
China Sumbang Indonesia Rp95 T dari Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai ekspor batu bara Indonesia pada November 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian, volume ekspor tercatat mengalami penurunan yang mengindikasikan harga pasir hitam yang terus membaik.
Nilai ekspor dapat juga digambarkan melalui perhitungan volume ekspor dikalikan dengan harga rata-rata. Semakin besar volume ekspor atau harga acuan akan mendorong nilai ekspor semakin tinggi.
Melansir CoalMint, harga batu bara Indonesia dengan CV rendah (3400 GAR) dan CV tinggi (5800 GAR) malah mengalami tren penurunan secara keseluruhan dari Oktober ke November. Hal ini menunjukkan ketidakselarasan dengan asumsi awal.
Source: CoalMint
Sentimen Batu Bara November
Batu bara didukung oleh berbagai sentimen positif dan negatif pada November. Faktor yang mendorong Kenaikan harga disebabkan oleh India memproduksi listrik dari pembangkit batu bara dalam jumlah terbesar untuk menutupi kekurangan pembangkit listrik tenaga air akibat rendahnya curah hujan.
Selain itu, China sebagai konsumen batu bara terbesar global masih belum mampu terlepas dari 'candu' batu bara. Pasalnya, komoditas ini memiliki efisiensi dalam menghasilkan listrik yang paling efisien, sehingga menjadi pilihan utama energi China.
Sedangkan, sentimen negatif datang dari China yang lebih terfokus pada batu bara tipe kalori dan sulfur rendah. Hal ini disebabkan harga batu bara dengan kandungan rendah berada di level murah, untuk spesifikasi 4.200 kilokalori per kg (kkal/kg) berada pada harga US$ 58,94 per ton.
Selain itu, India mengambil volume yang lebih besar dari Afrika Selatan, menurut perkiraan Kpler. Beralihnya India, menyebabkan adanya penurunan nilai FOB dan volume ekspor batu bara dari Indonesia.
Nilai ekspor batu bara Indonesia pada November naik tipis 0,04% menjadi US$2,7 miliar (month to month/mtm), namun nilai ini telah menunjukkan penurunan 34,25% dibanding tahun lalu (year on year).
Secara volume, ekspor batu bara mengalami penurunan 5,79% menjadi 33,8 juta ton pada November 2023. Kendati demikian, volume ekspor menunjukkan peningkatan dibanding tahun lalu yang hanya sebesar 29,6 juta ton.
India sebagai importir batu bara Indonesia dalam 2 bulan ini, menunjukkan penurunan pembelian pada November bulan ini. Penurunan juga terlihat pada volume ekspor ke India sebesar 25% menjadi 10,2 juta ton.
Hal ini disebabkan oleh adanya komitmen pemerintah India untuk mampu lebih independen dengan batu bara domestiknya. Salah satu langkahnya dengan memaksimalkan produksi Coal India Ltd (CIL) sebagai perusahaan penambang batu bara terbesar India.
Selanjutnya, China mulai kembali menambah impor batu baranya dari Indonesia. Indonesia mencatat kenaikan nilai ekspor batu bara sebesar 10,69% month to month menjadi US$514,4 juta. Sedangkan, secara volume, China hanya mampu naik tipis 0,53%.
China sebagai konsumen batu bara terbesar global tercatat tidak lagi menjadi pembeli utama batu bara Indonesia, berada di bawah India, dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini disinyalir akibat China yang membutuhkan batu bara dengan kalori lebih tinggi dibanding India. Sedangkan, India merupakan pengguna batu bara yang lebih sensitif dengan perubahan harga.
Penyelamat ekspor batu bara Indonesia kali ini datang dari Malaysia dan Filipina. Kedua negara ini tercatat mengalami peningkatan secara jumlah terbesar, baik dari segi nilai FOB maupun volume.
Malaysia mengimpor batu bara Indonesia senilai US$137,2 juta, naik 89% dan volume juga bertambah 67,5% menjadi 2,7 juta ton. Filipina mengimpor batu bara Indonesia senilai US$271,8 juta, naik 25% dan volume juga bertambah 11,25% menjadi 3,4 juta ton.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza)