China Berpaling, Harga Batu bara Langsung Kebanting

Revo M, CNBC Indonesia
28 November 2024 06:21
A loader is seen amid coal piles at a port in Lianyungang, Jiangsu province, China January 25, 2018. REUTERS/Stringer
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun pasca muncul perkiraan pemangkasan pangsa batu bara dalam produksi Listrik tahunan China di 2024.

Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Desember acuan ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (27/11/2024) alami depresiasi sebesar US$0,5 ke angka US$138 per ton. Posisi ini merupakan yang terendah sejak 19 September 2024.

Dilansir dari Reuters, perusahaan listrik China diperkirakan akan memangkas pangsa batu bara dalam produksi listrik tahunan mereka menjadi di bawah 60% untuk pertama kalinya pada tahun 2024, yang akan menandai tonggak penting dalam upaya negara tersebut untuk mengalihkan produksi energi dari bahan bakar fosil.

Pengurangan ketergantungan pada batu bara oleh ekonomi terbesar kedua di dunia ini menjadi satu-satunya titik terang yang jarang ditemukan tahun ini bagi para pemantau iklim, yang merasa kecewa dengan pertemuan COP29 yang baru-baru ini berlangsung dan bersiap menghadapi penarikan diri Amerika Serikat dari Perjanjian Paris pada tahun depan.

Periode Januari hingga Oktober 2024 saja, porsi batu bara dalam keseluruhan sumber energi Listrik di China mengalami penurunan yakni hanya sebesar 58,7% yang merupakan posisi terendah di abad ini. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama di 2023 yang sebesar 61,6% dan periode 2022 yang sebesar 61,8%.

EmberFoto: China Electricity Generation by Source
Sumber: Ember

Kendati pangsa batu bara semakin menurun, namun output pembangkitan batu bara kemungkinan akan meningkat seiring dengan datangnya musim dingin yang meningkatkan permintaan pemanasan. Perusahaan listrik mungkin masih dapat membatasi pangsa batu bara dalam total output listrik tahunan di bawah 60% berkat peningkatan output tenaga angin dan aktivitas industri yang relatif lesu.

Pangsa batu bara yang di bawah 60% dalam produksi listrik akan menempatkan China di bawah India dan Indonesia di antara sistem pembangkit listrik utama yang bergantung pada batu bara, sekaligus menegaskan kemajuan yang telah dicapai Beijing dalam mendiversifikasi sistem tenaga negara tersebut jauh dari bahan bakar fosil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation