Investor Hati-Hati! Cermati Data Penentu 'Nasib' RI Pekan Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup positif pada perdagangan Selasa (19/12/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun yang berarti SBN semakin diborong oleh investor.
Pasar keuangan hari ini nampaknya relatif cukup volatile khususnya IHSG. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Kemarin, IHSG ditutup melesat 0,96% ke posisi 7.187,846. IHSG kembali mendekati level psikologis 7.200.
Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai sekitar Rp 9,9 triliun dengan melibatkan 19,73 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 304 saham menguat, 228 saham melemah, dan 232 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,65%.
Beberapa saham penopang IHSG yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang mencapai 8,9 indeks poin, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar 6,9 indeks poin, dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 6,8 indeks poin.
Selain itu, tiga saham bank raksasa juga menjadimoversIHSG yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Beralih ke nilai tukar rupiah, berdasarkan data Refinitiv pada sepanjang perdagangan kemarin terpantau menguat tipis 0,03% terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah kemarin relatif tidak bergerak volatil mengingat saat ini pelaku pasar bersikap wait and see untuk menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dirilis pada Kamis (21/12/2023) perihal suku bunga.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,00%.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruh instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz melihat kebijakan BI sudah berada dalam tahap "equilibrium". Dimana kenaikan suku bunga BI di 6% sudah mampu menjaga stabilitas Rupiah dan portofolio asing sudah mulai masuk.
Sedangkan Executive Director, Head of Trading Treasury & Markets Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan memproyeksi Bank Indonesia akan mempertahankan level suku bunga di 6% dalam RDG BI Desember 2023.
Inflasi Eropa juga telah dirilis dan sesuai konsensus yakni melandai ke angka 2,4% year on year/yoy pada periode November. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021. Presiden European Central Bank (ECB) Lagarde mengatakan bahwa pada Desember 2023, inflasi kemungkinan akan meningkat secara signifikan. tentang efek dasar kenaikan pada biaya energi.
Kendati demikian, pada 2024, bank sentral memperkirakan inflasi akan menurun lebih lambat karena efek dasar kenaikan lebih lanjut dan penghapusan bertahap langkah-langkah fiskal masa lalu yang bertujuan membatasi dampak guncangan harga energi.
Lebih lanjut, tingkat inflasi inti Eropa juga melandai menjadi 3,6% yoy atau terendah sejak April 2022.
Inflasi yang melandai tersebut berpotensi membuat suku bunga ECB dipangkas pada 2024 di tengah pertumbuhan ekonomi secara global juga diperkirakan melambat di tahun depan.
Dari pasar SBN, imbal hasil terus mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa investor memborong SBN. Pada penutupan perdagangan kemarin, imbal hasil SBN tenor 10 tahun sebesar 6,512% yang merupakan posisi terendah sejak 6 September 2023.
Perlu dicatat, pada pasar obligasi hubungan yield dengan harga berbanding terbalik, sehingga penguatan pada yield yang terjadi kemarin menunjukkan harga obligasi yang turun. Hal tersebut berarti investor terpantau membuang SBN.
(rev)