
China Kembali Jor-Joran Impor Batu Bara Australia, Nasib RI Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor batubara China dari Australia mengalami peningkatan pada 2023 setelah larangan impor selama hampir dua tahun dicabut. Namun, jumlah impor tersebut tetap berada di bawah tingkat sebelum larangan diterapkan.
Australia mau tak mau harus berusaha untuk merebut kembali dari pesaingnya yang mematok harga lebih murah, seperti Mongolia dan Rusia.
Data Bea Cukai China yang dirilis pada Sabtu menunjukkan bahwa China mengimpor sebanyak 52,47 juta ton batubara dari Australia pada 2023, meningkat dari 2,86 juta ton pada 2022 atau melesat 17 kali lipat.
Pada 2020, tahun terakhir sebelum larangan diberlakukan, China telah mengimpor sebanyak 77,51 juta ton batubara dari Australia.
Larangan tersebut dicabut pada Januari 2023, menjadi salah satu langkah perdamaian dari China setelah pemilihan Perdana Menteri Anthony Albanese. Negara dengan ibu kota Beijing ini juga setuju pada tahun sebelumnya untuk menghapus tarif pada barley Australia dan meninjau bea masuk pada anggurnya.
Total pengiriman batubara dari Australia pada Desember mencapai 6,71 juta ton, naik 6,4% dari 6,31 juta ton pada November, menurut data tersebut.
Dengan pulihnya impor Australia, total impor batubara China mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 474,42 juta ton dalam setahun, meningkat 61,8% dari tahun 2022.
Impor Desember juga mencapai rekor tertinggi sebesar 47,3 juta ton, karena pembeli berebut untuk mengimpor batubara sebelum China kembali memberlakukan beberapa tarif impor bulan ini.
Indonesia, yang menjual sebagian besar batubara ke China dalam kontrak pasokan tahunan, tetap menjadi pemasok terbesar China. Pada 2023, Indonesia mengekspor sebanyak 220,25 juta ton, naik 29% dari tahun 2022.
Ekspor Indonesia ke China terus meningkat dan menembus di atas 100 juta ton sejak 2019. Bagi China, Indonesia adalah pemasok terbesar batu bara thermal yang lebih banyak dipakai sebagai sumber energi pembangkit dan harganya lebih murah.
Sementara itu, Australia adalah pemasok batu bara metalurgi (metallurgy coal/coking coal) yang secara umum digunakan untuk pembuatan baja.
Impor batubara dari Mongolia, terutama batubara kokas, lebih dari dua kali lipat pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 69,97 juta ton, menurut data dari Bea Cukai.
Kedatangan batubara Rusia terus melonjak pada 2023, naik 50% dan mencapai 102,13 juta ton. Impor batubara China dari Rusia telah melonjak pada tahun 2022 karena negara-negara Barat memutuskan perdagangan dengan Moskow, memungkinkan China untuk membeli dengan harga diskon.
Namun, tarif ekspor baru pada batubara dan komoditas lainnya yang dimulai pada Oktober tahun lalu membuat impor Rusia menjadi kurang menarik.
Importir batubara Rusia dan Mongolia harus membayar tarif sebesar 3% - 6% mulai bulan ini, sementara batubara Australia dan Indonesia dikecualikan berdasarkan perjanjian perdagangan bebas.
Meskipun demikian, analis tidak mengharapkan tarif impor akan signifikan mempengaruhi impor China pada 2024. Analis dari Macquarie dalam catatan penelitian mengatakan bahwa 90% dari volume impor batubara kokas China pada 2023 tunduk pada tarif impor, tetapi "produsen Rusia dan Mongolia kemungkinan besar akan menyerap biaya tambahan tersebut."
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)