara yang mayoritas Muslim.
Sebagaimana diketahui, Eskalasi perang Israel - Hamas telah membuat konsumen di berbagai belahan negara melakukan boikot untuk merk-merk yang dianggap pro-Israel.
Harapannya dengan keputusan membeli seluruh lisensi di Israel akan memberikan dampak baik bagi merk dan menghilangkan anggapan pro-Israel. Dengan begitu, loyalitas konsumen akan kembali lagi.
Pendapatan & Harga Saham McDonald's Turun Terus
Kendati begitu, dampak akibat boikot tersebut sudah dirasakan McDonald's yang membuatnya harus menerima pil pahit seperti penurunan pendapatan hingga harga saham yang terus merosot.
Melansir laporan keuangan hingga kuartal akhir 2023, McDonald's mencatatkan pendapatan sebesar US$6,41 miliar atau setara Rp100,63 triliun (Asumsi kurs Rp15.700/US$). Nilai tersebut merosot dibandingkan pendapatan kuartalan sebelumnya sebesar US$ 6,69 miliar.
Dari data di atas juga terlihat laba bersih McDonald's merosot dari US$ 2,32 miliar pada kuartal III/2023 menjadi US$ 2,04 miliar pada kuartal IV/2024.
Penyusutan profitabilits terjadi karena pertumbuhan penjualan yang lemah di wilayah Timur Tengah, serta di kawasan yang banyak umat Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Padahal, Waralaba raksasa burger ini di beberapa negara Muslim termasuk Arab Saudi, Turki, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Yordania telah menerbitkan pernyataan yang mencoba untuk melepaskan diri dari anggapan pro-Israel sambil menjanjikan dana bantuan ke Gaza.
Namun hal tersebut tak membantu banyak, sumber yang mengetahui masalah ini, penjualan waralaba McDonald's di beberapa negara Arab anjlok sekitar 50% dan 90% dari bulan ke bulan setelah boikot.
Di Lebanon, pengunjuk rasa menyerang dan merusak restoran McDonald's setempat, dan kerumunan pengunjuk rasa pro-Palestina di London mengepung beberapa cabang restoran tersebut sambil meneriakkan "Anda memalukan."
Akibat itu, harga saham McDonalds sejak awal tahun sudah merosot lebih dari 10%
CEO McDonald's Chris Kemczinski mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak aksi perang dan misinformasi yang memukul bisnis perusahaan.
"Kami kecewa dengan disinformasi dan laporan yang tidak akurat mengenai posisi kami dalam menanggapi konflik di Timur Tengah," ungkap Chris.
Lebih lanjut Chris menuturkan "McDonald's Corporation tidak mendanai atau mendukung pemerintah mana pun yang terlibat dalam konflik ini, dan tindakan apa pun dari mitra bisnis penerima lisensi lokal kami dilakukan secara independen tanpa isi atau persetujuan McDonalds."
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)