Rugi Karena Boikot Anti-Israel, MAPI Ditinggal Investor AS - Australia

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 July 2024 14:45
Startbuck Inc
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pengelola jaringan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) masih betah dalam tren penurunan seiring dengan dampak boikot anti-Israel yang dirasakan sejak awal tahun ini.

Sejak perang antara Hamas dan Israel mencuat pada Oktober tahun lalu, aksi boikot pun merajalela menolak produk yang berkaitan dengan produk asal Israel, maupun pendukungnya.

MAPI menjadi salah satu yang terdampak lantaran memiliki jejaring ritel untuk makanan dan minuman merk internasional, salah satunya Starbuck.

Sejak awal tahun (year-to-date) hingga perdagangan hari ini, Jumat (26/7/2024) harga saham MAPI masih di zona merah, terjun 22,91%. Dalam setahun juga masih susut 18,58%.

Jika dilihat aliran dana asing, dalam beberapa bulan terakhir juga nampak banyak yang membuang saham MAPI dalam porsi cukup besar.

Perpetual Limited, perusahaan perencana keuangan asal Australia menjadi investor asing yang melego saham MAPI paling banyak, dalam tiga bulan terakhir akumulasinya mencapai 160,88 juta lembar.

Posisi kedua ditempati Wellington Management Group, firma manajemen investasi swasta dan independen dengan total aset klien yang dikelola lebih dari US$1 triliun yang berpusat di Boston, Amerika Serikat (AS) menjual saham MAPI hingga 35,34 juta lembar.

Lalu ada Blackrock, menempati posisi ketiga sebagai investor yang melego saham MAPI paling banyak dalam tiga bulan beruntun sejak April - Juni 2024.

Pada April, perusahaan investasi asal AS ini menjual saham MAPI hingga 4,66 juta lembar, bulan berikutnya jual lagi lebih banyak mencapai 6,69 juta lembar, dan pada Juni jual lebih banyak lagi hingga 6,92 juta lembar saham.

Jika di-akumulasi saham MAPI yang dilego Blackrock mencapai 18,27 juta lembar saham, terhitung dari posisi Maret sebanyak 303,44 juta lembar menjadi 285,16 juta lembar.

Berikut deretan investor asing yang menjual saham MAPI dengan jumlah lembar lebih dari 1 juta lembar dalam tiga bulan terakhir :

Anak Usaha MAPI Sampai Merugi

Selain tercermin dari harga saham dan banyak investor asing yang jual saham MAPI. Laba anak usahanya PT Map Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) ikut anjlok hingga 262,85% pada kuartal II/2024.

Diketahui, PT Map Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) adalah anggota MAP Group yang fokus utamanya pada ritel makanan dan minuman untuk merek internasional, seperti Starbucks, Burger King, Pizza Express, Krispy Kreme, Cold Stone Creamery, Godiva, Genki Sushi, dll.

Dalam hasil Public Expose tahunan MAPI yang tersebar di Keterbukaan Informasi BEI, manajemen menyesalkan atas boikot yang terjadi.

Manajemen menekankan bahwa Starbucks di Indonesia adalah perusahaan Indonesia yang menggunakan kopi lokal, mengolahnya di dalam negeri, dan mempekerjakan ribuan karyawan Indonesia.

Selain itu, perusahaan juga mendapat dukungan dari Starbucks untuk membantu petani kopi lokal dan menjalankan berbagai proyek yang didukung oleh perusahaan tersebut.

"Boikot ini tidak seharusnya terjadi karena sangat berdampak pada kami. Penjualan kami turun pada kuartal terakhir dan kemungkinan akan terus turun pada kuartal ini," ujar manajemen MAPI.

Untuk mengatasi dampak ini, perusahaan telah mengambil beberapa inisiatif pengurangan biaya, termasuk menunda pembukaan gerai baru, menutup beberapa gerai yang tidak menguntungkan, dan memindahkan sebagian sumber daya ke divisi lain seperti divisi teknologi/digital yang memiliki potensi pertumbuhan lebih besar.

"Perusahaan kami adalah perusahaan Indonesia. Boikot ini tidak ada hubungannya dengan Israel atau Amerika. Dengan memboikot Starbucks, dampaknya dirasakan oleh masyarakat Indonesia," tambah manajemen.

Mengacu pada laporan keuangan, MAPB mencatatkan kerugian berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp22,23 miliar, atau anjlok 262,85% dari sebelumnya laba Rp13,65 miliar.
Sementara pendapatan MAPB tercatat sebesar Rp787,63 miliar, atau terkontraksi dari tahun sebelumnya Rp956,83 miliar. Adapun beban pokok penjualannya tercatat sebesar Rp237,4 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation