
Guru Ngaji Dapat Gaji, Cara Ganjar Wujudkan Kesejahteraan

Jakarta, CNBC Indonesia - Guru mengaji menjadi ujung tombak bagi pembelajaran Al-qur'an, pendidikan, serta pengembangan karakter dan akhlak anak bangsa. Namun, kesejahteraan mereka banyak dilupakan.
Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan ada sekitar 44 juta anak berusia 5-14 tahun atau sekitar 16% dari total populasi Indonesia.
Bila diperkirakan 87% populasi Indonesia adalah Muslim maka ada sekitar 38 juta anak Muslim membutuhkan pendampingan pembelajaran Al-qur''an.
Dengan jumlah anak sebanyak itu maka peranan guru mengaji atau kerap dipanggil mudarris, mualim, mu'adib menjadi sangat vital.
Guru Ngaji: Pengabdian Terdepan, Kesejahteraan Nomor Sekian
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim, guru mengaji tidak hanya berperan mengajarkan cara membaca dan memahami Al-qur'an dengan baik dan benar. Dengan nilai-nilai religius yang masih sangat kental di Indonesia, guru ngaji juga menjadi panutan, orang tua kedua, serta pendidik.
Guru ngaji bisa berperan besar dalam mengembangkan karakter serta akhlak anak-anak Indonesia yang kelak menjadi tulang punggung Indonesia.
Keberadaan guru ngaji bisa menghidupkan masjid dan mushola, terutama di wilayah pedesaan di mana belum tersedia lembaga resmi yang mengajarkan Al-qur'an.
Sayangnya, kesejahteraan guru mengaji sangat beragam dengan mayoritas masih dibayar sangat murah, seikhlashnya atau tidak dibayar sama sekali.
Keikhlasan untuk mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT diaggap sesuatu yang lebih penting bagi guru ngaji. Padahal, mereka sudah menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengajarkan Al-qur'an.
Data Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) memperkirakan ada sekitar 928.000 guru ngaji yang mengajari di Taman Pengajian Al-Quran (TPQ) dan Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA).
Sekitar 40% guru TPA dan TKA masih dibayar sangat rendah yakni Rp 100.000 per bulan. Imbalan tersebut tentu sangat kecil bila dibandingkan biaya hidup masyarakat.
Sebagai perbandingan, harga beras Rp 1 kg kini sudah ada di kisaran Rp 13.500/kg, harga cabai sudah melewati Rp 100.000/kg, harga minyak goreng Rp 20.950 per liter, harga gula pasir sudah mencapai Rp 17.350 per kg, harga daging ayam dibanderol Rp 35.300 per kg dan harga telur ayam sudah tembus Rp 29.250/kg.
Betapa kecilnya imbalan guru mengaji bisa berkaca dari Mila, seorang guru ngaji di Bekasi, Jawa Barat. Mila sudah menjadi guru ngaji sejak 2005 dan kini mendapat imbalan sekitar Rp 600.000 per bulan. Imbalan yang diperoleh terbilang sudah meningkat drastis dibandingkan pada awal mengajar pada 2005 yakni sekitar Rp 100.000.
Padahal, Bekasi selalu masuk dalam tiga besar wilayah dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) tertinggi di Indonesia.Pendapatan guru ngaji Mila hanya seperdelapan dari UMK Kabupaten Bekasi 2023 yang mencapaiRp5.137.574.
Mila mengakui uang memang bukan tujuan utama menjadi guru ngaji.
"Memang tidak menutup kemungkinan ada kebutuhan ya untuk tambahan sehari-hari. Kami tidak bertahan karena uang tapi ingin mendapatkan keberkahan," ujar Mila, kepada CNBC Indonesia.
Kendati kecil tetapi Mila masih beruntung, banyak guru mengaji di wilayah pelosok yang tidak dibayar sama sekali dan hanya mengharap pahala.
Jumlah guru mengaji di Indonesia tentu lebih banyak dibandingkan yang tercatat di BKPRMI mengingat banyak dari mereka yang hanya mengajar di mushola atau masjid.
Merujuk data Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama, jumlah masjid dan mushola yang terdaftar resmi di Indonesia mencapai 663.729 buah.
Jumlah yang disampaikan Dewan Masjid Indonesia lebih banyak lagi yakni sekitar 800.000.
Dengan memperkirakan ada dua guru mengaji di tiap-tiap masjid/mushola dan jumlah masjid sekitar 800.000 maka ada sekitar 1,6 juta guru ngaji di Indonesia.
Ganjar-Mahfud Janjikan Gaji Untuk Guru Ngaji, Begini Perhitungannya
Kesejahteraan guru ngaji menjadi salah satu perhatian besar bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Mahfud, dengan merujuk survei dari Kementerian Agama yang mengatakan, sekitar 65% dari guru ngaji berpendapatan jauh di bawah upah minimum regional (UMR). Kondisi ini tentu mengundang keprihatinan mengingat besarnya tanggung jawab guru ngaji.
Dengan pertimbangan masih rendahnya kesejahteraan guru ngaji itulah, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD kemudian menjanjikan insentif Rp 1 juta per bulan kepada guru ngaji.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah program ini masuk akal?
Bila merujuk pada data BKPMRI di mana ada sekitar 1 juta orang guru ngaji maka dibutuhkan anggaran sekitar Rp 1 triliun per bulan dan Rp 12 triliun per tahun.
Bila menghitung perkiraan jumlah masjid/mushola dan mempertimbangkan ada dua guru ngaji di masing-masing masjid/mushola maka dibutuhkan anggaran sekitar Rp 1,6 triliun per bulan atau Rp 19,2 triliun per tahun.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah,menjelaskan besaran anggaran dana insentif masih realistis. Terlebih dengan melihat besarnya Anggaran dan Pendapatan Negara (APBN) terutama untuk layanan pendidikan.
Merujuk pada belanja APBN 2023 yang menembus Rp 3.061,2 triliun maka dana insentif guru ngaji sebesar Rp 1 juta kepada 1 juta guru ngaji hanya menghabiskan 0,4% APBN.
Bila insentif guru ngaji diberikan kepada sekitar 2 juta guru ngaji maka akan membutuhkan anggaran 0,63% dari APNN.
Piter juga menjelaskan pasangan calon (paslon) Ganjar Pranowo-Mahfud sangat fokus pada penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kesejahteraan guru ngaji merupakan bagian dari penguatan SDM.
Ganjar Mau Menggaji Guru Ngaji, Apakah Program Ini Masuk Akal?Uang Dari Mana?
Terkait program insentif guru ngaji, Mahfud belum menjelaskan secara rinci dari mana anggaran tersebut akan diambil.
Piter menjelaskan anggaran dana insentif bisa diambil dari penghematan anggaran sejumlah pos serta memaksimalkan penyerapan anggaran pendidikan ataupun dana desa.
Sebagai catatan, mandatory anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN sejak 2009. Anggaran pendidikan pun bengkak 182% dari Rp 216,72 triliun pada 2010 menjadi Rp 612,2 triliun pada 2022.
Sayangnya, penyerapan anggaran pendidikan selalu tidak maksimal. Dalam penelusuran CNBC Indonesia, rata-rata anggaran pendidikan hanya terserap 90,6%. Setiap tahun rata-rata anggaran pendidikan yang tidak terserap menembus Rp 50,3 triliun.
Banyaknya anggaran pendidikan yang tidak terserap inilah yang bisa dimanfaatkan untuk insentif guru ngaji. Anggaran pendidikan tersebar ke berbagai kementerian/lembaga, termasuk di Kementerian Agama.
Penyerapan anggaran Kementerian Agama juga selalu tidak terserap sepenuhnya. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata anggaran Kementerian Agama yang tidak terserap mencapai Rp 2,4 triliun.
"Kalau anggaran pendidikan yang melimpah tinggal bagaimana merealisasikan anggaran ini biar maksimal," tutur Piter.
Langkah Nyata Insentif Guru Ngaji
Insentif guru ngaji sebenarnya sudah dipraktekan di sejumlah daerah seperti di sejumlah kabupaten di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Barat.
Jawa Tengah di bawah Ganjar Pranowo juga sudah menyalurkan insentif guru ngaji secara berkelanjutan.
Insentif guru ngaji sudah dimulai sejak 2019 dan selama berjalannya program dari 2019 hingga 2023, pemberian insentif guru keagamaan telah terealisasi sebesar Rp 1,2 Triliun.
Insentif diberikan sebesar Rp 100.000 per bulan atau Rp 1,2 juta setahun. Insentif dicairkan tiga bulan sekali langsung melalui rekening bank.
Jumlah guru ngaji yang mendapat insentif terus bertambah dari 171.131 pada 2019 menjadi 230.830 penerima manfaat pada 2023.
Untuk 2022, pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 247,6 miliar.
Jumlah anggaran tersebut hanya berkisar 1,02% dari total belanja APBD Jawa Tengah pada 2022. Namun, manfaat dan multiplier effects yang diberikan dari anggaran tersebut bisa berdampak besar.
Dampak besar tersebut bisa dilihat dari seorang guru ngaji bernama Ahmad Afifudin.
Dilansir dari Jetangprov.go.id, Agmad yang merupakan guru ngaji asal RT 5 RW 02, Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, tersebut mampu menjadikan insentif guru ngaji sebagai modal usaha sang istri berjualan gorengan.
Pria yang sudah mengajar sejak 1994 tersebut mengaku bersyukur karena insentif merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah Provinsi Jateng kepada guru ngaji atau kiai kampung seperti dirinya.
"Saya matur nuwun sekali dengan pemerintah, dengan Pak Ganjar sama Pak Yasin (Wagub Taj Yasin Maimoen) dan yang lain, dapat insentif. Tapi walaupun, mohon maaf, nilainya tidak seberapa, tapi lumayan membantu daripada tidak sama sekali," ungkapnya, dikutip dari situs resmi pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Kebijakan insentif guru ngaji di Jawa Tengah dan sejumlah daerah membuktikan jika program ini bisa dijalankan.
Perputaran Ekonomi Dari Insentif Guru Ngaji
Insentif guru ngaji jika nantinya menjadi kenyataan tentu akan berdampak besar terhadap perekonomian, terutama di kawasan perdesaan.
Insentif akan meningkatkan daya beli ataupun kemampuan berinvestasi guru ngaji.
Perputaran ekonominya juga berdampak positif mulai dari penjualan kebutuhan sehari-hari hingga peralatan rumah tangga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
