Kisi-Kisi Debat Cawapres 2024

Jutaan Pekerjaan Akan Diganti Robot, Tenaga Kerja RI Bisa Tergusur AI

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
02 February 2024 15:30
AI Dikawinkan dengan Google Assistant, Korbannya Manusia
Foto: infografis/ AI Dikawinkan dengan Google Assistant, Korbannya Manusia/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran kecerdasan buatan (AI), seperti ChatGPT, telah menjadi salah satu isu besar dalam dunia pekerjaan. Menurut prediksi dari World Economic Forum (WEF), dalam waktu lima tahun ke depan, seperempat pekerjaan di seluruh dunia akan terpengaruh oleh kehadiran teknologi ini.

Persoalan AI dan dampaknya kemungkinan akan dibawa dalam debat Pilpres 2024 pada Minggu (4/2/2024). Debat kelima akan mengambil tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

Debat kelima adalah debat terakhir sebelum masa kampanye memasuki masa tenang pada 10 Februari mendatang.

Menurut laporan terbaru WEF, pasar kerja global akan mengalami churn sebesar 23%. Berdasarkan riset Future of Jobs Report (2023) yang dikutip dari World Economic Forum memperkirakan 83 juta pekerjaan akan hilang, tetapi diimbangi dengan penciptaan 69 juta pekerjaan baru. Sehingga, terdapat surplus 14 juta posisi pada 2027 nanti.

Source: World Economic Forum

Laporan ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memicu transformasi pasar tenaga kerja, yaitu transisi hijau (green transition), peningkatan adopsi teknologi baru, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat seiring dengan meningkatnya biaya hidup.

Responden percaya bahwa investasi dalam bisnis transisi hijau dan penerapan standar ESG (Environmental, Social, Governance) dapat memiliki dampak positif pada penciptaan lapangan kerja.

Beberapa sektor diidentifikasi sebagai pendorong utama pertumbuhan pekerjaan, antara lain big data analytics, teknologi manajemen perubahan iklim-lingkungan, enkripsi, dan keamanan siber. Platform digital, aplikasi, e-commerce, dan AI juga diharapkan akan menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang dihilangkan.

Namun, peran yang paling terancam adalah dalam bidang administratif, keamanan, pabrik, dan perdagangan tradisional. Posisi seperti kasir, teller bank, pegawai akuntansi, pembukuan, dan penggajian diprediksi akan mengalami penurunan pekerjaan terbesar, sejalan dengan peningkatan otomatisasi dan digitalisasi.

Meskipun terjadi pergeseran besar dalam pekerjaan, beberapa peran justru berkembang pesat. Ahli AI dan Machine Learning, Analis Kecerdasan Bisnis, dan Analis Keamanan Informasi menempati peringkat teratas dalam daftar peran yang tumbuh paling cepat. Ini menunjukkan bahwa peluang karir masih terbuka lebar bagi mereka yang dapat beradaptasi dengan teknologi baru.

Mengutip CNBC International, Elon Musk, seorang tokoh industri terkemuka, bersikeras bahwa AI akan membawa manusia ke titik di mana "tidak diperlukan lagi pekerjaan." Meskipun ada tanda-tanda bahwa prediksi ini sudah mulai menjadi kenyataan, data dari ResumeBuilder menunjukkan bahwa 37% pemimpin bisnis menggunakan AI melaporkan bahwa teknologi ini telah menggantikan pekerja pada 2023.

Namun, tidak semua orang setuju dengan pandangan Musk. Julia Toothacre, strategis resume dan karier di ResumeBuilder, menyoroti bahwa banyak organisasi tradisional dan bisnis kecil belum sepenuhnya merangkul teknologi seperti perusahaan besar. Layoffs memang nyata, tetapi teknologi AI juga memberikan kesempatan kepada pemimpin bisnis untuk merestrukturisasi dan mendefinisikan ulang pekerjaan yang dilakukan manusia.

Meskipun ada kekhawatiran tentang "end-of-work," banyak ahli percaya bahwa AI dan teknologi canggih seharusnya dapat meningkatkan nilai pekerjaan manusia. Alex Hood, Chief Product Officer di Asana, menyatakan bahwa dengan AI menangani pekerjaan berbasis tugas, manusia memiliki kesempatan untuk meningkatkan nilai tugas tersebut.

Namun, keberhasilan implementasi teknologi ini juga bergantung pada kemampuan manusia untuk terus mengembangkan keterampilan baru. Marc Cenedella, pendiri Leet Resumes and Ladders, menekankan tanggung jawab pribadi pekerja untuk terus mengembangkan keterampilan baru seiring berkembangnya teknologi.

Sementara beberapa pekerjaan tradisional mungkin terancam oleh perkembangan teknologi, peran pemimpin dan kebijakan perusahaan akan memainkan peran kunci dalam mengelola dampak transformasi ini. Keterlibatan teknologi AI dan implementasi yang bijak dapat menciptakan lapangan kerja baru, dan pada akhirnya, manusia harus memandang teknologi sebagai alat untuk meningkatkan, bukan menggantikan, peran dan nilai pekerjaan mereka.

Pengangguran di Indonesia

Perkembangan AI yang berdampak pada tingkat pengangguran di Indonesia masih belum terlihat memberikan dampak signifikan. Hal ini terlihat dari tingkat pengangguran yang menunjukkan tren penurunan dalam periode 2020-2023. 

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2023. Data menunjukkan bahwa sebanyak 7,86 juta orang menganggur atau 5,32% dari total angkatan kerja. Jumlah tersebut turun 560 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

Tren menurunnya angka pengangguran ini dapat diobservasi dalam tiga tahun terakhir, terutama setelah mencapai puncak tertinggi di awal pandemi Covid-19. Pada Agustus 2020, jumlah pengangguran mencapai 9,77 juta orang, naik sebanyak 2,67 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada Agustus 2021, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun menjadi 6,49% dari total angkatan kerja atau setara dengan 9,10 juta orang, mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus 2020.

Meskipun terus menunjukkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir, jumlah pengangguran pada Agustus 2023 masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi, seperti pada Februari 2019 yang mencapai 7,05 juta orang. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation