Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (26/12/2023) waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia (27/12/2023).
Indeks Dow Jones menguat 159,36 poin atau 0,43% ke posisi 37.545,33 sementara indeks Nasdaq menanjak 0,54% atau 81,6 poin ke 15.074,57.
Indeks S&P 500 juga terapresiasi 0,42% atau 20,12 poin ke posisi 4.774,75.
Indeks S&P bahkan menyentuh rekor tertinggi sejak Januari 2022 pada intraday, kemarin. Dengan bertengger di level 4.700, indeks S&P kini menuju rekor baru yakni penguatan terbesr dalam tiga tahun terakhir
Cemerlangnya Wall Street juga memperpanjang tren positifnya di mana mereka menguat sepekan pada pekan lalu. Dengan demikian, ketiganya mampu menguat selama delapan pekan beruntun.
Penguatan Wall Street ditopang oleh optimisme pasar jika The Fed akan melunak. Juga, oleh fenomena Santa Rally di mana bursa biasanya menguat pada pekan terakhir di tahun berjalan dan dua hari tahun baru berikutnya.
"Sebenarnya perdagangan relatif sepi tetapi momentum terus naik. Inflasi AS melandai dan jika angkanya terus turun maka ada harapan The Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat dibanding perkiraan," tutur Peter Cardillo, analis market dari Spartan Capital Securities, kepada Reuters.
Inflasi AS melandai ke 3,1% (year on year/yoy) pada November 2023, lebih rendah dibandingkan 3,2% pada Oktober.
Saham yang terbang kemarin terbang adalah Intel dan Manchester United. Saham Manchester United terbang 3,4% ke US$ 20,52. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 1 September atau hampir empat bulan terakhir.
Saham Manchester United (MU) terbang setelah MU mengumumkan telah sepakat melepas 25% sahamnya ke investor baru, Sir Jim Ratcliffe.
Pengumuman ini seolah menjadi kado Natal bagi para fans Red Devils sekaligus menyudahi gonjang-ganjing penjualan Manchester United. Pada November tahun lalu, Keluarga Glazer selaku pemilik menyatakan niatnya untuk menjual atau mencari investor baru.
Sementara itu, saham Intel terbang 5,21% setelah pemerintah Israel memberikan hibah sebesar US$ 3,2 miliar kepada raksasa pembuat chip tersebut untuk pabrik baru di Israel selatan.
Pekan ini menjadi minggu terakhir bagi pelaku pasar keuangan domestik melakukan transaksi sebelum libur akhir tahun. Sepanjang satu pekan ke depan, tidak ada agenda dan data besar yang akan keluar baik dari Indonesia atau luar negeri.
Data besar hanyalah klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir pada 23 Desember 2023 pada Kamis (28/12/2023) serta PMI Manufaktur China pada Minggu (31/12/2023).
Pekan terakhir pada bulan terakhir tahun ini akan diisi dengan pemberitaan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Mobilitas yang meningkat serta mulai pulihnya ekonomi diharapkan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga dari Jakarta hingga ujung Papua.
Sejumlah sentimen baik lokal atau internasional akan tetap mewarnai pasar keuangan Indonesia sepekan ini. Di antaranya adalah:
Uang Beredar Meningkat, Ekonomi Menggeliat
Pekan ini jutaan masyarakat Indonesia akan menikmati libur akhir tahun. Sebagian masyarakat bahkan sudah menikmati libur panjang sebelum Hari Natal. Libur Nataru menjadi momen penting bagi ekonomi Indonesia. Libur panjang adalah momen di mana biasanya konsumsi masyarakat Indonesia melonjak.
Ekonomi pun akan menggeliat sampai pelosok dalam bentuk pembelian oleh-oleh, belanja di tempat wisata, hingga kenaikan konsumsi masyarakat di daerah. Secara historis, konsumsi masyarakat memang akan melonjak pada kuartal IV karena tingginya permintaan akan barang dan jasa.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang selama Nataru kali ini mencapai Rp 125,7 triliun. Jumlah tersebut meningkat 6,8% dari tahun lalu yang tercatat Rp 117,7 triliun.
Data BI juga menunjukkan uang beredar dalam arti luas (M2) melonjak selama Desember. Pada Desember 2022, misalnya, uang beredar bertambah Rp 230,7 triliun menjadi Rp 8.528 triliun, naik 2,8% dibandingkan November 2022.
Pada Desember 2021, uang beredar naik Rp 294,9 triliun menjadi Rp 7.867,1 triliun. Besarnya uang beredar tak bisa dilepas dari tingginya mobilitas warga selama Nataru, terutama ke daerah.
Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat selama Nataru 2023/2024 menembus 107,63 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan tahun lalu yang mencapai 44,17 juta orang.
Menurut hasil survei, alasan masyarakat bepergian di masa libur Nataru yang paling tertinggi adalah liburan ke lokasi wisata (45,29%). Kemudian liburan pulang kampung (30,15%), dan merayakan Nataru di kampung halaman (18,98%).
Konsumsi masyarakat menyumbang 53% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sehingga kenaikan belanja masyarakat akan menentukan laju ekonomi.
Besarnya konsumsi juga akan menguntungkan banyak perusahaan consumer goods, mulai dari PT Unilever Indonesia (UNVR), Indofood Group, hingga PT Mayora Indah (MYOR). Konsumsi tinggi menjelang akhir tahun juga akan menguntungkan saham ritel dansektor transportasi seperti PT Matahari Putra Prima(MPPA), PT Garuda Indonesia, dan Jasa Marga (JSMR).
Dolar Melemah, Rupiah dan Saham Bisa Dapat Berkah
Kabar positif lain yang bisa menggerakkan pasar keuangan Indonesia adalah ambruknya dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar anjlok ke posisi 101,47 pada Selasa (26/12/2023). Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 25 Juli 2023 atau lebih dari lima bulan.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury anjlok ke kisaran 3,89% atau terendah dalam lima bulan.
Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish The Fed. Perangkat Fed Watch Tool memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.
Ekspektasi pasar membuat aliran modal asing ke Indonesia kencang. Data BI merujuk pada transaksi 18-21 Desember 2023 mencatat adanya beli neto sebesar Rp 6,377 triliun dari investor asing di pasar keuangan Indonesia.
Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto sebesar Rp 1,52 triliun di pasar saham, serta beli neto sebesar Rp 4,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Aliran inflow diharapkan tetap mengalir deras ke Tanah Air sepekan ke depan sehingga akan menopang rupiah, IHSG, hingga SBN.
Menunggu Kado Santa Rally
Pada minggu terakhir bulan Desember ada fenomena Santa Rally di mana pasar saham AS akan cenderung ditutup di zona hijau. Santa Rally merupakan momen spesifik, di aman ada kecenderungan Wall Street akan mengalami kenaikan di lima hari terakhir perdagangan setiap tahunnya, dan berlanjut di dua hari pertama tahun yang baru.
Artinya, Santa Rally di Amerika Serikat sudah dimulai sejak Jumat (22/12/2023) dan berakhir pada 3 Januari 2024.
Santa Rally pertama kali diamati oleh Yale Hirsch, pendiri The Stock Trader's Alamac. Dalam 46 tahun terakhir, Santa Rally menghasilkan return positif sebanyak 35 kali.
Sejak 1969, indeks S&P rata-rata menguat 1,3% selama lima jari terakhir Desember dan dua hari pertama Januari.
Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya memberikan sentimen positif ke bursa saham global lainnya, termasuk IHSG.
Namun, jika Santa Rally berlangsung selama tujuh hari, untuk IHSG jumlahnya lebih sedikit. Sebab di dalam negeri hari libur Natal dan Tahun Baru lebih banyak ketimbang di Amerika Serikat, dimana bursa sahamnya biasanya libur hanya di tanggal 25 Desember dan 1 Januari saja.
Saat bursa saham global menguat, rupiah tentunya akan mendapat sentimen positif karena menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang bagus. Ada peluang rupiah akan melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal yang sama juga bisa terjadi di obligasi Indonesia.
Agenda ekonomi
* Singapura akan mengumumkan angka inflasi November (12:00 WIB)
Agenda korporasi
* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Interim Roda Vivatex Tbk (RDTX)
* Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC)
* Tanggal akhir perdagangan hmetd PT PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]