Bursa Asia Ambruk Berjamaah Karena Berita Buruk China & AS

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
03 April 2024 11:46
A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia-Pasifik ambruk berjamaah pada perdagangan hair ini, Rabu (3/4), seiring terkoreksi nya Wall Street dan pesimisme pasar mengenai pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS). Saham produsen kendaraan listrik juga merosot sangat akibat kekhawatiran akan permintaan.

Saham BYD jatuh 1.5% setelah produsen mobil listrik China tersebut melaporkan penjualan kuartal pertama yang anjlok 43% dibandingkan kuartal sebelumnya. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka turun 0.5%, setelah naik lebih dari 2% pada perdagangan sebelumnya. Produsen mobil listrik lainnya juga turun, termasuk Nio yang turun 2.5% dan Li Auto turun 1.5%.

Penurunan industri kendaraan listrik juga terlihat pada Tesla yang melaporkan penurunan pengiriman kendaraan kuartal pertama sebesar 8.5% dari tahun sebelumnya, sehingga harga saham produsen mobil listrik AS ini turun 5% semalam.

Indeks CSI 300 China turun 0.44% meskipun sektor jasa negara tersebut tumbuh pada tingkat tercepat sejak Desember.

Taiwan diguncang oleh gempa bumi yang kuat pada Rabu dini hari. Indeks Taiwan turun 0.33%. Nikkei 225 Jepang turun 1.07%, dan indeks Topix turun 0.49%.

Kospi Korea Selatan juga tergelincir 1.46%, sementara Kosdaq turun 1.48%. Di Australia, S&P/ASX 200 turun 1.26%, melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih ambruk 0,89% ke 7.177 pada Rabu hari ini pukul 11.45 WIB.

Penurunan di Wall Street juga mempengaruhi sentimen pasar, karena data inflasi yang masih belum menunjukkan perlambatan pada pekan lalu dan data ekonomi yang masih kuat.

Sentimen ini berhasil mendorong kenaikan imbal hasil obligasi dan mengurangi kemungkinan Federal Reserve AS memangkas suku bunga pada Juni.

Dow Jones Industrial Average turun untuk hari kedua seiring imbal hasil obligasi naik dan ekspektasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada Juni menurun. Dow ditutup hampir 400 poin atau 1% lebih rendah, sedangkan S&P 500 turun 0,72%. Ini adalah hari terburuk sejak 5 Maret bagi Dow dan S&P 500. Nasdaq Composite turun 0,95%.

Saham Fast Retailing (Uniqlo) jatuh ke level terendah dua minggu, turun lebih dari 4%, setelah perusahaan mengungkapkan bahwa penjualan toko-toko Uniqlo-nya di Jepang turun pada Maret. Perusahaan ini merupakan kontributor terbesar dari indeks Nikkei 225.

Perusahaan tersebut membuka lima toko baru pada Maret di Jepang, namun menutup delapan toko. Penjualan toko yang sama, termasuk penjualan online, turun 1.5% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara penjualan total pada Maret meningkat 1%.

Fast Retailing menjelaskan bahwa kontraksi penjualan disebabkan oleh kesulitan penjualan barang musim semi yang gagal mendapatkan momentum, karena "cuaca yang terus-menerus dingin sepanjang bulan [di Jepang]".

Penjualan Country Garden pada Maret mencapai CNY 4,30 miliar (US$594.43 juta), pengembang properti China melaporkan pada Selasa malam. Penjualan turun hampir 83% secara tahunan pada Maret namun sedikit lebih tinggi dari periode Februari sebesar 3,72 miliar yuan.

Pengembang real estat yang terbebani utang ini mengatakan akan menunda laporan keuangan tahunannya dan perdagangan sahamnya di Bursa Saham Hong Kong dihentikan pada Selasa. Saham yang terdaftar di Hong Kong dari perusahaan ini turun hampir 38% sepanjang tahun ini.

Faktor lain yang menekan bursa Asia adalah semakin pesimisnya pasar mengenai pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). 

Perangkat CME FedWatch menunjukkan kini investor di AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 56,6% pada Juni, turun dari sekitar 63,8% pada pekan lalu, berdasarkan perangkat CME FedWatch.

Pesimisme ini ikut mendongrak indeks dolar dan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun. Indeks dolar ditutup di posisi 104,816 pada perdagangan kemarin, lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya di posisi 105,019.

Sebelumnya indeks sempat menyentuh level 105 yang merupakan titik tertingginya sejak 8 November 2023 atau hampir lima bulan terakhir.

Tekanan lain datang dari kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun yang melesat ke 4,33%. Posisi tersebut melesat dibandingkan akhir pekan lalu yang masih berada di posisi 4,19%. Posisi ini juga menjadi yang tertinggi sejak 28 November 2023.

Kenaikan imbal hasil ini bisa memicu aliran outflow dari Asia ke AS karena investor tertarik dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Investor kini menunggu pidato Chairman Teh Fed Jerome  Powell yang akan kembali berpidato dalam Economic Outlook di Stanford Business, Government, and Society Forum, Stanford, California.

Acara ini mempertemukan para pemimpin dari kalangan bisnis, organisasi nirlaba, pemerintah, dan akademisi untuk melakukan dialog konstruktif mengenai isu-isu terkini, termasuk pasar bebas, teknologi, dan keberlanjutan.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Powell mengungkapkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat (AS) terbaru sesuai yang diharapkan bank sentral.

Pernyataan ini sekaligus mempertahankan dasar bank sentral untuk penurunan suku bunga pada tahun 2024, meskipun angka-angka tersebut menunjukkan perlambatan yang lebih kecil dibandingkan tahun lalu.

"Anda tidak akan melihat kami bereaksi berlebihan," ujar Powell saat tampil di pertemuan The Fed di San Francisco.

"tidak serendah sebagian besar data bagus yang kami dapatkan pada paruh kedua tahun lalu, tapi jelas lebih sesuai dengan apa yang ingin kami lihat," tambah Powell.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation