Newsdata

Lapor Bu Sri Mulyani! Investor Ramai-Ramai Kabur Jual Surat Utang RI

Revo M, CNBC Indonesia
16 April 2024 15:25
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau melonjak hampir ke 6, 88% hari ini, Selasa (16/4/2024).

Dilansir dari Refinitiv, imbal hasil SBN pada Selasa per pukul 11:50 WIB mengalami lonjakan signifikan23,7 basis points dari 6,643% pada penutupan perdagangan kemarin. 

Imbal hasil ini merupakan yang tertinggi sejak 14 November 2023 atau sekitar lima bulan terakhir.

Imbal hasil yang melambung tinggi ini menandakan investor cenderung melepas SBN. Banyaknya investor yang melepas SBN ini juga menjadi salah satu faktor dari jebloknya rupiah pada hari ini. Hingga Selasa (16/4/2024) pukul 14.15 WIB, rupiah ambruk 2,08% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp 16.170 per US$1.

Banyaknya SBN yang dilepas sudah berlangsung sebelum libur Lebaran. Hal ini dapat terlihat dari data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) di pekan pertama April 2024.

Berdasarkan data transaksi 1 - 4 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp8,07 triliun terdiri dari jual neto Rp1,41 triliun di pasar SBN, jual neto Rp5,88 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sedangkan selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 4 April 2024, investor asing jual neto Rp34,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp23,95 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp19,05 triliun di SRBI.

Keluarnya investor asing ini tercermin dari kepemilikannya yakni sebesar 14,16% pada 1 April 2024 menjadi 14,14% pada 4 April 2024.

Hal ini terjadi akibat ketidakpastian global yang terjadi selama masa Lebaran 2024 seperti data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi pasar dan ekskalasi konflik Timur Tengah antara Iran dan Israel.

Perang meningkatkan ketidakpastian global sehingga investor cenderung menarik dana dari aset berisiko tinggi dan negara berkembang.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto mengungkapkan selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan di global dimana rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar.

Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pun mengalami kemunduran seiring data AS yang masih cukup panas.

Survei CME FedWatch Tool menunjukkan pergeseran dari Juni 2024 sebagai first cut rate menjadi September 2024 dengan persentase 45,7%.

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME FedWatch Tool

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation