Newsletter

Siapin Uang Segepok! Berkah Santa Rally-Libur, RI Bisa Pesta

mae, CNBC Indonesia
27 December 2023 06:00
Suasana pusat perbelanjaan Kota Kasablanka di Jakarta, Selasa (19/12/2023).
Foto: Suasana pusat perbelanjaan Kota Kasablanka di Jakarta, Selasa (19/12/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Pekan ini menjadi minggu terakhir bagi pelaku pasar keuangan domestik melakukan transaksi sebelum libur akhir tahun. Sepanjang satu pekan ke depan, tidak ada agenda dan data besar yang akan keluar baik dari Indonesia atau luar negeri.

Data besar hanyalah klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir pada 23 Desember 2023 pada Kamis (28/12/2023) serta PMI Manufaktur China pada Minggu (31/12/2023).

Pekan terakhir pada bulan terakhir tahun ini akan diisi dengan pemberitaan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Mobilitas yang meningkat serta mulai pulihnya ekonomi diharapkan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga dari Jakarta hingga ujung Papua.

Sejumlah sentimen baik lokal atau internasional akan tetap mewarnai pasar keuangan Indonesia sepekan ini. Di antaranya adalah:

Uang Beredar Meningkat, Ekonomi Menggeliat
Pekan ini jutaan masyarakat Indonesia akan menikmati libur akhir tahun. Sebagian masyarakat bahkan sudah menikmati libur panjang sebelum Hari Natal. 
Libur  Nataru menjadi momen penting bagi ekonomi Indonesia. Libur panjang adalah momen di mana biasanya konsumsi masyarakat Indonesia melonjak.

Ekonomi pun akan menggeliat sampai pelosok dalam bentuk pembelian oleh-oleh, belanja di tempat wisata, hingga kenaikan konsumsi masyarakat di daerah. Secara historis, konsumsi masyarakat memang akan melonjak pada kuartal IV karena tingginya permintaan akan barang dan jasa.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang selama Nataru kali ini mencapai Rp 125,7 triliun. Jumlah tersebut meningkat 6,8% dari tahun lalu yang tercatat Rp 117,7 triliun.

Data BI juga menunjukkan uang beredar dalam arti luas (M2) melonjak selama Desember. Pada Desember 2022, misalnya, uang beredar bertambah Rp 230,7 triliun menjadi Rp 8.528 triliun, naik 2,8% dibandingkan November 2022.

Pada Desember 2021, uang beredar naik Rp 294,9 triliun menjadi Rp 7.867,1 triliun. Besarnya uang beredar tak bisa dilepas dari tingginya mobilitas warga selama Nataru, terutama ke daerah.

Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat selama Nataru 2023/2024 menembus 107,63 juta orang. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan tahun lalu yang mencapai 44,17 juta orang.
 Menurut hasil survei, alasan masyarakat bepergian di masa libur Nataru yang paling tertinggi adalah liburan ke lokasi wisata (45,29%). Kemudian liburan pulang kampung (30,15%), dan merayakan Nataru di kampung halaman (18,98%).


Konsumsi masyarakat menyumbang 53% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sehingga kenaikan belanja masyarakat akan menentukan laju ekonomi.

Besarnya konsumsi juga akan menguntungkan banyak perusahaan consumer goods, mulai dari PT Unilever Indonesia (UNVR), Indofood Group, hingga PT Mayora Indah (MYOR). Konsumsi tinggi menjelang akhir tahun juga akan menguntungkan saham ritel dansektor  transportasi seperti PT Matahari Putra Prima(MPPA), PT Garuda Indonesia, dan Jasa Marga (JSMR).

Dolar Melemah, Rupiah dan Saham Bisa Dapat Berkah

Kabar positif lain yang bisa menggerakkan pasar keuangan Indonesia adalah ambruknya dolar AS dan imbal hasil US Treasury.  Indeks dolar anjlok ke posisi 101,47 pada Selasa (26/12/2023). Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 25 Juli 2023 atau lebih dari lima bulan.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury anjlok ke kisaran 3,89% atau terendah dalam lima bulan.

Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish The Fed. Perangkat Fed Watch Tool memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.

Ekspektasi pasar membuat aliran modal asing ke Indonesia kencang. Data BI merujuk pada transaksi 18-21 Desember 2023 mencatat adanya beli neto sebesar Rp 6,377 triliun dari investor asing di pasar keuangan Indonesia.
Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto sebesar Rp 1,52 triliun di pasar saham, serta beli neto sebesar Rp 4,97 triliun di
Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Aliran inflow diharapkan tetap mengalir deras ke Tanah Air sepekan ke depan sehingga akan menopang rupiah, IHSG, hingga SBN.

Menunggu Kado Santa Rally

Pada minggu terakhir bulan Desember ada fenomena Santa Rally di mana pasar saham AS akan cenderung ditutup di zona hijau. Santa Rally merupakan momen spesifik, di aman ada kecenderungan Wall Street akan mengalami kenaikan di lima hari terakhir perdagangan setiap tahunnya, dan berlanjut di dua hari pertama tahun yang baru.

Artinya, Santa Rally di Amerika Serikat sudah dimulai sejak Jumat (22/12/2023) dan berakhir pada 3 Januari 2024.

Santa Rally pertama kali diamati oleh Yale Hirsch, pendiri The Stock Trader's Alamac. Dalam 46 tahun terakhir, Santa Rally menghasilkan return positif sebanyak 35 kali.

Sejak 1969, indeks S&P rata-rata menguat 1,3% selama lima jari terakhir Desember dan dua hari pertama Januari.

Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya memberikan sentimen positif ke bursa saham global lainnya, termasuk IHSG.

Namun, jika Santa Rally berlangsung selama tujuh hari, untuk IHSG jumlahnya lebih sedikit. Sebab di dalam negeri hari libur Natal dan Tahun Baru lebih banyak ketimbang di Amerika Serikat, dimana bursa sahamnya biasanya libur hanya di tanggal 25 Desember dan 1 Januari saja. 

Saat bursa saham global menguat, rupiah tentunya akan mendapat sentimen positif karena menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang bagus. Ada peluang rupiah akan melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal yang sama juga bisa terjadi di obligasi Indonesia.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular