
Siapkan Jantung Anda! Ada Badai dari Amerika, Semoga IHSG-Rupiah Aman

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang kemungkinan akan menggerakkan bursa saham, nilai tukar, hingga imbal hasil SBN hari ini. Terlebih, banyak sentimen negatif yang datang dari dalam dan luar negeri.
Ambruknya Wall Street menjadi alarm bahaya bagi pasar keuangan Indonesia hari ini karena bisa menjalar ke pasar global, termasuk Indonesia. Dari luar negeri, The Fed juga mengabarkan pernyataan hawkish sementara dari dalam negeri data pertumbuhan ekonomi malah mengecewakan.
Berikut beberapa sentimen yang bisa mempengaruhi pasar hari ini:
1. Pernyataan Hawkish The Fed
Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell Presiden The Fed Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari sama sama memberi pernyataan hawkish kemarin.
Powell dalam wawancaranya di "60 Minutes" di CBS mengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini. Senada, Kashkari dalam paper yang dirilis Senin (5/2/2024) juga mengatakan ekonomi AS yang masih tangguh membuat pemangkasan suku bunga sulit dilakukan saat ini.
"Kami ingin melihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Powell mengingatkan jika kebijakan pengetatan suku bunga diperkirakan bisa menyebabkan "banyak penderitaan" tetapi hal yang dia takutkan tidak terjadi. Dia menambahkan jika ekonomi AS akan kuat meskipun ada pemilu presiden pada November mendatang.
"Dengan ekonomi yang sangat kuat, sepertinya kita bisa mulai bertanya kapan memangkas suku bunga," tutur Powell.
The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pekan lalu. Pernyataan Powell membuat pelaku pasar langsung pesimis terhadap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan hanya 16,5% pelaku pasar memproyeksi The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Padahal, probabilitas pemangkasan masih mencapai 70% pada dua pekan lalu.
"Pernyataan Powell hari ini menjelaskan jika kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Maret memang mustahil. Ekonomi AS yang kuat membuat The Fed lebih fleksibel untuk menahan suku bunga di level tinggi. Mereka tahu jika kebijakannya tidak akan membunuh ekonomi AS," tutur analis dari Cresset Capital, Jack Ablin, dikutip dari Reuters.
The Fed sudah memangkas suku bunga hingga 525 bps sejak Maret 2023 hingga 2023. Namun, ekonomi AS masih sangat kencang.
Ekonomi AS tumbuh 3,3% (yoy) pada kuartal IV-2023 dan secara keseluruhan 2023 tumbuh 2.5%.
Inflasi juga meningkat 3,4% pada Desember 2023 dari 3,1% pada November 2023. Angka pengangguran masih bertahan di 3,7%. Data non-farm payrolls pada Januari 2024 bahkan menunjukkan adanya tambahan tenaga kerja sebesar 353.000, jauh di atas ekspektasi pasar (180.000).
Bagi Indonesia, pernyataan Powell ini menjadi kabar buruk karena bisa memicu capital outflow serta kemungkinan Bank Indonesia memangkas suku bunga.
Dengan The Fed masih galak ke depan maka investor bisa kembali ramai-ramai mengalihkan investasi ke instrument berdominasi dolar seperti US dollar dan surat utang AS.
Bila pemangkasan suku bunga The Fed masih jauh maka ruang BI untuk segera menurunkan suku bunga juga diperkirakan akan semakin terbatas.
2. Imbal Hasil US Treasury dan Indeks Dolar AS Terbang
Menyusul pernyataan hawkish The Fed membuat indeks dolar AS dan imbal hasil US Treasury melesat. Kedua faktor tersebut diperkirakan akan menekan rupiah hari ini.
Indeks dolar menguat ke 104,475 atau level tertingginya sejak 13 November 2023 atau hampir tiga bulan terakhir.
Indeks dolar yang menguat menandai adanya permintaan dolar yang naik. Artinya, ada kemungkinan investor yang semula menaruh dana dalam currency berdenominasi non-dolar seperti rupiah menjual aset tersebut untuk beralih ke dolar. Dengan demikian, rupiah pun bisa tertekan.
Imbal hasil US Treasury juga melesat ke 4,17% atau level tertingginya sejak 24 Januari 2024. Dengan imbal hasil yang tinggi maka investor yang semula menaruh dana di SBN bisa beralih ke AS untuk mengejar return.
Imbal hasil SBN pun dikhawatirkan ikut melonjak demi menjaga appetite investor.
3. Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Daya Beli Masyarakat Melemah?
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% (yoy) dan 0,45% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal IV-2023. Pertumbuhan ekonomi memang lebih bagus dibandingkan pada kuartal III-2023 yang tercatat 4,94%.
Namun, secara keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05% atau lebih rendah dibandingkan 2022 yang menyentuh 5,31%. Catatan penting dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV dan 2023 adalah anjloknya konsumsi masyarakat.
Pada kuartal IV, konsumsi masyarakat hanya tumbuh 4,47% (yoy). Level tersebut adalah yang terendah dalam tujuh kuartal. Perlambatan konsumsi justru terjadi di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru di mana permintaan biasanya melesat.
Sepanjang 2023, konsumsi rumah tangga juga hanya tumbuh 4,82%, turun dari 2022 yang sebesar 4,94%. Konsumsi rumah tangga tumbuh di bawah level historisnya yakni 5%.
Konsumsi rumah tangga menyumbang Produk Domestik Bruto sebesar 53% sehingga pergerakannya akan sangat menentukan ekonomi Indonesia ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perlambatan konsumsi rumah tangga lebih dipicu oleh ketidakpastian ekonomi yang dipicu tekanan ekonomi global, di samping adanya faktor ketidakpastian dari kondisi pesta demokrasi di tanah air.
Ketidakpastian atau risiko ke depan itu seperti tensi geopolitik yang tak kunjung selesai, yang di antaranya konflik Rusia-Ukraina hingga perang Israel-Palestina, melemahnya ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, suku bunga tinggi, hingga tekanan fluktuasi harga komoditas.
"Karena biasanya mereka akan less spending kalau merasa ke depan ada ketidakpastian, mereka akan menabung," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Senin (5/2/2024).
Melemahnya konsumsi masyarakat ini menjadi kabar buruk bagi emiten-emiten consumer goods seperti PT Unilever Indonesia (UNVR) hingga PT Mayora Indah (MYOR).
(mae/mae)