
Sempat Anjlok ke Bawah US$2.000/Troy Ons, Emas Dunia Kembali Bersinar

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terperosok pada minggu ini bahkan sempat jatuh ke bawah US$2.000 per troy ons. Sikap The Fed yang masih ragu dalam penurunan suku bunga jadi pemberat utama.
Pada perdagangan hari terakhir Jumat (16/2/2024) harga emas di pasar spot menguat 0,45% menjadi US$2.013,1 per troy ons. Akan tetapi secara mingguan melemah 0,55%.
Minggu ini menjadi masa terberat bagi emas sepanjang 2024. Pada perdagangan Selasa (13/2/2024), harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1992,89 per troy ons.Harga emas ambruk 1,33%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 12 Desember 2023 atau dua bulan terakhir.
Pelemahan yang sangat dalam tersebut juga membuat harga emas terlempar dari level psikologis US$ 2.000 untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir.
Namun, emas mampu bangkit dalam dua hari perdagangan terakhir dan menutup pekan di atas level US$2.000 per troy ons.
Harga emas ambruk setelah data inflasi AS keluar pada Selasa malam waktu Indonesia atau Selasa pagi waktu AS.
Inflasi AS menembus 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Inflasi hanya melandai tipis dibandingkan Desember 2023 yang ada di angka 3,4%. Inflasi bahkan jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan di angka 2,9%.
Secara bulanan, inflasi bahkan meningkat 0,3% pada Januari 2024, dari 0,2% pada Desember 2023. Inflasi melonjak karena kenaikan harga di sektor perumahan dan makanan.
Inflasi inti yang tidak menghitung energi dan makanan mencapai 3,9% (yoy) pada Januari 2024 atau sama dengan Desember 2023.
Inflasi AS yang masih panas ini membuat pelaku pasar semakin pesimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga.
Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan hanya 8,5% pelaku pasar memproyeksi The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Padahal, probabilitas pemangkasan masih mencapai 70% pada tiga pekan lalu. Ekspektasi pemangkasan suku bunga di Mei kini turun ke 65,5% dari sekitar 70% pada pekan lalu.
Semakin pesimisnya pasar akan pemangkasan suku bunga juga membuat indeks dolar AS dan imbal hasil US terbang.
Indeks dolar sempat menembus 104,84, rekor tertingginya sejak 13 November 2023 atau tertinggi dalam tiga bulan.
Kenaikan dolar membuat emas semakin mahal untuk dibeli sehingga kurang menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
"Emas diperdagangkan lebih rendah karena panasnya data inflasi. Akan sulit bagi emas untuk menguat karena sebagian dari kenaikannya di atas US$2.000 disebabkan oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang akan dilakukan lebih cepat," ujar Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Berjangka, kepada Reuters.
Emas dunia pada akhir pekan terungkit karena Indeks harga produsen untuk permintaan akhir naik 0,3% bulan lalu setelah mengalami penurunan sebesar 0,1% pada bulan Desember, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI akan naik 0,1% setelah penurunan 0,2% yang dilaporkan sebelumnya.
Pada hari Jumat, ekspektasi pasar bahwa Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada bulan Juni ditolak, dengan FedWatch Tool CME sekarang menunjukkan peluang 69,9% untuk pemotongan setidaknya 25 basis poin, turun dari hampir 90% di sesi sebelumnya.
(ras/ras)