Newsletter

IHSG-Rupiah Hari Ini Dibayangi Inflasi AS, Rekor Jokowi, Kabar THR

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Jumat, 15/03/2024 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Pasar keuangan RI bergerak variatif, IHSG pecah rekor lagi tetapi rupiah gagal menguat.
  • Bursa Wall Street ditutup koreksi lantaran sejumlah data AS meleset dari ekspektasi.
  • Sentimen dari AS yang bawa kabar genting hingga neraca dagang RI akan mempengaruhi gerak pasar hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak variatif pada perdagangan kemarin, Kamis (14/3/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali pecah rekor, akan tetapi nilai tukar rupiah malah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sentimen selengkapnya yang akan mempengaruhi pada perdagangan hari ini, Jumat (15/3/2024) bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin berhasil pecah rekor lagi ke posisi 7433,31 dengan penguatan harian 0,16% atau 12,10 poin.

Gerak IHSG secara intraday pada kemarin terbilang sangat volatile dengan posisi tertingginya sempat mencapai 7454,44 dan posisi terendah sempat ke 7380,64.

Volatilitas IHSG yang tinggi terjadi karena bertepatan dengan pembagian dividen perbankan jumbo RI, yakni periode cum date dan ex date dividen perbankan kapitalisasi jumbo RI.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang kemarin melewati masa ex date dividen langsung direspon harga sahamnya terjun nyaris 4% ke posisi Rp6. 150 per lembar. BBRI kemudian menjadi bottom movers indeks paling besar hingga 29,14 poin.

Kendati begitu, bank big caps lain menjadi penopang IHSG tetap hijau seperti PT Bank Central Asia Tbk yang pecah rekor di harga penutupan Rp10.325 per lembar. .

Dalam sehari BBCA meroket lebih dari 3% dan menjadi pendongkrak indeks sebanyak 22,25 poin. Ini terjadi lantaran dividen yang diumumkan BBCA pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kemarin.

BBCA diketahui membagikan dividen sebesar Rp33 triliun dari laba bersih tahun buku 2023. Dengan begitu, dividen per lembar yang didapatkan investor sebanyak Rp 270, tetapi itu sudah termasuk dividen interim yang sudah dibagikan Desember 2023 lalu sebesar Rp42,50 per lembar.

Penopang indeks lain juga masih dari sektor perbankan big caps, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menembus rekor All Time High ke Rp 7.400 per lembar. Berkat itu, itu IHSG terkatrol naik sebanyak 11,36 poin.

Aliran dana asing juga masih deras dengan net inflow di seluruh pasar mencapai Rp1,93 triliun, dengan dominasi dari pasar reguler sebesar Rp1,78 triliun.

Naiknya saham BBCA dan BMRI kemarin ikut dipengaruhi asing, karena menjadi top foreign buy, masing-masing sebanyak Rp 543,2 miliar dan Rp457,1 miliar.

Berbanding terbalik dengan IHSG yang ditutup hijau, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS malah menyusut tipis.

Melansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,03% pada perdagangan Kamis kemarin di angka Rp15.575/US$. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi selama empat hari beruntun sejak 6 Maret 2024.

Melemahnya rupiah terhadap dolar AS akibat sikap wait and see pelaku pasar perihal data negeri Paman Saham seperti klaim pengangguran, penjualan ritel, hingga inflasi produsen yang rilis pada Kamis malam.

Sementara dari domestik pelaku pasar fokus menanti rilis data neraca dagang yang akan dirilis pada Jumat ini.

Ini sangat ditunggu pelaku pasar mengingat semakin besarnya surplus neraca dagang, maka supply dolar AS di dalam negeri akan terjaga dan membuat rupiah berada dalam kondisi yang stabil.
Namun jika neraca dagang tercatat lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar, maka hal ini dapat memberikan tekanan bagi rupiah ke depannya.

Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun relatif stagnan di posisi 6,644% dari sebelumnya 6,64%.


(tsn/tsn)
Pages