Newsdata

Politik Panas-Kabar Sri Mulyani Mundur, Asing Pilih Kabur Dulu dari RI

Revo M, CNBC Indonesia
29 January 2024 08:15
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mulai menjauh dari pasar keuangan Indonesia di tengah panasnya suhu politik dan pesimisme investor mengenai pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS). 

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22 - 25 Januari 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp3,2 triliun terdiri dari jual neto Rp3,31 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,52 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Aksi jual neto investor asing berbanding terbalik dari pekan sebelumnya yang menunjukkan net buy sebesar Rp 7,66 triliun pada 15-18 Januari.

Kendati outflow pada pekan lalu, investor asing sepanjang Januari tercatat beli neto Rp7,11 triliun di pasar SBN, beli neto Rp7,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp18,92 triliun di SRBI.

Inflow sepanjang tahun ini tidak dapat dikatakan cukup baik sepenuhnya mengingat terdapat outflow yang terjadi pada pekan kedua dan keempat khususnya di SBN yang masing-masing sekitar Rp3 triliun maupun SRBI.

Jika dibandingkan dengan periode Januari 2023, asing tercatat masuk dengan masif di pasar SBN tak kurang dari Rp30 triliun dan jika digabungkan dengan saham, maka lebih dari Rp32 triliun investor asing 'chip in' ke Indonesia.

Situasi saat ini tak secemerlang sebelumnya mengingat investor cenderung bersikap wait and see perihal situasi politik.

Tepat pada 14 Februari pemilhan presiden (pilpres) 2024 akan diselenggarakan. Tiga pasangan calon (paslon) bersaing cukup sengit sehingga berpotensi berlangsungnya putaran kedua pada Juni 2024.

Sebagai informasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan tiga pasangan calon (paslon) calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada gelaran Pilpres 2024, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Gonjang-ganjing seputar kekompakan Kabinet Joko Widodo juga ikut membuat investor keluar dari pasar keuangan Indonesia. 

Ekonom senior Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini menjelaskan situasi politik dalam negeri menjadi salah satu sentimen terbesar dari jatuhnya pasar keuangan pekan lalu.
"Situasi politik dalam negeri. Ketidakpastian dalam negeri paling besar mendorong pelemahan rupiah. (Ada) Isu Ibu SMI (Sri Mulyani Indrawati) mau resign (jadi sentimen terbesar)," tutur Mikail, kepada CNBC Indonesia.

Mikail menambahkan secara fundamental rupiah bagus karena masih besarnya surplus neraca perdagangan. Sebagai catatan, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 44 bulan beruntun pada Desember 2023. Sepanjang 2023, surplus mencapai US$ 36,93 miliar.

Seperti diketahui, Sri Mulyani ramai dikabarkan mundur dari kabinet Presiden Joko Widodo(Jokowi) sejak pekan lalu. Sri Mulyani tak berkomentar banyak saat ditanyai wartawan soal kabar dirinya bakal mundur dari kabinet, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Jumat pekan lalu (19/1/2024).

Ekonom Senior Barra Kukuh Mamia juga menjelaskan data ekonomi AS hanyalah salah satu katalis dari ambruknya pasar keuangan pekan lalu. Penyebab lainnya adalah sikap wait and see hasil pemilu Indonesia yang akan digelar pada 14 Februari 2024.

"Kalau saya perhatikan duit asing ke kita memang banyak masuk selama Desember sampai awal Januari tapi banyak yang sit on the sidelines. Mereka wait and see what happens with The Fed, inflasi global, our elections," tutur Barra, kepada CNBC Indonesia.

Posisi wait and see pelaku pasar ini membuat pasar keuangan Indonesia sangat rentan dari outflow investor asing.

"Jadi kalau ada trigger negatif gampang keluarnya tapi kalau OK ya bisa masuk lagi. (Investor) cari aman, masuk ke instrumen jangka pendek, apalagi sekarang ada SRBI (Sekuritas Rupiah BI) dengan yield yang OK," imbuhnya.

Di luar faktor politik dalam negeri, keluarnya dana asing juga didorong dengan kuatnya perekonomian Amerika Serikat (AS) sehingga investor cenderung mengalokasikan dananya ke AS.

Inflasi AS yang cenderung mengalami kenaikan pada Desember 2023 menjadikan tendensi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) mengalami kemunduran dari Maret menjadi Mei/Juni 2024.

Suku bunga yang tinggi di waktu yang lebih lama (high for longer) ini berdampak pada apresiasi imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang menguat menjadi 4,16% pada 26 Januari 2024 atau naik 0,37 percentage point dari 27 Desember 2023.

Kendati demikian, kepemilikan asing di SBN RI relatif mengalami penurunan dalam persentase. Tercatat di akhir 2023 kepemilikan asing di SBN RI sebesar 14,93% dan mengalami penurunan menjadi 14,89% per 25 Januari 2024. 
Menurunnya kepemilikan asing dan aksi jual pada SBN membuat imbal hasil SBN meningkat tajam menjadi 6,64% pada akhir pekan lalu dari 6,6% pada pekan sebelumnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation