
Begini Gerak IHSG Sejak 2018: Mana Tahun Terbaik & Terburuk?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan segera mengakhiri perjalanannya pada 2023 ini pada hari Jumat nanti (29/12/2023). Lantas, bagaimana kinerja IHSG tahun ini dan prospek tahun 2024 nanti?
Mengutip Refinitiv, IHSG mampu menguat 5,65% menjadi 7.237,52 sepanjang tahun ini hingga Jumat (22/12/2023). Apabila sisa akhir tahun ini IHSG mampu bertahan di atas 6.851, ini akan menjadi tahun ketiga beruntun pasar modal domestik berada di zona hijau.
Kenaikan beruntun ini terjadi, setelah IHSG ambruk pada 2020 akibat pandemi covid-19. Namun, seiring dengan perbaikan ekonomi, IHSG mampu bangkit perlahan dan didukung oleh perekonomian domestik yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% dalam 8 kuartal terakhir.
Sepanjang tahun ini, IHSG mampu menguat sebanyak 130 hari dan melemah 106 hari perdagangan. Jumlah hari pelemahan IHSG tahun ini merupakan yang terendah dalam 6 tahun terakhir, bahkan dengan asumsi sisa 3 hari perdagangan IHSG masih terkoreksi.
Sebagai catatan, data Refinitiv yang diolah menunjukkan jumlah hari perdagangan IHSG tahun ini merupakan yang terendah dalam 6 tahun terakhir. IHSG diperdagangkan selama 239 hari pada tahun ini, sedangkan pada 2021 sebanyak 247 hari.
Dalam enam tahun terakhir, IHSG terpantau bergerak cukup beragam dengan didominasi di zona hijau. IHSG mampu menguat sebanyak empat kali dan terkoreksi dua kali. Penguatan tahun ini merupakan yang tertinggi ke-2 dibanding 2021 yang melesat pasca Covid-19.
Penguatan tahun ini utamanya terjadi sejak November seiring dengan inflasi AS yang semakin terkendali dan adanya sinyal bank sentra AS The Federal Reserve (The Fed) yang akan memangkas suku bunga 3x pada 2024.
Sentimen ini yang menjadi angin segar utama IHSG mampu menembus level psikologis 7.000. Berikut data lengkap pergerakan IHSG secara tahunan dalam enam tahun terakhir.
Suku Bunga Penggerak Utama IHSG 2023?
Sepanjang tiga kuartal pertama 2023, IHSG terpantau sideways atau hanya mampu bergerak di kisaran 6.500-7.000. Stagnannya pergerakan IHSG tidak dapat terlepas dari sentimen suku bunga tinggi yang diterapkan untuk mengendalikan inflasi.
Sebagai catatan, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, dan Desember 2023.
Ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran pasar akan potensi terjadinya perlambatan ekonomi akibat mahalnya biaya pendanaan membuat pasar tidak bergerak signifikan. Tidak hanya itu, ditahannya suku bunga juga diterapkan untuk mengendalikan harga komoditas yang sempat mengganas pada akhir 2022 lalu.
Alhasil, kebijakan moneter ini mampu menekan laju kenaikan harga. Inflasi AS sudah turun jauh dari 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022 menjadi 3,1% (yoy) pada November 2023. Inflasi semakin mengarah ke target sasaran The Fed yakni 2%.
Pertumbuhan ekonomi AS juga masih sangat kencang yakni di angka 4,9% hingga September 2023. Melandainya inflasi AS membuat pelaku pasar kini mulai berekspektasi jika The Fed mulai akan memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.
Hal serupa juga terlihat dari pergerakan IHSG yang mulai dapat menembus level psikologis 7.000 pada kuartal-IV 2023, tepatnya pada November. Hal ini menunjukkan kuatnya korelasi antara kebijakan suku bunga dan pergerakan IHSG tahun ini.
Suku Bunga Dovish & Pemilu, IHSG 2024 Tembus 7.700?
Harapan IHSG memasuki fase bullish tahun depan didukung dengan sentimen suku bunga yang sudah berada di pucuk dan adanya potensi pemangkasan serta Pemilu 2024 yang akan menggerakkan likuiditas dan perekonomian.
Hal ini didukung dengan berbagai pandangan dari ekonom. IHSG diprediksi bisa kembali menembus level psikologis 7.100 tahun depan. Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan pihaknya memperkirakan IHSG bakal di posisi 7.100 pada tahun ini.
"Proyeksinya kita 7.100 untuk tahun depan. Dengan ekspektasi bahwa suku bunga turun dan juga after pemilu semuanya akan lebih jelas dan lebih optimis. sehingga kami melihat kinerja bursa saham tetep akan positif," jelas Josua saat Exclusive Media Afternoon Tea di St. Regist, Jakarta Selatan, Selasa (7/11/2023).
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan volatil pada 2024. Kendati demikian IHSG diperkirakan bisa menyentuh Rp7.700 di tengah kondisi geopolitik dan ekonomi global yang masih belum stabil.
Chief Investment Officer Sinar Mas Asset Management Genta Wira Anjalu mengatakan, transisi politik dan konflik geopolitik adalah kontributor utama yang membuat bursa Indonesia bergerak volatil.
"Untuk 2024 kita menargetkan di 7.700. Apakah akan ada window dressing? ini sulit diprediksi," ujar Genta dalam acara Sinarmas Sekuritas 2024 Market Outlook, pada Kamis, (2/11/2023).
Target IHSG tersebut mempertimbangkan rasio PE forward 13,1x dengan tingkat pertumbuhan laba sebesar 10%. Target tersebut cukup konservatif karena merefleksikan level rasio PE pada standar deviasi -1.
IHSG tampak memiliki outlook positif untuk tahun 2024 nanti. Di sisi lain, masih terdapat kekhawatiran akan ketidakpastian geopolitik akibat perang, potensi resesi di beberapa negara, risiko ketidakstabilan akibat Pemilu 2024, dan berbagai ancaman lainnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)