Pada penutupan perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia, Wall Street, mengalami kejatuhan secara berjamaah. Dow Jones merosot 64,19 poin, atau 0,17%, menetap di 38.563,8. S&P 500 tergelincir 0,6% menjadi berakhir pada 4.975,51. Nasdaq Composite yang sarat teknologi melemah 0,92% ditutup di posisi 15.630,78.
Saham Nvidia memimpin depresiasi sektor teknologi menjelang laporan pendapatan produsen chip tersebut. Nvidia yang akan melaporkan pendapatan pada Rabu nanti tercatat turun hampir 4,4%.
Kendati diperkirakan Nvidia akan membukukan hasil yang mengesankan, investor telah menyatakan kekhawatirannya mengenai valuasinya yang sangat tinggi.
Beralih ke saham lain, saham Amazon turun 1,4%, sedangkan saham Microsoft dan Meta masing-masing kehilangan sekitar 0,3%.
Sepanjang tahun ini, sektor teknologi telah naik 6%, menjadikannya sektor dengan keuntungan tertinggi ketiga, kalah dibandingkan layanan komunikasi dan layanan kesehatan. Nvidia terus melanjutkan kenaikannya yang besar, menambahkan 40% sepanjang tahun ini, sementara rekan-rekannya di 'Magnificent 7' telah meningkat.
Meta dan Amazon telah meningkat masing-masing sekitar 33% dan 10% pada tahun 2024.
Saham-saham keuangan juga terlihat pada hari Selasa menyusul pengumuman besar bahwa Capital One Financial setuju untuk membeli Discover Financial Services dalam kesepakatan senilai US$35,3 miliar, yang diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025. Capital One naik 0,1% setelah pengumuman tersebut, sementara Discover melonjak 12,6%.
Selain itu, Walmart mengumumkan akan mengakuisisi pembuat TV Vizio senilai US$2,3 miliar, atau US$11,50 per saham, menyebabkan saham Vizio naik sekitar 16%. Saham Walmart menguat lebih dari 3% setelah pengecer besar ini juga mengalahkan ekspektasi pendapatan dan pendapatan kuartalan, didorong oleh pertumbuhan dua digit dalam penjualan e-commerce global perusahaan.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar keuangan hari ini, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Sentimen dalam negeri akan datang dari keputusan bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia terkait suku bunga serta hasil pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres).
Dari luar negeri, sentimen yang perlu diperhatikan adalah dampak keputusan suku bunga sentral China serta rilis rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Hasil quick count dua lembaga survei yakni PRC dan Poltracking dengan 100% perolehan suara menunjukkan bahwa Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengungguli kedua pasangan calon (paslon) lainnya dengan perolehan suara 59,22% (PRC) dan 58,51% (Poltracking).
Sementara hasil quick count data lembaga survei Litbang Kompas dan Charta Politika dengan perolehan suara lebih dari 99% menunjukkan Prabowo-Gibran pimpin perolehan suara masing-masing 58,45% (Litbang Kompas) dan 57,81% (Charta Politika).
Begitu pula untuk hasil real count KPU pada 20 Februari 2024 pukul 23:00 WIB menunjukkan paslon 2 yang jauh di meninggalkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per 23:00 WIB dengan 73,25% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung dan Prabowo-Gibran kokoh di posisi pertama dengan perolehan suara 58,77%.
Posisi Prabowo-Gibran saat ini berpotensi membuat pilpres 2024 hanya berlangsung satu putaran. Hal ini semakin meminimalkan ketidakpastian politik di dalam negeri. Alhasil investor berpotensi lebih siap untuk chip in ke pasar keuangan domestik dibandingkan beberapa waktu lalu.
Sikap investor yang lebih optimis pun semakin besar mengingat Prabowo berjanji untuk melanjutkan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan membangun infrastruktur dan memanfaatkan sumber daya negara yang melimpah. Maka dari itu, kejelasan bagi investor akan semakin terlihat.
Suku Bunga Bank Sentral China Dipangkas
Bank sentral China mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan pinjaman lima tahun untuk pertama kalinya sejak Juni tahun lalu, sehingga memperluas upaya Beijing untuk menghidupkan kembali pasar properti yang lesu di negara tersebut.
People's Bank of China (PBoC) mengumumkan mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun yang merupakan patokan untuk sebagian besar pinjaman rumah tangga dan korporasi di China tidak berubah pada 3,45%. Sementara itu, suku bunga pinjaman lima tahun yang menjadi acuan patokan untuk sebagian besar hipotek dipotong sebesar 25 basis poin menjadi 3,95%.
"Pergerakan asimetris ini menandakan berlanjutnya preferensi pihak berwenang terhadap pelonggaran yang ditargetkan, dan keinginannya untuk meningkatkan dukungan bagi sektor properti," tutur Louise Loo, kepala bidang ekonomi di Oxford Economics, dilansir CNBC International, Selasa (20/2/2023).
Pemangkasan suku bunga ini diharapkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi China yang tengah lesu karena krisis sektor property. Dengan status China sebagai motor utama penggerak ekonomi Asia maka perkembangan di Tiongkok akan sangat berdampak kepada tetangganya, termasuk Indonesia.
Pemangkasan suku bunga diharapkan meningkatkan keyakinan konsumen, investor, hingga pelaku pasar keuangan akan pemulihan ekonomi China ke depan. Bagi Indonesia, China adalah pasar terbesar ekspor serta salah satu investor terbesar sehingga pemulihan ekonomi Tiongkok akan membawa dampak positif.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI)
RDG BI mulai digelar kemarin hingga hari ini yang membahas kondisi perekonomian global hingga suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga/institusi memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali keempat BI menahan di level tersebut setelah menahan pada November, Desember, dan Januari. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75%.
Sebelumnya, pada Januari 2024 Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan keputusan menahan suku bunga ditempuh sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.
"Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Analis memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga karena masih ketatnya suku bunga The Fed. Kondisi ini akan mempengaruhi permintaan dolar sehingga stabilitas rupiah masih bisa terguncang setiap waktu.
BI kemungkinan belum akan mengikuti kebijakan bank sentral China yang memangkas suku bunga kemarin. Analis memperkirakan BI akan memangkas suku bunga pada semester II-2024 ketika The Fed sudah menurunkan suku bunganya.
Federal Open Meeting Committee (FOMC) Minutes
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia (22/2/2024), The Fed akan merilis FOMC Minutes atau risalah rapat mereka pada Januari lalu. Risalah ini diharapkan bisa menjadi petunjuk bagi pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga ke depan.
Seperti diketahui, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada Januari 2024 di level 5,25-5,50%. Namun, mereka membuat pelaku pasar kecewa karena mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Artinya, suku bunga The Fed yang masih tinggi bisa bertahan lebih lama lagi.
Direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, David Meger mengatakan bahwa ia melihat kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertengahan tahun 2024.
Perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa 55,1% pelaku pasar berekspektasi The Fed akan memangkas suku bunganya untuk pertama kalinya sebesar 25 basis poin (bps) pada Juni 2024. Sedangkan pada pertemuan Maret dan Mei, pelaku pasar berekspektasi The Fed masih akan menahan suku bunganya di 5,25-5,5%.
 Foto: Meeting Probabilities Sumber: CME Fedwatch Tool |
Dilansir dari Reuters, Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Kamis pekan lalu bahwa meskipun The Fed telah membuat banyak kemajuan dalam menurunkan tekanan inflasi, risiko yang ada berarti bahwa ia belum siap untuk menyerukan penurunan suku bunga.
"Kami telah mencapai kemajuan yang substansial dan memuaskan dalam memperlambat laju inflasi," kata Bostic dalam pidatonya di depan pertemuan yang diadakan oleh Money Marketeers dari New York University Inc, dikutip dari Reuters.
Bostic mengatakan masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi yang tinggi, dan hal ini "membuat saya merasa tidak nyaman karena inflasi terus menurun hingga mencapai target 2%."
Oleh karena itu, diperlukan waktu cukup lama sebelum The Fed mempunyai keyakinan yang cukup bahwa perekonomian berada pada jalur yang memungkinkan penurunan suku bunga.
Hasil Positif Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK)
PTIJK 2024 yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berlangsung kemarin dan secara umum, berbagai ungkapan positif disampaikan oleh para petinggi negara.
Presiden Jokowi contohnya, ia sampaikan bahwa kekhawatiran pelaku bisnis lantaran pemilu berjalan lancar. Masyarakat berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) dengan riang gembira.
"Dan kita harapkan arus modal masuk, investasi, sehabis pemilu ini bisa bergerak, bisa meningkat, dan lebih baik lagi," kata Jokowi.
OJK juga mencatat sepanjang 2023 industri keuangan tumbuh dengan baik. Pun pada tahun ini tren tersebut akan berlanjut.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengatakan bahwa otoritas menargetkan kredit tumbuh 9%-11% secara tahunan (yoy). Capaian ini akan didukung oleh dana pihak ketiga (DPK) yang diperkirakan naik 6%-8% yoy.
Sementara itu, pasar modal diperkirakan mampu menggalang dana hingga Rp 200 triliun. OJK mencatat kurang dari dua bulan pertama 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) menggalang dana Rp 12 triliun dari penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Hasil positif ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik dan perspektif investor perihal fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kokoh.
Agenda ekonomi:
Neraca Perdagangan Jepang (06:50 WIB)
Presiden Joko Widodo akan melantik Menko Polhukam dan Menteri ATR/kepala BPN (11:00 WIB)
Neraca Perdagangan Saudi Arabia (13:00 WIB)
- Suku Bunga Bank Indonesia (14:30 WIB)
Agenda perusahaan:
* Konferensi pers peluncuran Satelit Merah Putih 2 dari Cape Canaveral Florida Amerika Serikat. Turut hadir Direktur Utama Telkom dan Direktur Utama Telkomsel (11:00 WIB)
* RUPSLB Krom Bank Indonesia (BBSI)
* RUPSLB Nusatama Berkah (NTBK)
* RUPSLB Satria Antaran Prima (SAPX)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC Indonesia Research
[email protected]