
Harga Batu bara Kembali Membara, Naik Nyaris 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melanjutkan penguatan tipis setelah sempat terkoreksi. Penguatan ini terjadi seiring dengan kebijakan gasifikasi batu bara India, permintaan batu bara China yang akan memuncak pada 2025, dan pasokan China yang akan dibatasi.
Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Rabu (21/02/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di harga US$ 124,1 per ton atau naik 1,51%.
Kenaikan ini melanjutkan penguatan pada perdagangan sebelumnya sebesar 1,24%. Dengan demikian, pasir hitam sudah menguat 2,8% atau hampir 3% dalam dua hari beruntun.
Penguatan harga batu bara tersebut sejalan dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah India. Mengutip Money Control, Pemerintah India sedang merancang kebijakan untuk menawarkan batu bara untuk proyek gasifikasi batu bara.
M Nagaraju, Sekretaris dan wakil otoritas di Kementerian Batu Bara, menyampaikan rencana pemerintah dalam pertemuan dengan pemangku kepentingan industri di Mumbai pada 21 Februari. Ia menyatakan bahwa pemerintah berupaya untuk memastikan ketersediaan batu bara jangka panjang untuk proyek gasifikasi.
Kebijakan gasifikasi batu bara berpotensi meningkatkan permintaan, sehingga turut menjadi sentimen penguatan harga.
Beralih ke China, produsen batu bara terbesar di dunia, telah menetapkan batas puncak permintaan batu bara pada 2025. Dengan hanya setahun lagi, pertumbuhan produksi batu bara di China perlu melambat.
Analis dari Guosheng Securities Co. menyatakan bahwa pertumbuhan produksi batu bara China tahun ini bisa menyusut menjadi 1,4%. Empat wilayah produsen batu bara terbesar di China menunjukkan kecenderungan untuk tidak melanjutkan pertumbuhan produksi eksplosif yang terjadi selama tujuh tahun terakhir. Otoritas di wilayah ini lebih mengandalkan energi terbarukan seperti angin dan surya.
Provinsi Shanxi, sebagai produsen batu bara terbesar di China, berencana meningkatkan produksi batu bara tahun ini sebesar 57 juta ton, yang merupakan penurunan signifikan dari 100 juta ton tahun lalu.
Sementara mengurangi target pertumbuhan produksi batu bara, otoritas Shanxi akan memperluas kapasitas tenaga surya dengan menutupi lahan bekas tambang batu bara dengan panel surya.
Pada tahun lalu, China menyumbang 96% dari kapasitas pembangkit listrik batu bara global dan 68% dari kapasitas generasi batu bara baru yang diluncurkan. Seiring dengan itu, 81% proyek generasi batu bara baru yang direncanakan.
Penguatan harga batu bara juga dipicu oleh pembatasan produksi di Shanxi untuk menghindari kelebihan pasokan. Menurut Energy World, penambang batu bara di Shanxi diminta untuk mengurangi produksi dan melakukan pemeriksaan keselamatan selama Maret-Mei. Shanxi sendiri menyumbang 29% dari pasokan batu bara di China. Pembatasan produksi ini memberikan dampak pada penurunan pasokan global, yang turut mempengaruhi penguatan harga batu bara secara keseluruhan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)