Newsletter

Debat Capres Usai, Saatnya RI Tagih Janji Jokowi Hari Ini

mae, CNBC Indonesia
05 February 2024 06:00
Infografis: Ekonomi RI Melesat di Tengah Hadangan Omicron
Foto: Infografis/Ekonomi RI Melesat di Tengah Hadangan Omicron/Arie Pratama
  • Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu kompak mencatat kinerja positif di mana IHSG, rupiah, dan harga SBN menguat
  • Wall Steret
  • Pasar keuangan Indonesia hanya akan buka selama tiga hari pada pekan ini tetapi diproyeksi akan volatile

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pekan lalu mencatatkan kinerja positif. Baik Indeks Harga Saham Gabungan (HIS), nilai tukar rupiah, ataupun harga Surat Berharga Negara (SBN) kompak menguat.

Pasar keuangan Indonesia pada pekan ini diramal akan volatile mengingat banyaknya sentimen dan data yang akan keluar pada pekan ini. Pekan depan, pasar keuangan Indonesia hanya akan buka selama tiga hari karena ada libur Tahun Baru China atau Imlek dan cuti bersama.

Selengkapnya mengenai sentimen perdagangan pada hari ini dan sepekan ke depan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (2/2/2024), IHSG ditutup menguat 0,52% di 7.238,79. Sebanyak 193 saham menguat, 295 saham turun, dan 276 saham stagnan.

Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,46 triliun di semua pasar.
Pada pekan lalu, IHSG sebenarnya lebih banyak bergerak di zona positif. Dalam lima hari perdagangan, IHSG hanya sekali berakhir di zona merah yakni Kamis.

Secara keseluruhan, IHSG masih melesat 1,42% dalam sepekan sekaligus mengakhiri tren negatif di mana IHSG ambruk pada tiga pekan beruntun sebelumnya.
Dalam sepekan, investor asing juga masih mencatatkan net buy yakni sebesar Rp 2,38 triliun di seluruh pasar.

Di pasar currency, rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat (2/2/2024) sebesar 0,67%ke level Rp15.655/US$.

Penguatan rupiah ini juga telah terjadi enam hari beruntun sejak 26 Januari 2024 dan merupakan posisi saat ini merupakan yang tertinggi sejak 23 Januari 2024.

Dalam sepekan, rupiah menguat 1%. Penguatan ini sekaligus mengakhiri tren buruk di mana rupiah ambruk pada empat pekan sebelumnya.

Di pasar SBN, harga SBN ditutup menguat pada perdagangan pekan lalu. Menguatnya harga SBN membuat imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun drastis menjadi 6,52% pada akhir pekan lalu dari 6,64% pada pekan sebelumnya.

Membaiknya pasar keuangan Indonesia salah satunya karena derasnya inflow. Investor asing tetap masuk ke pasar keuangan Indonesia meskipun bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) belum memberikan sinyal kapan akan memangkas suku bunga. Pertemuan The Fed pekan lalu memutusan untukan menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan berdasarkan transaksi 29 Januari-1 Februari 2024, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp 8,51 triliun terdiri beli neto Rp5,51 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,46 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,54 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Kondisi ini berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya di mana investor asing mencatat net sell sebesar Rp 3,2 triliun.

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street berpesta pada perdagangan terakhir pekan lalu.
Indeks Dow Hones menguat 0,35% ke posisi 38.654,42. Indeks S&P terbang 1,07% dan mencetak rekor tertingginya dalam sejarah ke posisi 4.958,61 sementara indeks Nasdaq terbang 1,74% ke posisi 15.628,95.

Dalam sepekan, indeks S&P melesat 1,4%, indeks Nasdaq melonjak 1,1% sementara indeks Dow Jones terbang 1,4%. Artinya, bursa Wall Street mampu menguat sepekan dalam empat pekan beruntun.

Indeks S&P melesat ditopang oleh kinerja keuangan raksasa teknologi seperti Meta, induk Facebook. Saham Meta terbang 20% pada perdagangan terakhir pekan lalu setelah mengumumkan akan membagi dividen serta lonjakan pendapatan.
Saham Amazon juga terbang 7,9% karena pendapatan mereka di atas ekspektasi pasar.

"Ke depan hingga beberapa hari ke depan, investor akan lebih fokus kepada laporan kinerja keuangan dan data ekonomi untuk mengidentifikasi data-data untuk memperkirakan waktu pemangkasan suku bunga," tutur analis dari InfraCap, Jay Hatfield, dikutip dari Reuters.

Dari 230 perusahaan yang listing di indeks S&P, sebanyak 80% melaporkan kinerja keuangan du atas ekspektasi.

Meta melaporkan pendapatan mereka pada Oktober-Desember 2023 sebesar US$ 40,1 miliar dan laba sebesar US$ 14 miliar. Amazon mencatat pendapatan sebesar US$ 170 miliar pada kuartal terakhir, di atas ekspektasi pasar.

Pasar keuangan Indonesia hanya akan buka selama tiga hari pekan ini. Kendati demikian, banyak agenda dan data ekonomi yang akan dirilis sepanjang sepekan ke depan yang akan mempengaruhi pergerakan saham, rupiah, hingga SBN.

Berikut beberapa sentimen dalam dan luar negeri yang bisa menggerakkan pasar sepekan ke depan:

Debat Capres Kelima dan Kampanye Pekan Terakhir
Debat calon presiden (capres) memang sudah berakhir pada Minggu malam (4/2/2024) tetapi pemberitaan hingga sentimen diperkirakan masih akan bertahan pekan ini.
Terlebih, debat pada Minggu malam adalah yang terakhir sehingga publik dan pelaku pasar mulai bisa mendapatkan gambaran penuh mengenai visi dan misi capres.

Sepekan ke depan juga menjadi pekan terakhir bagi partai dan capres untuk melakukan kampanye sebelum masa tenang per 11 Februari.

Dengan masa kampanye yang tersisa sepekan maka pemberitaan mengenai kampanye atau terkait isu politik diperkirakan akan semakin memanas. Kondisi ini bisa berdampak pada pergerakan saham hingga nilai tuakr rupiah, terutama jika investor asing mulai khawatir sehingga bisa terjadi outflow.


Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV dan Full Year 2023, Sesuai Janji Jokowi?
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 dan sepanjang 2023. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Oktober-Desember 2023 atau kuartal IV mencapai 5,01% (year on year/yoy) dan tumbuh 0,42% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 (yoy) dan 1,60% (qtq) pada kuartal III-2023.

Dengan menghitung pertumbuhan ekonomi kuartal I-III pada 2023 dan proyeksi kuartal IV-2023 maka pertumbuhan ekonomi full year 2023 akan berada di angka 5,04%. Pertumbuhan akan lebih rendah dibandingkan pada 2022 sebesar 5,31%.


Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada 2023 disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari melambatnya konsumsi rumah tangga, ekspor, investasi, hingga pertumbuhan belanja negara.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit tertekan pada 2023 karena imbas kenaikan harga BBM pada September 2022 serta lonjakan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Jika pertumbuhan memang tercatat sekitar 5,04% maka ini menjadi catatan negatif bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama hampir 10 tahun memimpin Indonesia, Jokowi selalu gagal memenuhi target pertumbuhan yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengecualian terjadi pada 2022 itupun dengan catatan karena basis tahun sebelumnya sangat rendah.

Selama sembilan tahun Jokowi memimpin penuh Indonesia (2015-2023), rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga hanya akan mencapai 4,12%. Angka tersebut jauh di bawah pencapaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode penuh (2005-2013) yakni sekitar 5,87%.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi era Jokowi juga jauh di bawah janji-janji di awal kampanyenya yakni meroket ke 7%. 
Pandemi Covid-19 memang menjadi salah satu alasan mengapa pencapaian pertumbuhan ekonomi Jokowi rendah.  
Namun, sebelum era pandemi pun (2015-2019) pun Jokowi selalu gagaol memenuhi target pertumbuhan yang ditetapkan dalam APBN. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Jokowi pada periode pra pandemi hanya 5,0%.

Khusus untuk kuartal IV-2023, pertumbuhan ekonomi utamanya akan ditopang oleh konsumsi masyarakat, terutama selama Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Kenaikan konsumsi tercermin dari data Mandiri Spending Index. Indeks belanja masyarakat pada kuartal IV-2023 mencapai 199,1. Angka tersebut lebih besar dibandingkan pada kuartal III sebesar 165,8.

Dari sisi produksi, perbaikan permintaan tercermin melalui laju PMI Manufaktur. Pada Oktober-Desember 2023, rata-rata PMI Manufaktur mencapai 51,95 sementara pada Oktober-Desember 2022 hanya 51. 

Belanja pemerintah yang diharapkan menjadi tulang punggung pada kuartal IV tahun lalu juga seret. Data Kementerian Keuangan menunjukkan belanja negara pada Oktober-Desember 2023 tercatat Rp 1.154,01 triliun atau turun 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebagai perbandingan, belanja negara Oktober-Desember 2022 menembus Rp 1.176,9 triliun atau meningkat 20%.

Cadangan Devisa
Bank Indonesia pada Rabu (7/2/2024) akan mengumumkan data cadangan devisa (cadev) untuk Januari 2024. Menarik ditunggu apakah cadev akan kembali meloncat seperti pada akhir tahun lalu.

Sebagai catatan, cadev melonjak menjadi US$ 146,4 miliar pada Desember 2023 dari US$ 138,1 miliar pada November 2023. Kendati demikian, kenaikan cadev Desember lebih disebabkan karena ada penarikan utang luar negeri.

Pasar Tenaga Kerja AS Masih Ketat

Tantangan dari eksternal bagi pasar keuangan RI yang pertama datang dari Negeri Paman Sam dengan kondisi pasar tenaga kerja masih ketat.

Pada Jumat lalu (2/2/2024) Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan data pekerjaan tercatat di luar pertanian (nonfarm payroll/NFP) periode Januari 2024 sebanyak 353.000. Jauh dari ekspektasi yang perkiraan bisa turun ke 182.000 dari bulan sebelumnya sebesar 333.000 pekerjaan.

Tingkat pengangguran juga meleset dari perkiraan yang proyeksi bisa naik ke 3,8℅. Realisasi-nya pada Januari 2024 angka pengangguran masih sama dari bulan sebelumnya di 3,7℅.

Pelaku pasar perlu mengantisipasi efek domino dari pasar tenaga kerja yang ketat karena akan memicu sikap bank sentral AS, The Federal Reverse (The Fed) tidak buru-buru memangkas suku bunga.

Ekonomi AS memasuki 2024 juga masih bertahan di posisi yang kuat. Data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV/2023 semakin menjauhi resesi dengan pertumbuhan 3,3%, jauh di atas konsensus sebesar 2%. Serta, tingkat inflasi masih di atas target bank sentral.

Pada pekan ini, masih ada sejumlah data ekonomi AS yang akan rilis. Pada Senin (5/2/2024) akan diumumkan data Purchasing Managers Index (PMI) Composite dan Service periode Januari 2024 yang kemungkinan besar masih di level ekspansif.

Berikutnya pada Rabu (7/2/2024) akan rilis data neraca dagang AS, beserta perkembangan ekspor dan impor-nya. Patut dicermati bagaimana perkembangan mengingat negeri Paman Sam merupakan mitra dagang kedua terbesar setelah China.

Hari selanjutnya, setiap Kamis akan selalu rilis klaim pengangguran mingguan. Untuk sepanjang pekan yang berakhir 3 Februari 2023, klaim pengangguran terbuka diperkirakan turun 220.000 dari minggu sebelumnya sebesar 224.000.

Pidato Pejabat The Fed
Pekan ini, sejumlah pejabat The Fed akan menyampaikan pidato di beberapa event. Pernyataan pejabat The Fed ini ditunggu pasar mengingat sinyal pemangkasan suku bunga belum juga terlihat.
Pernyataan mereka diharapkan bisa menjadi indikasi dari kebijakna The Fed yang baru akan menggelar rapat kembali pada akhir Februari.

Pada Rabu (7/2/2024), Gubernur The Fed Adriana D. Kugler akan berbicara pada , Outlook for the Economy and Monetary Policy di Brookings Institution, Washington, D.C.
Pada hari yag sama, Gubernur The Fed Michelle W. Bowman juga akan berbicara dalam acara Supporting Entrepreneurship and Small Businesses di Uneven Outcomes in the Labor Market Conference

Data Aktivitas Manufaktur dan Inflasi China

Pada pekan ini, ada beberapa indikator ekonomi China yang akan rilis mulai dari data PMI, Inflasi, hingga proyeksi aliran investasi asing atau foreign direct investment (FDI).

Hari ini, sang Naga Asia akan merilis data PMI Composite dan Service periode Januari 2024. Menurut lembaga penghimpun data Trading Economics, kemungkinan besar hasilnya masih bertahan di level ekspansif, sama seperti bulan sebelumnya.

Dua hari berikutnya, tepatnya pada Kamis akan diumumkan Inflasi China untuk Januari 2024. Tampak negeri Tirai Bambu masih akan lanjut deflasi.

Dalam basis tahun, konsensus pasar memperkirakan pada Januari akan terjadi deflasi sebesar -0,5℅. Lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar -0,3℅.
Jika ekonomi Tiongkok kembali lesu maka dikhawatirkan bisa semakin menekan pertumbuhan ekonomi Asia serta permintaan komoditas mengingat besarnya peran China dalam perdagangan global.

Pekan ini data FDI China juga bakal rilis untuk periode bulan pertama 2024. Proyeksi pasar memperkirakan turun jadi US$ 3,21 triliun dari akhir tahun lalu sebesar US$ 3,24 triliun.

Perlu dicatat, FDI China pada November tahun lalu untuk pertama kalinya sejak 1998 terjadi defisit pada aset sebesar US$ 54 miliar, sementara pada kewajiban tercatat defisit US$ 11,8 miliar. Fakta ini mencerminkan keengganan asing untuk menanamkan modalnya di Tiongkok.

Ekonomi China yang masih lesu memang menjadi risiko bagi RI, mengingat posisinya sebagai mitra dagang utama baik untuk ekspor maupun impor. Namun, menilai investor asing yang nampak masih enggan masuk, ini bisa memicu peluang penanam modal masuk ke negara emerging market yang punya ekonomi resilient, salah satunya Indonesia.

 Agenda ekonomi

* CNBC Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Indonesia Marine And Fisheries Business Forum 2024. (10.00 -15.00 WIB)

* Road to The 10th World Water Forum dengan narasumber antara lain Sekjen Kementerian PUPR, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, dan Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (10:00 WIB)

* BPS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 dan FY 2023 (10:00 WIB)

Agenda korporasi:
*
Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Estee Gold Feet Tbk (EURO) 

* Pemberitahuan RUPS Rencana BPD Sumatera Utara BSMT

Berikut indikator ekonomi terbaru:



CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular