
Tiga Hari Beruntun Naik, Harga Batubara Kembali Tembus US$130

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batubara terpantau menguat dalam tiga hari beruntun dan berhasil bertengger di level psikologis US$ 130 per ton.
Melansir data Refinitiv, pada sepanjang perdagangan Jumat (5/1/2024) harga batubara ICE Newcastle kontrak Februari menguat 1,01% ke posisi US$ 130,50 per ton. Kenaikan tersebut kemudian melanjutkan tren penguatan selama tiga hari beruntun.
Sayangnya, dalam tiga hari penguatan belum bisa membuat harga batubara bertengger di zona positif dalam sepekan. Pasalnya, pergerakan selama seminggu terakhir masih terkoreksi 4,71%. Ini membuat harga batubara masih dalam zona merah selama empat pekan beruntun.
Kendati demikian, penguatan harga yang terjadi selama tiga hari terakhir ini karena adanya proyeksi kenaikan permintaan dari Jerman akibat musim dingin tahun ini kemungkinan besar akan lebih moderat dibandingkan sebelumnya.
Memang, penggunaan batu bara di Jerman turun pada 2023 karena ada langkah mengurangi emisi rumah kaca sebesar 65% pada 2030 mendatang, layaknya era 1990 dan sebuah langkah untuk menjadi netral karbon pada tahun 2045.
Namun, penurunan relatif stagnan dan tidak terlalu signifikan. Salah satu penyebabnya adalah Jerman mengalami perlambatan musim dingin. Sentimen ini memungkinkan musim dingin Eropa baru akan terasa pada kuartal awal 2024 ini, sehingga permintaan akan pemanas ruangan berpotensi menguat sehingga harga energi naik.
Berbicara energi Eropa, tidak dapat terlepas dari sentimen harga gas alam sebagai komoditas energi utamanya. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) menguat 6,80% sepanjang pekan ini menjadi 34,55 euro per mega-watt hour (MWh).
Kenaikan harga juga terjadi seiring dengan adanya kelangkaan batu bara India, sehingga mendorong pembentukan konsorsium batu bara dengan perusahaan milik negara untuk memfasilitasi impor. Tindakan ini terjadi sebagai langkah antisipasi berkurangnya pasokan dan tingginya harga batu bara.
Melansir The Hindu, Konsorsium perusahaan-perusahaan yang didukung pemerintah akan memudahkan aktivitas impor dengan menjangkau pemasok di berbagai negara, menegosiasikan harga dan persyaratan kesepakatan impor lainnya, dan pada akhirnya menjual bahan mentah impor ke pabrik lokal, kata sumber tersebut.
Kembali dibukanya keran impor dari India sebagai salah satu negara konsumen batu bara terbesar turut menjadi penyebab adanya penguatan harga. Sebelumnya, India tercatat terus mengalami penurunan impor batu bara yang disebabkan tingginya pasokan. Namun, seiring dengan penggunaan yang terus meningkat, pasokan India menipis sehingga mengharuskannya kembali mengimpor si pasir hitam.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)