
Kampanye Akbar Capres-Perayaan Imlek, Mari Sambut Berkah Libur Panjang

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones menguat 0,37% atau 141,24 poin ke 38.521,36. Indeks Nasdaq menanjak 0,07% atau 11,32 poin ke 15.609 sementara indeks S&P 500 naik 0,23% atau 11,42 poin ke 4.954,23.
Penguatan indeks menjadi kabar gembira setelah bursa Wall Street babak belur pada perdagangan hari sebelumnya. Indeks Dow Jones melemah 0,71%, indeks Nasdaq melandai 0,2% sementara indeks S&P turun 0,32%.
Bursa menguat ditopang oleh impresifnya kinerja keuangan perusahaan. Kinerja tersebut meredam sentimen negatif dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga masih jauh.
Saham Spotify terbang hampir 4% ke US$ 231,92 yang merupakan level tertingginya sejak awal 2022.
Raksasa streaming asal Swedia tersebut membukukan kenaikan pendapatan 16% menjadi 3,7 miliar euro pada Oktober-Desember. Jumlah subscriber melesat 15% menjadi 236 juta pendengar.
Raksasa farmasi Eli Lilly melaporka pendapatan mereka menembus US$ 9,35 miliar pada Oktober-Desember 2023, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi yakni US$ 8,93 miliar.
Sebelumnya, Meta melaporkan pendapatan mereka pada Oktober-Desember 2023 sebesar US$ 40,1 miliar dan laba sebesar US$ 14 miliar.
Amazon mencatat pendapatan sebesar US$ 170 miliar pada kuartal terakhir, di atas ekspektasi pasar.
Dari setengah perusahaan yang sudah menyampaikan laporan keuangan di S&P, sebanyak 81,2% melaporkan kinerja keuangan di atas ekspektasi. Selain kinerja keuangan perusahaan, pelaku pasar juga masih mencermati sinyal suku bunga The Fed.
"Berita terbesar dari makro adalah pernyataan The Fed yang mengkonfirmasi pernyataan Chairman Powell. Pernyataan itu sedikit melemahkan pasar," tutur Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel in Charlottesville, kepada Reuters.
Seperti diketahui, Chairman The Fed Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika pemangkasan masih jauh.
Powell dalam wawancaranya di "60 Minutes" di CBS mengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini.
"Kami ingin melihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Powell mengingatkan jika kebijakan pengetatan suku bunga diperkirakan bisa menyebabkan "banyak penderitaan" tetapi hal yang dia takutkan tidak terjadi. Dia menambahkan jika ekonomi AS akan kuat meskipun ada pemilu presiden pada November mendatang.
"Dengan ekonomi yang sangat kuat, sepertinya kita bisa mulai bertanya kapan memangkas suku bunga," tutur Powell.
The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pekan lalu.
(mae/mae)