Newsletter

Investor Berdebar Menanti Rapat The Fed, IHSG Rawan Terkoreksi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 24/01/2024 05:59 WIB
Foto: Pencatatan perdana saham PT Hillcon Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah mampu ditutup di zona hijau.

Hingga akhir perdagangan Selasa (23/1/2024) IHSG ditutup menguat 8,30 poin atau 0,11% ke posisi 7.256,22. Penguatan ini melanjutkan tren positif pada Senin sebesar 0,28%.

Penguatan IHSG sama seperti catatan sehari sebelumnya yakni terjadi di menit-menit terakhir sebelum penutupan, berkat koreksi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusut jadi 0,26%. Padahal, di sepanjang hari BBCA sempat terkoreksi lebih dari 1% dengan posisi terendah di Rp9.450 per saham.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan mencapai Rp10,05 triliun dengan melibatkan 15,59 miliar lembar saham berpindah tangan sebanyak 1,23 juta kali. Ada sekitar 156 saham menguat, 379 terkoreksi, sementara sisanya 229 saham stagnan.

Dari 11 sektor di Bursa, hanya ada dua sektor yang mendongkrak penguatan IHSG yakni sektor basic materials yang melesat 4,41% dan sektor utilities yang naik 3,66%. Sementara itu berdasarkan konstituen saham yang mendorong penguatan (leading) IHSG antara lain.

Sementara itu, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah optimisme pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun 2024.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.625/US$ atau naik sebesar 0,03%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (23/1/2024) sebesar 0,13%.

Bank sentral Jepang (BoJ) kembali memutuskan untuk menahan suku bunga jangka pendeknya di level -0,1% dan imbal hasil obligasi 10 tahun di sekitar 0%.

Bank sentral juga mempertahankan batas atas 1% untuk imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang.

Gubernur Kazuo Ueda baru-baru ini mengatakan ia melihat tidak ada kebutuhan mendesak untuk mengubah sikap dovish.

Sementara dari dalam negeri, mantan menteri keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, M. Chatib Basri melihat ada secercah harapan di tengah ketidakpastian global. Suku bunga The Fed, akan turun pada semester II-2024.

"The Fed mungkin akan menurunkan tingkat bunganya 2-3 kali dalam paruh kedua di 2024," ujarnya dalam video yang diunggah di Instagram, @chatibbasri, Selasa (23/1/2024).

Dengan menurunnya suku bunga AS, maka diharapkan tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin sedikit.

Senada dengan Chatib Basri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan situasi terakhir menunjukkan kenaikan suku bunga acuan atau fed fund rate diperkirakan berakhir.

"Siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan telah berakhir," ungkap BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers BI Rate, minggu lalu (17/1/2024).


(ras/ras)
Pages