Newsletter

Kabar Gembira! The Fed Siap Pangkas Suku Bunga, Saatnya Pesta

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 December 2023 05:59
Data Bursa Efek Indonesia
Foto: Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pasar keuangan mulai dari bursa saham, nilai tukar rupiah, hingga Surat Berharga Negara (SBN) hari ini tampaknya akan bergerak positif pasca dapat kabar baik dari kebijakan the Fed yang akhirnya menahan lagi suku bunga, sesuai dengan proyeksi pasar.

Gerak bursa Wall Street yang kompak menghijau semalam juga harapannya akan menular ke pergerakan pasar keuangan Tanah Air.

Kabar Bahagia! The Fed Tahan Suku Bunga

Sesuai dengan perkiraan pasar, akhirnya pada rapat terakhir bank sentral AS di penghujung tahun ini, suku bunga kembali dipertahankan. Sebelumnya, The Fed diketahui telah menaikkan suku bunga sebanyak 525 basis poin (bps) atau selama 11 kali sejak Maret 2023 ke posisi 5,25% - 5,50%.

Sebagai catatan, The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin dan hari ini. Hasil keputusan kemudian diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.



Kebijakan the Fed tersebut semakin mengkonfirmasi Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga mencapai lebih dari 98%. Para pelaku pasar sekarang juga melihat kemungkinan pelonggaran moneter tahun depan, memperkirakan peluang hampir 7,8 % penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada Mei 2024, menurut alat pengukur CME FedWatch

Tak hanya itu, faktor pendorong kebijakan the Fed disinyalir berkat hasil inflasi AS yang melandai sesuai dengan ekspektasi pasar, kendati pasar tenaga kerja sempat memanas lagi pada November.

Diketahui, inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh 3,1% (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.

Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.

Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.


Keputusan The Fed menahan suku bunga, memang menjadi kabar yang paling ditunggu bukan hanya oleh pelaku pasar Indonesia tetapi juga dunia. Dengan status sebagai ekonomi terbesar di dunia maka apapun keputusan The Fed akan berdampak besar terhadap ekonomi global.

Keputusan The Fed mengumumkan menahan suku bunga-nya, hal ini bisa menjadi kabar baik bagi IHSG yang potensi kembali hijau, rupiah menguat, hingga SBN bakal dilirik asing lagi. Pasalnya, dana asing diperkirakan akan mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.

The Fed Isyaratkan Pemangkasan Suku Bunga
Selain kebijakan menahan suku bunga, kabar positif lainnya adalah isyarat The Fed untuk memangkas suku bunga tahun depan.  
Dalam konferensi pers, Chariman The Fed Jerome Powell menjelaskan jika pembicaraan pemangkasan suku bunga memang sudah ada dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini. Pernyataan Powell ini jauh lebih lunak dibandingkan pada pertemuan November lalu di mana dia menegaskan masih terlalu premature memikirkan pemangkasan suku bunga.

"Itu (pemangkasan) mulai ada dalam pandangan kami dan menjadi topik diskusi kami," ucap Powell, dikutip dari Reuters.

Powell juga mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga. Dokumen "dot plot" The Fed menunjukkan jika anggota bank sentral mulai mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga.

Sebanyak 17 anggota memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun depan sementara hanya dua yang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga.
Tidak ada anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga akan naik tahun depan.

Sebanyak delapan anggota memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga setidaknya 75 bps pada tahun depan sementara lima lainnya memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih dari 75 bps. Median ekspkektasi suku bunga ada di angka 4,6% dalam dot plot terbaru, turun dibandingkan 5,1% pada proyeksi September.

Dot plot, atau proyeksi suku bunga The Fed menjadi fokus lain dari pelaku pasar. Setiap akhir kuartal, The Fed akan memberikan proyeksi suku bunganya, terlihat daridot plot. Setiap titik dalamdot plottersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga. Dalam dot plot, tergambar seperti apa anggota FOMC melihat suku bunga ke depan.

Dalam dokumen terbaru, The Fed juga memperbaharui proyeksi inflasi dan pengangguran. The Fed memperkirakan inflasi inti akan melandai ke 3,2% pada 2023 dan menjadi 2,4% pada 2024. Inflasi akan bergerak ke 2,2% pada 2025 dan kembali ke sasaran The Fed di angka 2% pada 2026.
Belanja konsumsi warga AS (PCE) diproyeksi akan ada di 2,8% pada tahun ini dan 2,4% pada 2024. Pada proyeksi September angkanya ada di 3,3% untuk 2023 dan 2,5% untuk 2024.

Komite The Fed juga memperbaharui proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yakni menjadi tumbuh sebesar 2,6% pada tahun ini.
Proyeksi untuk 2023 lebih tinggi dibandingkan pada September yakni 2,1% pada 2023 tetapi lebih rendah untuk tahun depan yakni menjadi 1,4% dari 1,5%.
Angka pengangguran diperkirakan masih tetap di 3,8% pada 2023 dan naikk menjadi 4,1% pada 2024

Kendati begitu, ada sejumlah rilis data yang patut dicermati, data yang rilis baik pasti akan mempengaruhi gerak pasar jadi lebih optimis, akan tetapi jika data tak sesuai ekspektasi bisa menjadi boomerang karena tidak menutup kemungkinan dampaknya buruk bagi perusahaan nilai tukar, surat berharga negara, dan aset lainnya.

Pasar Tenaga Kerja Sempat Memanas, Hari Ini Bakal Rilis Klaim Pengangguran

Beralih ke data yang akan rilis, pada hari ini akan ada data tambahan data untuk pasar tenaga kerja, yakni data klaim pengangguran secara mingguan. Sebelumnya, ketenagakerjaan AS sempat memanas akibat jumlah pekerjaan di luar pertanian tak terduga tumbuh 199.000, meleset dari ekspektasi pasar yang proyeksi hanya tumbuh 180.000 pekerjaan.

Melansir data yang dihimpun platform Tradingeconomics.com, klaim pengangguran dalam seminggu yang berakhir 9 Desember 2023, diperkirakan akan bertambah seperti minggu sebelumnya sebesar 220.000.

Kendati ada tanda pemanasan, sebenarnya dalam basis bulanan tenaga kerja AS sudah mulai mendingin. Ini tercermin dari rata-rata pergerakan empat minggu, data klaim pengangguran hanya naik 500 menjadi 220,750.

Nilai rata-rata tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan klaim pengangguran pekan sebelumnya, tetapi ini menjadi satu yang menarik karena sebenarnya kondisi pasar tenaga AS sudah mulai mendingin, terlepas kinerja November yang meningkat.

Lebih lanjut, data pasar tenaga kerja menunjukkan jumlah klaim yang disesuaikan secara non-musiman melonjak sebesar 93,761 menjadi 293,511, di tengah peningkatan tajam di California (+14,057), New York (+9,343), dan Texas (+7,698). Di sisi lain, klaim lanjutan turun sebesar 64.000 menjadi 1.861.000 pada minggu sebelumnya, hal ini menunjukkan perbaikan kondisi bagi para penganggur untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular