Ia pun menegaskan bahwa The Fed akan tetap bergantung pada data dan jika tren penurunan inflasi berbalik, pihaknya siap untuk memperketat kebijakan lagi. "Sepertinya kita sudah mendekati atau mendekati batasan tersebut dalam hal pembatasan yang cukup, namun keadaan bisa berubah," kata Williams.
S&P 500 ditutup naik pada hari Senin karena pasar mempertahankan momentum yang terlihat selama tujuh minggu kenaikan berturut-turutnya. Rata-rata Industri Dow Jones sedikit berubah, hanya memperoleh 0,86 poin, atau 0,00%, menjadi 37.306,02.
Sementara S&P 500 naik 0,45% menjadi 4.740,56. Nasdaq Composite yang sarat teknologi naik 0,61% menjadi 14.904,81.
S&P 500 sekarang berjarak 1,2% dari penutupan tertinggi sepanjang masa di 4,796.56 yang dicapai pada Januari 2022. Layanan komunikasi mengungguli S&P 500, dengan sektor ini naik 1,9%, di mana Meta Platforms naik hampir 3%, sementara induk Google, Alphabet melonjak lebih dari 2%.
Saham U.S. Steel melonjak 26% setelah Nippon Steel Jepang mengatakan akan membeli perusahaan tersebut dalam kesepakatan senilai US$14,9 miliar. S&P 500 mengalami kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017.
Indeks pasar secara luas naik 3,8% untuk bulan ini. Pada bulan Desember, Dow naik 3,8%, dan Nasdaq naik 4,8%. Dow juga mencatat rekor intraday pada hari Jumat, sementara Nasdaq 100 mencatatkan penutupan tertinggi baru.
Sentimen investor berubah positif minggu lalu setelah The Fed mengindikasikan tiga penurunan suku bunga jangka pendek diperkirakan terjadi pada tahun 2024 di tengah menurunnya inflasi. Imbal hasil treasury turun, dengan imbal hasil treasury 10-tahun turun di bawah level 4%.
"Ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah kita lihat sepanjang bulan ini, yaitu inflasi tampaknya mulai turun, dan suku bunga cenderung lebih rendah," kata kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management, Terry Sandven.
"Itu adalah latar belakang yang konstruktif untuk ekuitas."
Namun, menurut Sandven, masih ada kekhawatiran bagi investor menjelang tahun baru. Ahli strategi memperkirakan akan ada kelemahan dalam perkiraan pendapatan karena proyeksi saat ini terlalu tinggi.
"Potensi tekanan pendapatan perusahaan, selain valuasi yang sudah meningkat, merupakan salah satu faktor yang melemahkan prospek optimisme kami," tambah Sandven.
"Kami pikir tarik-menarik antara pasar bullish dan bearish tetap seimbang di tahun baru."
Pasar keuangan mulai dari bursa saham, nilai tukar rupiah, hingga SBN Selasa (19/12/2023) tampaknya akan bergerak tidak cukup volatil karena pelaku pasar sedang dalam mode wait and see. Di mana mereka mencermati debat cawapres yang akan dimulai pekan ini hingga menunggu data suku bunga yang akan dirilis BI.
Debat Cawapres Akan Digelar Pekan Ini
Debat kedua capres-cawapres 2024 akan digelar pekan ini, tepatnya Jumat 22 Desember 2023. Berdasarkan jadwal yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) debat capres-cawapres 2024 akan digelar sebanyak lima kali, mulai Desember 2023 hingga Februari 2024.
Tema debat kedua ini berbeda dengan sebelumnya yang memfokuskan ke masalah hukum dan HAM. Kali ini akan terkait ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Dalam debat ini, cawapres akan diberi porsi lebih banyak. Di mana Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Mahfud MD, dan Gibran Rakabuming Raka akan mengemukakan visi misi beserta gagasan yang ingin diperjuangkan jika terpilih sebagai pemimpin periode 2024-2029.
Bagi pelaku pasar keuangan, debat menjadi penting karena setidaknya bisa memberi petunjuk kemana arah kebijakan masing-masing cawapres. Hal ini akan berdampak besar terhadap kebijakan ekonomi Indonesia ke depan.
Suku Bunga Jepang akan Dirilis
Pada hari ini, Bank of Japan (BoJ) akan merilis suku bunganya pukul 10:00 WIB. Konsensus menilai BoJ masih akan tetap mempertahankan suku bunganya di level -0,1%.
Sebelumnya, BoJ telah menerapkan suku bunga negatif sejak Januari 2016, artinya sudah sekitar tujuh tahun. Hal ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Dengan kondisi saat ini, para pengambil kebijakan berpandangan bahwa perekonomian Jepang kemungkinan akan terus mengalami pemulihan secara moderat, didukung oleh permintaan yang terpendam namun menyoroti tekanan dari melambatnya pemulihan global. Dewan menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan.
Inflasi Eropa Melandai?
Pada Selasa ini, area Eropa akan merilis data inflasi dan inflasi inti secara final. Konsensus menilai inflasi Eropa akan melandai ke angka 2,4% yoy dari yang sebelumnya 2,9% yoy. Begitu pula untuk inflasi inti yang diekspektasikan melandai ke angka 3,6% yoy dari 4,2% yoy pada periode sebelumnya.
Jika inflasi Eropa melandai, maka hal ini akan menjadi baik bagi global karena artinya inflasi di Eropa sudah semakin mendingin dan kenaikan suku bunga tampak tidak diperlukan lagi untuk menekan inflasi yang sebelumnya sempat melambung tinggi.
BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan?
Pekan ini tepatnya pada Rabu dan Kamis (20-21 Desember 2023), BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,00%.
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruh instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. "BI rate masih kami expect stay menimbang rupiah dan inflasi relatif stabil dan sesuai arah perkiraan BI," tutur Irman.
Proyeksi suku bunga BI ditahan karena inflasi Indonesia yang relatif terjaga dan masih berada dalam target BI itu sendiri. Inflasi Indonesia tercatat 2,86% (year on year/yoy) pada November 2023, dari 2,56% (yoy) pada Oktober 2023.
Dengan inflasi yang terjaga, dan kondisi The Fed yang menunjukkan indikasi dovish menjadi alasan BI diekspektasikan untuk tidak menaikkan suku bunganya ditambah fluktuasi rupiah yang relatif stabil.
Agenda Ekonomi:
1. Suku Bunga Jepang (10:00 WIB)
2. Laju Inflasi dan Inflasi Inti Final Area Eropa (17:00 WIB)
3. Laju Inflasi dan Inflasi Inti Kanada (20:30 WIB)
Agenda Perusahaan:
1. RUPST PT Nusantara Infrastructure (META)
2. RUPSLB PT Unilever Indonesia (UNVR)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: