
Pak Jokowi Besok Bisa Dapat Kabar Buruk, Siap-Siap Ya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diproyeksi akan mengecil pada Januari 2024 sejalan dengan makin melandainya harga komoditas serta melambatnya ekonomi mitra dagang.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Januari 2024 pada Kamis (15/2/2024).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 3,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 45 bulan beruntun. Catatan panjang ini menjadi tersendiri bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena belum pernah terjadi di Era Reformasi.
Namun, surplus terus mengecil menjelang akhir tahun lalu.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 4,9% (year on year/yoy) sementara impor tumbuh 1,63% pada Januari 2024.
Sebagai catatan, nilai ekspor Desember 2023 terkoreksi 5,8% (yoy) tetapi naik 1,89% (month to month/mtm) menjadi US$ 22,41 miliar. Nilai impor Desember 2023 turun 2,52% (mtm) dan menyusut 3,85% (yoy) menjadi US$ 19,11 miliar.
Ekspor diperkirakan melandai pada Januari 2024 seiring dengan melandainya harga komoditas.
Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Januari 2024 di angka US$ 124,97 per ton. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2023 tercatat US$ 141,8 per ton. Harganya juga jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 (US$ 320,88 per ton).
Sementara itu, rata-rata harga CPO tercatat MYR 3.828,46 per ton. Harganya lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga CPO pada Desember 2023 yang tercatat MYR 3.745,8 per ton. Namun, harganya jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2023 yakni MYR 3.939 per ton.
Sawit dan batu bara menyumbang ekspor sekitar 30% dari total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan ekspor.
Batu bara dan CPO menyumbang nilai ekspor sekitar 30% terhadap total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan.
Ekonomi China terus menimbulkan kekhawatiran setelah Tiongkok mencatat deflasi dalam empat bulan beruntun. Ekspor China juga terkoreksi sebesar 4,6% pada 2023. Ini adalah kali pertama Tiongkok mencatat koreksi ekspor dalam tujuh tahun terakhir.
Impor terkontraksi 5,5% pada 2023. Terkoreksinya impor menandai permintaan dalam negeri China yang tengah melemah, termasuk permintaan dari dalam negeri.
China merupakan mitra datang terbesar bagi Indonesia dan menyumbang sekitar 26%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)