
Anies-Prabowo-Ganjar Harus Baca! RI Darurat Kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu sektor kesehatan termasuk fasilitas kesehatan (faskes) dan dokter cukup hangat dibahas belakangan ini. Apalagi isu ini juga diangkat dalam debat calon presiden (capres) pekan lalu.
Debat capres pada Minggu (4/2/2024) antara Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo yang mengangkat tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi menjadi debat terakhir dalam rangkaian adu gagasan serta visi-misi setiap pasangan calon (paslon).
Salah satu yang menarik yakni isu kesehatan khususnya faskes baik itu rumah sakit dan puskesmas serta jumlah tenaga kesehatan (nakes) termasuk dokter.
Pada dasarnya, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sudah dijamin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Namun, banyak dari masyarakat Indonesia yang justru tidak bisa mendapatkan hak tersebut karena keterbatasan tenaga kesehatan (nakes), keterbatasan obat, hingga fasilitas kesehatan yang minim khususnya di desa.
Jika ditotal per 4 Februari 2024, maka jumlah pelayan kesehatan di Indonesia sekitar 1,64 juta jiwa atau sekitar 6% dari total penduduk Indonesia yang mencapai kisaran 275 juta jiwa.
Dari total tenaga kesehatan yang ada saat ini, mayoritas atau sekitar 65% terdiri dari perawat dan bidan dengan total jumlah 1,07 juta jiwa.
Sedangkan nakes lainnya, seperti dokter, dokter gigi, farmasi, dan lainnya hanya memiliki porsi sekitar 35% atau tidak sampai 600.000 jiwa.
Rasio Dokter terhadap Penduduk yang Sangat Kecil
Jumlah fasilitas kesehatan ataupun tenaga kesehatan di Indonesia terus meningkat. Namun, jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan negara lain.
Terpantau rasio dokter terhadap 1.000 penduduk di negara maju relatif cukup besar yang tercermin pada negara Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, Norwegia, dan Singapura.
Berbeda halnya dengan rasio tenaga kesehatan di Indonesia yang sangat kecil baik dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, hingga bidan baik di kota maupun desa masih jauh lebih kecil dibandingkan negara maju.
Sedangkan rasio dokter yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) terhadap 1.000 penduduk memiliki jumlah yang lebih sedikit yakni hanya sebesar 0,35.
Tenaga dan Fasilitas Kesehatan Indonesia Barat vs Timur
Sebaran nakes secara umum lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan di desa. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan kota-kota dengan jumlah nakes non-ASN bekerja paling banyak yakni di Kota Jakarta Selatan, Surabaya, Bandung, Medan, dan Bekasi.
Sementara kota/kabupaten lainnya yang jauh dari Jabodetabek sangatlah sedikit nakes yang ada. Apalagi untuk kota/kabupaten wilayah timur, seperti Flores, Alor, Nias, hingga Sumbawa.
Sebagai perbandingan, bisa dilihat dari sebaran 9 nakes prioritas (tenaga dokter, dokter gigi, tenaga kefarmasian, perawat, bidan, nutrisionis, sanitarian, promosi kesehatan, dan Ahli Teknik Laboratorium Medis antara Jakarta dan kabupaten di luar Jawa.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan sebaran jumlah 9 nakes kesehatan prioritas non-ASN tertinggi ada di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Jumlah nakes di kota tersebut mencapai 15.549.
Bandingkan dengan jumlah 9 nakes di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hanya 185 atau 0,04% bobot populasi. Begitu pula dengan Jumlah nakes di Kabupaten Jayapura juga hanya mencapai 151 atau 0,03% bobot populasi.
Jumlah rumah sakit umum di DKI Jakarta tercatat 141 buah dan di Jawa Barat mencapai 309. Sementara itu, jumlah rumah sakit umum di Papua mencapai 46 buah dan di Maluku Utara 20 buah.
Lebih lanjut, sebaran 9 nakes prioritas ke puskesmas seluruh provinsi di Indonesia juga masih cenderung berada di bagian barat dibandingkan bagian timur.
Hanya sebanyak 4.254 atau 42,54% puskesmas yang memiliki 9 jenis nakes lengkap, sementara sisanya atau lebih dari 50% puskesmas tidak memiliki 9 jenis nakes lengkap.
Bagian timur Indonesia khususnya Maluku, Papua Barat, dan Papua hanya memiliki 0-15% dari 9 nakes prioritas lengkap. Berbeda halnya dengan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali yang sudah memiliki 9 nakes prioritas lengkap lebih dari 50%.
![]() Sumber: Kemenkes |
Saat ini, Indonesia memiliki sebanyak 10.416 puskesmas per semester I-2023. Angka ini mengalami kenaikan dari 2022 yang sebanyak 10.374 puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Secara lebih rinci, puskesmas yang memiliki layanan rawat inap tercatat sebanyak 4.238 unit. Sedangkan, puskesmas yang tidak punya rawat inap sebanyak 6.178 unit.
Namun sayangnya, data lain menunjukkan bahwa jumlah desa di Indonesia mencapai 75.265 yang tersebar di 36 provinsi. Artinya, hanya sekitar 13,77% dari jumlah desa yang sudah memiliki puskesmas, masih jauh dari target untuk satu desa memiliki satu puskesmas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)