Newsdata

'Perkawinan' Ganjar dan PDI-P, Seberapa Kuat Menangi Pilpres 2024?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
13 February 2024 09:42
Kampanye akbar calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3. Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024).(REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Kampanye akbar calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3. Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024).(REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta demokrasi di Indonesia semakin memanas menjelang pelaksanaan Pemilu 2024 besok, Rabu (14/2/2024). Sorotan utama publik saat ini tertuju pada koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang mengusung duet Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai Calon Presiden dalam Pilpres 2024.

Kejayaan PDIP pada pemilu 2019, yang mampu menguasai mayoritas perolehan suara, menjadi modal utama dalam menghadapi Pemilu dan pemilihan presiden (pilpres). Sementara rival-rivalnya, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto, dihadapkan pada tantangan besar untuk mengejar ketertinggalan di wilayah yang selama ini ada di bawah kuasa PDIP.

PDIP, yang berhasil menjuarai pileg 2019, mendapat dukungan kuat dan solid dari PPP. Sebagai catatan, PDIP juga meraih kemenangan pada pilpres 2019. Tren positif ini menjadi modal berharga, terutama mengingat kejayaan PDIP pada 2014, ketika hanya berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nasional Demokrat (Nasdem), dan Hanura untuk membawa Joko Widodo meraih kemenangan.

Di sisi lain, Prabowo, dengan dukungan koalisi megah yang terdiri dari Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), PPP, dan PBB, harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan. Kekuatan koalisi ini sangat dipengaruhi oleh dominasi PDIP, yang mampu menguasai mayoritas provinsi di Indonesia, serta membawa kemenangan pada dua pilpres terakhir untuk Jokowi pada 2019.

Namun, tantangan terbesar bagi capres dan koalisinya adalah mengejar ketertinggalan di beberapa "kantong kekuasaan" yang dikuasai oleh PDIP. Anies Baswedan dan Prabowo Subianto harus merangkul pendukung PDIP dengan kerja keras dan strategi yang matang. Namun, perlu diingat, dukungan terhadap partai tidak selalu mencerminkan dukungan terhadap capres, sehingga hasilnya bisa bervariasi.

Peta kekuasaan kedua partai ini tercermin dari hasil pemilu legislatif DPR RI 2019, mencerminkan kekuatan partai secara nasional. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengungkapkan bahwa PDIP mendominasi dengan 19,91% atau 27,4 juta suara, sementara koalisinya PPP berada di peringkat ke-9 dengan 4,51% atau 6,2 juta suara.

Dalam perhitungan suara legislatif, PDIP unggul di wilayah Banten III dengan 1,7 juta suara atau 6,35% dari total. Kemenangan PDIP berlanjut di Bali, Jawa Tengah V, Jawa Timur VI, dan Jawa Tengah IV. Di sisi lain, PPP memperoleh suara terbanyak dari dapil Jawa Timur XI dengan 254 ribu suara atau 4,09% dari total. PPP juga kuat di Jawa Barat XI, Jawa Barat V, Nusa Tenggara Barat II, dan Jawa Timur VIII.

Ganjar Pranowo, yang diusung oleh PDIP dengan latar belakang mantan Gubernur Jawa Tengah, memiliki kekuatan basis partai yang besar di wilayah tersebut. Bagi pesaingnya, menaklukkan kantong kekuatan Ganjar bukanlah tugas mudah. Namun, perlu diingat bahwa kekuatan suara partai tidak selalu mencerminkan dukungan pribadi, dan data 2019 mungkin tidak sepenuhnya relevan untuk pemilihan 2024.

Dengan perang politik semakin memanas, Pemilu 2024 diwarnai oleh persaingan sengit antara koalisi PDIP-PPP dan rival-rivalnya. Kemenangan tidak hanya bergantung pada kekuatan partai, tetapi juga pada kemampuan capres dan cawapres dalam meraih hati pemilih. Pada 2 hari mendatang, kita akan menyaksikan babak baru dalam sejarah demokrasi Indonesia.



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation