Newsletter

Fed Ogah Cut Rate, Transaksi Berjalan Juga Diramal Defisit, RI Aman?

Revo M, CNBC Indonesia
Kamis, 22/02/2024 06:01 WIB
Foto: Infografis/Neraca Dagang Masih Tekor/Edward Ricardo
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif pada perdagangan kemarin. IHSG ditutup melemah sementara rupiah menguat dan Surat Berharga Negara (SBN) masih dibeli investor.
  • Wall Street ditutup beragam, Nasdaq melemah sementara Dow Jones dan S&P menguat
  • Data transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia serta risalah rapat FOMC akan membayangi pergerakan pasar hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpantau bergerak variatif pada penutupan perdagangan kemarin (21/2/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sementara rupiah mengalami apresiasi dan Surat Berharga Negara (SBN) masih diminati investor.

Pasar keuangan diperkirakan akan kembali bergerak beragam pada hari ini dan akan dibahas lebih lanjut pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin berada pada posisi 7.349 atau turun tipis 0,05%. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.300.

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan hampir 16,45 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 221 saham naik, 326 saham turun dan 224 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,08%. Selain itu, sektor bahan baku juga menjadi pemberat IHSG yakni sebesar 1,05%.

Beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG kemarin. Berikut saham-saham yang menjadil laggard IHSG.

Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG melemah cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global, di tengah memburuknya kembali sentimen pasar. Pasar saham global kembali merana akibat jatuhnya saham-saham teknologi, karena investor mulai merealisasikan keuntungannya.

Namun di akhir perdagangan, koreksi IHSG berhasil terpangkas. Hal ini setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya.

Untuk diketahui, BI memutuskan menahan suku bunganya di level 6% untuk keempat kalinya sejak terakhir menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2023.

Suku bunga Deposit Facility juga diputus tetap di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Februari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (21/2/2024).

Hal ini sejalan dengan konsensus yang telah dihimpun dari 12 instansi oleh CNBC Indonesia yang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunganya secara absolut di level 6%.

Perry mengungkapkan alasan ditahannya suku bunga BI karena untuk tetap fokus kebijakan moneter yangpro-stability.

Beralih ke nilai tukar rupiah, dilansir dari Refinitiv, mata uang Garuda tercatat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) 0,16% di angka Rp15.630/US$ pada perdagangan kemarin. Apresiasi ini mematahkan tren pelemahan yang telah terjadi empat hari beruntun.

Sementara di pasar SBN, terjadi penyusutan imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang menjadi kabar gembira yang menunjukkan investor mulai melirik lagi ke pasar obligasi. Perlu dicatat, pergerakan harga dan yield obligasi adalah berlawanan arah, ketika yield turun maka harga naik. Hal inilah yang menjadi alasan dana investor terutama asing mulai masuk lagi ke Tanah Air.

Posisi imbal hasil SBN saat ini merupakan yang terendah sejak 2 Februari 2024 atau hampir tiga minggu terakhir.


(rev/rev)
Next Page
Wall Street
Pages