
IHSG Lagi Loyo, 8 Saham Big Cap Ini Jadi Bebannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Rabu (21/2/2024), di mana investor cenderung wait and see menanti keputusan suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI).
Per pukul 11:37 WIB, IHSG melemah 0,68% ke posisi 7.302,39. Meski melemah, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.300. Namun jika koreksi makin membesar, IHSG dapat kembali menyentuh level psikologis 7.200.
Nilai transaksi IHSG pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,3 triliun dengan melibatkan 8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 720.198 kali.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,52%. Selain itu, sektor bahan baku dan konsumer primer juga menjadi laggard IHSG di sesi I hari ini, yakni masing-masing 1,06% dan 1,05%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -8,73 | 6.225 | -1,19% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | -8,14 | 4.130 | -1,90% |
Bank Central Asia | BBCA | -6,85 | 9.900 | -1,25% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -6,18 | 80 | -3,61% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -4,54 | 7.100 | -0,70% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -3,71 | 2.700 | -3,23% |
Barito Renewables Energy | BREN | -2,89 | 5.450 | -0,91% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | -2,50 | 7.875 | -1,87% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham perbankan terbesar kedua di Indonesia dari kapitalisasi pasarnya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 8,7 indeks poin.
IHSG melemah cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global, di tengah memburuknya kembali sentimen pasar. Pasar saham global kembali merana akibat jatuhnya saham-saham teknologi, karena investor mulai merealisasikan keuntungannya.
Di lain sisi, IHSG yang melemah juga disebabkan oleh investor yang cenderung wait and see menanti keputusan suku bunga BI pada hari ini.
Pelaku pasar dan analis memprediksi BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini, yakni kembali ditahan di level 6%.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga menunjukkan bahwa suku bunga acuan masih tidak akan mengalami perubahan sejak terakhir kali dinaikkan 25 basis poin (bp) pada Oktober 2023.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
BI diperkirakan akan menahan suku bunga karena melihat kondisi suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang masih ditahan dalam pertemuan terakhir.
Apalagi, The Fed diprediksi belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat dan mungkin baru akan menurunkan pada paruh kedua 2024.
Sejalan dengan The Fed, investor juga menunggu sinyal indikasi penurunan suku bunga yang diperkirakan terjadi pada semester II-2024.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali keempat BI menahan di level tersebut setelah menahan pada November, Desember, dan Januari. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75%.
Pada pertemuan bulan lalu BI memutuskan untuk menahan suku bunga di 6% karena sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya