polling CNBC Indonesia

Setelah Prabowo Menangi Real Count, Kemana Arah Suku Bunga BI?

Revo M, CNBC Indonesia
20 February 2024 07:10
Logo bank sentral Indonesia, Bank Indonesia, seperti yang terlihat di Jakarta, Indonesia 19 Januari 2017. REUTERS / Fatima El-Kareem
Foto: REUTERS / Fatima El-Kareem

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diproyeksi kembali menahan suku bunga acuan pada bulan ini. Pelaku pasar juga menunggu tanggapan BI soal ekspektasi penurunan suku bunga di 2024, kondisi perekonomian global, serta perkiraan ekonomi Indonesia setelah pemilihan presiden (pilpres) 2024.

BI menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21 Februari 2024). BI dijadwalkan akan mengumumkan hasil rapat pada Rabu mendatang/

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga/institusi memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.

Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali keempat BI menahan di level tersebut setelah menahan pada November, Desember, dan Januari. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75%.

Sebelumnya, pada Januari 2024 Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan keputusan menahan suku bunga ditempuh sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.

"Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Inflasi pada Januari 2024 pun tercatat sebesar 2,57% (year on year/yoy) berada dalam target BI 1,5-3,5% di 2024. Sementara secara bulanan, inflasi Januari 2024 mencapai 0,04%.

Inflasi Indonesia terus melandai diikuti oleh inflasi inti yang juga lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Inflasi inti Indonesia selalu di bawah inflasi headline sejak Juni 2021. Bahkan pada Januari 2024, inflasi inti Indonesia tercatat sebesar 1,68% yoy atau terendah sejak Desember 2021. Dengan kata lain, posisi inflasi inti saat ini merupakan yang terendah sejak dua tahun terakhir.

Inflasi yang melandai jika dibandingkan dengan Desember 2023 ini disebabkan oleh usainya masa libur Natal dan Tahun Baru, serta penurunan harga BBM non-subsidi pada 1 Januari 2024.

Rupiah, Hasil Pilpres dan The Fed

Keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga pada pekan ini diyakini akan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar mengingat fokus BI kini lebih pada stabilitas rupiah dan tidak lagi inflasi.

Nilai tukar rupiah menguat tajam sebesar 0,96% sepanjang bulan ini. Namun, mata uang Garuda justru terpuruk sejak hasil pemilihan presiden (pilpres) pada 14 Februari 2024. Sejak pilpres, rupiah melemah 0,22%. Nilai tukar rupiah juga 
mengalami depresiasi sebesar 0,16% sehari setelah pilpres 2024 atau Kamis (15/2/2024).

Kondisi ini berbanding terbalik dengan data historisnya. Sejak Pilpres pada 2004 gerak rupiah pada sehari setelah pemilihan selalu menghijau, termasuk saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) memenangi pilpres.

Hasil real count dan quick count yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka belum mampu membuat rupiah menguat. Padahal, pasangan tersebut menang telak sehingga pilpres kemungkinan hanya berlangsung satu putaran.

Hingga Selasa (20/2/2024) pukul 06:00 WIB, 72,03% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) telah tertampung masuk dan suara Prabowo-Gibran semakin jauh meninggalkan dua pasangan calon lain.

Prabowo-Gibran tercatat mengumpulkan 56.929.049 suara atau 58,62% atau hampir 59%. Anies-Cak Imin sebanyak 23. 568.187 atau 24, 27%, sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 16.619.625 atau 17, 11%.



Pergerakan rupiah dalam sepekan terakhir justru lebih dibayangi oleh situasi global dibandingkan hasil pilpres.

Tekanan eksternal khususnya datang data inflasi AS yang masih panas yakni 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024 atau jauh di atas target bank sentral AS  The Federal Reserve (The Fed) di level 2%. Ekonomi AS juga masih kencang yang bisa membuat The Fed menahan suku bunga tinggi dalam waktu lama.

Proyeksi masih lamanya era suku bunga tinggi inilah yang diperkirakan akan menjadi salah satu pertimbangan BI dalam menentukan kebijakan stabilitas rupiah dan BI rate.

Kapan BI Mulai Pangkas Suku Bunga?

Dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu (31/1/2024), Perry mengungkapkan bahwa ada kemungkinan BI mulai menurunkan suku bunga acuan pada semester II-2024.

Rencana ini akan seiring dengan upaya BI memperkuat bauran kebijakan moneter, di satu sisi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan kebijakan makroprudensial.

Pernyataan itu Perry juga sampaikan seiring dengan perkiraannya melihat ada kemungkinan kuat bank sentral Amerika Serikat, yakni The Federal Reserve akan mulai menurunkan bunga acuannya pada semester II-2024.

"Fed Fund Rate kami perkirakan semester II, tapi jelas akan turun insya Allah setidaknya akan mereda dolar masih kuat, tapi setelah Fed Fund Rate akan turun tentu saja mereda," paparnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation